Pengungsi di Gunung Merapi Pilih Tidur di Dekat Kandang Darurat, Ini Alasannya
Ratno menginap di dekat kandang, aelain menjaga sapi dari stress juga ingin memastikan sapinya dalam kondisi sehat
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Status Gunung Merapi meningkat dari Waspada (level 2) menjadi Siaga (level 3) sejak 5 November lalu.
Peningkatan status tersebut, kelompok rentan dan ternak yang berada di radius 5 km dari puncak Merapi harus dievakuasi.
Ada tiga padukuhan di Kapanewon Cangkringan yang direkomendasikan untuk mengungsi.
Tiga padukuhan tersebut adalah Pelemsari, Kalitengah Lor, dan Kaliadem.
Namun sejak erupsi 2010 lalu, hanya satu padukuhan saja yang masih dihuni, yaitu Kalitengah Lor.
Warga kelompok rentan sudah sudah mengungsi ke Balai Desa Glagaharjo beberapa hari sejak status Merapi meningkat.
Jumlah pengungsi dari hari ke hari pun semakin bertambah.
Baca juga: UPDATE Aktivitas Gunung Merapi Selama Seminggu, Ada Perubahan Morfologi Kubah
Ternak milik warga Kalitengah Lor juga turut dievakuasi di beberapa lokasi, seperti di Singlar, Gading, Huntap Karangkendal, Huntap Pagerjurang, Klaten, hingga lapangan dekat Balai Desa Glagaharjo.
Puji Utomo adalah satu di antara warga Kalitengah Lor yang mengungsikan sapinya ke lapangan Balai Desa Glagaharjo.
Sudah hampir sepekan sapinya dievakuasi, sejak itulah ia turut mengungsi.
Bukan menginap di barak pengungsian bersama warga lain, ia justru memilih tidur di dekat kandang darurat.
Di sekitar kandang darurat memang ada bangunan dari bambu yang ditutup terpal, di situlah ia dan beberapa warga lain tidur.
Baca juga: Update Kasus Kecelakaan Maut di Sleman yang Tewaskan 4 Orang, Sopir di Bawah Umur Jadi Tersangka
"Supaya bisa dekat dengan lembu, biar lembu merasa aman," katanya saat ditemui di lapangan Balai Desa Glagaharjo, Jumat (20/11/2020).