Mau Dipanen Beberapa Hari Lagi, Ikan di Keramba Jaring Apung Siogung-ogung Mati Mendadak
Menurut Niolando, ikan miliknya mulai mati mendadak sejak sejak Selasa 20 Oktober 2020 lalu
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, SAMOSIR - Petani ikan Keramba Jaring Apung (KJA) Siogung-ogung Kabupaten Samosir kembali merugi.
Niolando Naibaho, satu dari pemilik KJA yang ditemui Tribun Medan di Pangururan Samosir, Jumat (23/10/2020) mengatakan ikan yang dia usahainya mati mendadak padahal sudah tiba waktunya untuk dipanen.
"Saya tidak menyangka ikan-ikan ini bakalan mati mendadak, padahal beberapa hari lagi sudah bisa dipanen untuk dijual ke pasar," terang Niolando.
Menurut Niolando, ikan miliknya mulai mati mendadak sejak sejak Selasa 20 Oktober 2020 lalu.
Demikian juga dengan milik penduduk lainnya di kawasan Kelurahan Si Ogung-Ogung, Tanjung Bunga, Pangururan.
Menurut Nio, sejauh ini dirinya dan warga lain telah merugi dan diperkirakan ikan yang mati mencapai hinga ratusan ton. "Ratusan ton juga," ujar Nio.
Baca juga: Jaring Ikan di Sungai Kelumpang, Burhan Kaget Dapat Buaya Panjang 2 Meter, Kini Jadi Tontonan Warga
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Samosir Viktor Sitinjak menyampaikan, tahun-tahun sebelumnya hal serupa juga pernah terjadi.
Kondisi ini pernah beberapa kali terjadi di perbatasan Dairi dan setelah diarahkan ke tempat yang dalam tidak terjadi lagi.
"Kemudian ikan juga di tidak boleh terlalu banyak dalam satu keramba," ujar Viktor.
Meski begitu, kata Viktor pihaknya masih bekerja untuk menghitung berapa banyak jumlah ikan yang mati mendadak. “Tim kami masih menghitung dan diperkirakan ada ratusan ton,” ujar Viktor.
Sajauh ini, berdasarkan pemeriksaan mereka di lokasi matinya ratusan ton ikan diakibatkan angin kencang disertai arus deras yang berputar di bawah danau dan membuat air keruh naik ke atas permukaan.
Ikan-ikan pun susah mendapatkan oksigen.
Baca juga: 14 Warga Samosir Terpapar Covid-19, Gubernur Edy Rahmayadi Perketat Akses Masuk ke Wilayah Samosir
“Ini sebenarnya bisa terjadi akibat dari kurang dalamnya air atau terlalu dangkal lokasi keramba, kami juga sudah sarankan agar keramba ditarik kearah yang lebih dalam dan yang kedua dikurangi ikan dalam keramba agar mudah bernafas,” tambahnya.
Meski begitu, kata Viktor, mereka juga melakukan koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk memastikan dan melihat kualitas air hingga ada faktor-faktor pengaruh lain.