UPDATE Gunung Merapi: Masih Terjadi Guguran, Gempa Vulkanik dan Low Frequency
Masih terjadi beberapa kali guguran serta aktivitas gempa atau kegempaan, baik gempa vulkanik maupun akibat guguran di Gunung Merapi.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melaporkan masih terjadi beberapa kali guguran serta aktivitas gempa atau kegempaan, baik gempa vulkanik maupun akibat guguran serta gempa low frequency Gunung Merapi.
Pada Senin (16/11/2020), BPPTKG melaporkan adanya guguran di lereng barat sebanyak lima kali selama periode Minggu (15/11/2020) mulai pukul 00.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB.
BPPTKG sebelumnya mengungkapkan guguran sering terjadi sejak status Gunung Merapi dinaikkan menjadi siaga.
Guguran tersebut berasal dari material lava lama di sekitar tebing kawah Merapi.
Guguran dapat terjadi karena faktor tekanan magma dari dalam atau pun faktor eksternal Gunung Merapi.
Selain itu, laju rata-rata deformasi Gunung Merapi dalam periode tersebut melalui pantauan menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan adalah sebesar 12 cm/hari.
Adapun kegempaan yang terjadi di antaranya 91 gempa guguran, 1 gempa low frequency, 230 gempa hybrid/fase banyak, 36 gempa vulkanik dangkal, 1 gempa tektonik, dan 49 gempa hembusan.
"Secara visual, asap sulfatara tidak teramati," ungkap Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, Senin (16/11/2020).
Untuk potensi bahaya, saat ini masih sesuai rekomendasi, yaitu guguran lava, lontaran material vulkanik dari erupsi eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal 5 km dari puncak Merapi.
Sejak 5 November 2020, BPPTKG telah menetapkan Gunung Merapi berstatus Siaga (level III).
Baca juga: Gunung Merapi Siaga, 7 Tempat Wisata di Klaten Ditutup, Ini Daftarnya
Daerah Rawan
Dengan status tersebut, BPPTKG menyimpulkan prakiraan daerah bahaya meliputi Kabupaten Sleman, DIY, di Kecamatan Cangkringan; Desa Glagaharjo (Dusun Kalitengah Lor), Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem), dan Desa Umbulharjo (Dusun Palemsari).
Selanjutnya, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Kecamatan Dukun; Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar); Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono); dan Desa Paten (Babadan 1, Babadan 2).
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah di Kecamatan Selo; Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran, Belang); Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur); dan Desa Jrakah (Dusun Jarak, Sepi).
Selain itu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah di Kecamatan Kemalang; Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur); Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles); dan Desa Balerante (Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang).
Hanik menambahkan, penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.
Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
D samping itu, pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat. (*/Tribunjogja.com /Maruti Asmaul Husna)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kondisi Terkini Gunung Merapi: Masih Terjadi Beberapa Kali Guguran, Gempa Vulkanik dan Low Frequency