Wali Kota Bogor Bima Arya: Derita Ciliwung Perlu Ditangani Bersama
Mulai dari perusakan di kawasan hulu, pencemaran limbah, timbunan sampah, kerusakan lingkungan DAS Ciliwung sampai dengan pendangkalan.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Walaupun ukurannya tidak sebesar sungai-sungai besar di Kalimantan dan Sumatera, Ciliwung cukup dikenal di Indonesia.
Maklumlah, sungai yang berhulu di kawasan Puncak Bogor dan bermuara di Teluk Jakarta itu kerap dikaitkan dengan banjir musiman di Jakarta.
Di balik keterkaitan itu, memang banyak derita yang sudah dialami Ciliwung. Mulai dari perusakan di kawasan hulu, pencemaran limbah, timbunan sampah, kerusakan lingkungan DAS Ciliwung sampai dengan pendangkalan.
Untuk memperoleh gambaran utuh mengenai kondisi Ciliwung sebenarnya, Wali Kota Bogor, Bima Arya terjun langsung menyusuri Ciliwung pada 10-11 November 2020 lalu.
Ia didampingi para anggota Komunitas Peduli Ciliwung dan Satgas Ciliwung serta didukung Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) dan unit rescue dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Langkah ini diambil sesuai prinsip kerjanya, seorang pemimpin harus mau terjun langsung ke lapangan, bila ingin tahu dan memahami betul apa permasalahan yang harus dihadapi dan diatasi.
Sebagaimana prinsip itu diingatkan Bima kembali, ketika memimpin prosesi pengambilan sumpah janji 243 PNS di Kampung Cikeas, Katulampa, Bogor Timur beberapa waktu lalu.
Beberapa hari sebelumnya, telah dilakukan kegiatan menyusuri Ciliwung mulai dari bawah Jembatan Satu Duit, Warung Jambu, Bogor menuju delta di kawasan Sukaresmi, sepanjang 2 km.
Aktivitas itu bertujuan mewaspadai bencana alam, khususnya banjir lintasan di wilayah Kota Bogor dan mengobservasi bangunan-bangunan liar di sempadan sungai.
Saat itu tim berhasil mengangkut sampah sekitar 100 karung atau tiga mobil pick-up. “Paling banyak sampah rumah tangga, sampah masker juga banyak. Tapi dominasi sampah styrofoam,” ungkap Bima yang kemudian menjadi terinspirasi melakukan pengaturan penggunaan styrofoam.
Selanjutnya pada tanggal 10 November dimulai penyusuran aliran dan liku-liku Ciliwung sepanjang 70 km.
Hari pertama penyusuran dimulai dari Sukaresmi di Bogor sampai di Depok untuk singgah bermalam.
Pada hari kedua dari Depok sampai Pintu Air Manggarai, tim dibantu perahu bermotor untuk memudahkan penyusuran karena alirannya sangat datar.
Sesekali perahu motor yang ditumpangi tim, pun terganggu mesin mati karena tersumbat sampah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.