PDIP: Menang Tebal, Legitimasi Gibran Tinggi
Kemenangan di Jawa Tengah dan Yogyakarta adalah kemenangan rakyat Marhaen, meneguhkan sebagai kandang banteng
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Eko Sutriyanto
"Kita bertempur habis-habisan di situ. Akhirnya kota santri dimenangkan oleh kader PDI Perjuangan," ujar Bambang Patjul.
Menurut dia, Pilkada Kota Pekalongan juga perlu diapresiasi karena menang.
"Ini hasil spektakuler. Sebelumnya PDI Perjuangan belum pernah menang. Kali ini, PDI Perjuangan punya kader wali kota. Pilkada Kota Pekalongan itu melalui pertempuran. Seluruh unit pasukan terlibat. Ada euforia pasukan sangat luar biasa untuk memenangkannya saat pilkada kemarin," ujarnya.
Dijelaskan bahwa PDIP hanya punya 5 kursi dari 35 kursi DPRD Kota Pekalongan.
"Sementara untuk Kabupaten Pekalongan yang juga berhasil dimenangkan kader PDIP, memiliki 11 kursi," katanya.
Menurut Nuryadi, Ketua DPD PDIP Kota Yogyakarta, di Yogyakarta, ada tiga pilkada dilaksanakan.
Baca juga: Tergusur Proyek Tol Jogja-Solo, Warga Sleman Dapat Ganti Untung Rp 9 Miliar
Ada dua dimenangkan PDIP yaitu di Sleman dan Bantul. Hanya jalannya Pilkada cukup sengit di Gunung Kidul.
"Di Sleman, kader murni PDI Perjuangan dimana Wakil Ketua DPC Danang Miharsa maju, menjadi pemenang. Di Bantul, Wakil Ketua DPC Joko Purnomo juga menjadi calon dan muncul sebagai pemenang," ujarnya.
"Ini kita rebut kembali keduanya karena dulu sempat lepas. Kami mengucapkan terima kasih kepada warga Yogyakarta. Tak sia-sia," ujar Nuryadi menambahkan.
Dijelaskan bahwa kemenangan mutlak PDI Perjuangan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta juga menjadi bukti kaderisasi partai untuk menyiapkan para pemimpin berhasil dilaksanakan.
"Isu-isu negatif banyak coba disebarkan demi upaya mencabut akar Jawa Tengah sebagai Kandang Banteng.
Misalnya isu politik dinasti di Pilwalkot Solo. Namun pilkada membuktikan bahwa isu itu tak mempan bagi warga Kandang Banteng," ujarnya.
Bicara soal isu dinasti politik, Bambang Patjul mengatakan kalau bicara dinasti itu seperti Raja Jogja.
"Kalau pilkada seperti Mas Gibran ini kan pilihan rakyat. Kalau dia jelek, pasti gak bakalan dipilih. Dan angka raihannya tak sampai setinggi itu. Yang datang ke TPS juga tinggi hingga 70,71 persen. Perolehannya 86,7 persen. Artinya tingkat legitimasinya tinggi. Jadi Mas Gibran terpilih secara legitimate," ujarnya.