Kisah Gong Kuno Peninggalan Sunan Kalijaga di Kampung Utan Malang Bogor
Kampung Utan Malang, Sukmajaya, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyimpan cerita yang tak banyak orang tahu.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Kampung Utan Malang, Sukmajaya, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyimpan cerita yang tak banyak orang tahu.
Di kampung tersebut terdapat gong legendaris berusia ratusan tahun dan dirawat pewaris satu-satunya yang bernama Sinta Novita.
Untuk dapat sampai ke lokasi gong legendaris tersebut, pengunjung harus melewati pepohonan yang rimbun dan asri khas pedesaan.
Sinta menjelaskan gong itu merupakan warisan turun-temurun yang harus dirawat dengan baik lantaran itu salah satu bagian perjalanan panjang suatu sejarah.
Baca juga: 3 Remaja Asal Lampung Berkomplot Bobol ATM, Pelaku Pernah Beraksi di Bogor dan Bandung
"Gong ini berasal dari Sunan Kalijaga dari Keraton Cirebon, dulu itu dileruntukkan untuk pementasan gamelan Sunda, cuma semenjak pemiliknya meninggal, jadi gong tersebut diwariskan ke nenek saya," ujarnya, Jumat (30/10/2020).
"Kemudian nenek saya itu menjaga gong tersebut. Jadi setiap malam Senin dan malam Jumat itu dibersihkan semacam ritual," tambahnya.
Lanjut Santi, dirinya dipercaya untuk menjaga gong legendaris tersebut semenjak neneknya yang bernama Bonah (Mak Oyo) meninggal dunia pada 27 Januari 2008.
Baca juga: 4 Insiden Manusia Vs Buaya, Ditangkap Hidup di Kediri dan Bogor, Tewaskan Nelayan NTT dan Banyuasin
"Kalau saya sendiri pewaris keberapanya belum tahu detail ya. Setelah nenek saya meninggal di tahun 2008, saya dititipkan untuk menjaganya," paparnya.
Sementara itu, terkait nama gong tersebut, Sinta kurang mengetahuinya.
Namun, Sinta menjelaskan bahwa gong legendaris itu terdapat dua pasang.
"Untuk namanya saya tidak tahu ya. Jadi gong itu ada dua. Yang agak besar itu laki-laki dan yang agak kecil itu gong perempuan. Dan kenong-kenongannya itu dulu ada tujuh dan sekarang tinggal tiga. Hilangnya itu hilang gaib begitu saja," katanya.
Baca juga: Libur Panjang Maulid Nabi di Puncak, Pemkab Bogor Siapkan 1000 Rapid Test Gratis untuk Wisatawan
Dulunya, Sinta menjelaskan bahwa gong tersebut sering dimainkan untuk pertunjukan seni dan hajatan.
"Terakhir dimainkan itu kalau kata nenek saya, saat saya belum lahir. Ini kan yang punya mertuanya nenek saya lalu diturunkan," ungkapnya.