Detik-detik Mahasiswa Unpatti Tewas Dikeroyok, Winda Sempat Membawa Sein Menumpang Angkot ke RS
Sein dan Aswinda hendak lari menyelamatkan diri. Namun belum lagi menaiki kendaraan mereka, kelompok pemuda datang. Penganianyaan pun terjadi.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, AMBON - Muhammad Husein "Uceng" Suat alias Sein Ratuanit (23), mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon meninggal dunia setelah dianiaya sekelompok pemuda.
Peristiwa penganiayaan itu terjadi di Jembatan Merah Putih (JMP), Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku, Kamis (11/2/2021) sekitar pukul 03.00 WIT.
Kamis siang, polisi di Ambon telah mengamankan sembilan terduga pelaku.
Kematian Uceng terungkap ke publik, Kamis (11/2/2021) siang, setelah beredar di facebook dan instagram.
Adalah rekannya, Aswinda Nilamsari Rusli (25), karyawan PT Angkasa Pura 1 Bandar udara Pattimura Laha, yeng pertama kali melaporkan kejadian ini di Mapolsek Teluk Ambon, kawasan Bundaran Unpatti atau sekitar 700 meter dari lokasi kejadian, JMP.
Dari Winda, warga Negeri Laha Teluk Ambon, inilah terungkap kronologis pengeroyokan yang berujung kematian Uceng.
Winda adalah salah seorang teman Sein.
Kabarnya, Winda membonceng di kendaraan Sein.
Dari bahan keterangan tertulis kepolisian yang diperoleh TribunAmbon.com, terungkap awal insiden ini bermula saat Sein Ratuanik, pulang dari acara pegelaran musik peluncuran Rumah Produksi Literasi Belajar (Liar) di kawsan Lapangan Galunggung, Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Sesuai acara, sekitar pukul 02.30 WIT, korban bersama rekan-rekannya menjemput kawannya, Gibran Tualeka (17 tahun), di Perumnas Waiheru Blok 3, Kecamatan Baguala, Kota Ambon.
Gibran adalah pelajar SMA Negeri 11 Ambon dan tercatat sebagai warga kawasan Kebun Cengkeh Perempatan.
Sebelumnya, mereka mendapat kabar bahwa seorang rekannya dipukul, di Waeheru, kawasan Baguala.
Kepada seorang aparat di kawasan Pangkalan Udara Pattimura, Winda bercerita Sein dan Aswinda boncengan.
Ada tiga kendaraan lain rekan mereka yang mengikuti dari arah Galunggung menuju Waiheru.
Namun karena tak menemukan pemuda yang memukul Gibran, Sein dan rekannya langsung pulang.
Dalam perjalanan pulang inilah mereka diteriaki beberapa pemuda yang mangkal di sekitar Jembatan LIPI, Kelurahan Poka.
Salah satu rekan korban berhenti.
Rekan Sein menanyakan mengapa mereka dimaki.
Adu mulut pun tak terhindarkan.
Bahkan dilaporkan sempat terjadi adu fisik antara rekan korban.
Fauz Latuwamuri (21), salah seorang rekan Sein dilaporkan, sempat menarik baju dan mendorong salah seorang pemuda di sekitar Jembatan LIPI Desa Poka.
Baca juga: 4 Jam Sebelum Tewas Dikeroyok, Mahasiswa Uceng Sempat Tampil dalam Peluncuran Rumah Produksi Liar
Baca juga: Balita Babak Belur Dianiaya Pacar Ibunya, Pelaku Risih dan Kesal karena Korban Rewel
Fauz adalah mahasiswa semseter 1 di Unpatti.
Dia tercatat sebagai warga Tantui, sekitar SMA Negeri 13 Ambon.
Rombongan Sein dan tiga sepeda motor melanjutkan perjalanan ke arah Kota, melalui Jembatan Merah Putih.
Namun insiden belum selesai.
Di depan kantor PLN Poka, mereka juga sempat dilempari kelompok pemuda lain.
Dalam perjalanan itulah, Sein terpisah dari iring-iringan kawannya.
Disebutkan, setidaknya ada 10 kendaraan roda dua yang dipakai para pelaku.
Aksi kejar-kejaran di jalan ini berlangsung cepat.
Korban dan rekan-rekannya tak menghiraukan.
Tepat di tanjakan JMP Poka, salah satu pemuda menendang kendaraan yang dikendarai Sein.
Tak kuasa mengendalikan motor matiknya, Sein dan Aswinda terjatuh.
Sein dan Aswinda hendak lari menyelamatkan diri.
Namun belum lagi menaiki kendaraan mereka, kelompok pemuda datang.
Penganiayaan pun terjadi.
Sein mengalami luka tusukan di punggung sebelah kiri.
Darah mengucur membasahi baju kedua korban.
Setelah para pelaku pergi, dengan menumpang angkot, Aswinda membawa Sein ke RS Bhayangkara, Tantui.
Namun dalam perjalanan, Sein meninggal dunia.
Sekitar pukul 05.00 WIT, Winda melaporkan insiden ini di Mapolsek Teluk Ambon.
Artikel ini telah tayang di Tribunambon.com dengan judul 6 dari 9 Terduga Pembunuh Mahasiswa Unpatti Diperiksa Terpisah di Polres Ambon, 3 di Mapolsek