Aksi Warga Gunungkidul Menari Tari Cakil di Depan Bangunan Menara Eiffel, Siapakah Dia?
Beredar sebuah video yang menunjukkan seorang perempuan menarikan tarian Cakil yang berasal dari Indonesia di depan sebuah bangunan Menara Eiffel.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Beredar sebuah video di media sosial yang menunjukkan seorang perempuan menarikan tarian Cakil yang berasal dari Indonesia di depan sebuah bangunan Menara Eiffel.
Namun, bangunan Menara Eiffel tersebut bukanlah yang berada di Paris, Perancis, melainkan replika Menara Eiffel di Parisian, Macau.
Video tersebut diunggah akun TikTok @cenilantika, Minggu (14/2/2021).
Tampak perempuan tersebut mengenakan pakaian biru dengan selendang berwarna oranye.
Berikut videonya :
Baca juga: Cerita Kuli Bangunan Viral di TikTok Jago Shuffle Dance, Banyak Cacian hingga Mulai Dapat Endorse
Diketahui, perempuan tersebut bernama Romy Antika (35), seorang WNI yang berasal dari Gunungkidul, Yogyakarta.
Antika merupakan TKI yang bekerja di Macau, wilayah yang berada di daratan China.
Ia bekerja di Macau sejak 2016 lalu.
Antika menjelaskan, tari yang ia bawakan disebut tari Sigro-sigro,
"Jadi Sigro-sigro itu sebetulnya tarian Cakil, tapi karena saya kurang mahir nari Cakil, saya bikin versi alusan untuk putri," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (18/2/2021).
Baca juga: Viral Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 di Tengah Banjir di Pekalongan, Begini Kisahnya
Diketahui tarian Cakil biasa dijumpai di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Adapun Antika, ternyata diketahui seorang duta kesenian sebuah organisasi seni resmi bernama Peduli yang berada di Macau.
"Di sini ada organisasi Peduli yang dapat izin resmi dari Pemerintah Macau, saya sebagai duta kesenian," ungkap Antika kepada Tribunnews.com.
Organisasi Peduli beranggotakan para WNI yang mencintai kesenian asli Indonesia di Macau.
"Kalau di Macau ada acara festival kesenian antarnegara, Indonesia selalu tampil," ungkapnya.
Baca juga: Viral Pasutri Meninggal Hampir Bersamaan, Hanya Selisih Jam, Akhirnya Dimakamkan 1 Liang Lahat
Uniknya, Antika mulai belajar menari sejumlah tarian tradisional justru saat ia sudah bekerja di Hongkong pada kurun waktu 2010-2016.
Kala itu ia bergabung dengan organisasi grup tari yang berisi para WNI, bernama Kencono Wungu.
"Di Hongkong organisasi tersebut diberi fasilitas oleh KJRI (Konsulat jenderal Republik Indonesia)," ungkapnya.
"Ada banyak kegiatan di Hongkong, belajarnya dari situ," ujarnya.
Bahkan, Antika menyebut, ia tidak memilik basic menari maupun riwayat pendidikan kesenian.
"Saya sama sekali nggak punya basic nari, saya belajar otodidak, lihat dari YouTube," ungkap Antika.
Baca juga: Pelaku Catcalling di Malioboro Akhirnya Disanksi Tegas, Korban: Kenapa Harus Nunggu Viral Dulu?
Antika mengaku menyukai kesenian.
Baik itu tari, menyanyi, dan kesenian lain.
Pada tahun 2016, Antika pindah bekerja di Macau, negara yang tak jauh dari Hongkong.
"Terus pindah ke Macau, denger kalau di sini ada grup kesenian, saya gabung, lama kelamaan diangkat menjadi duta kesenian," ujarnya.
Wujud Lestarikan Budaya
Antika mengungkapkan selain bagian dari hobi, belajar tari adalah wujud kecintaan dengan Indonesia.
"Begitulah cara kita mengisi selain untuk melestarikan budaya Indonesia, mewujudkan kecintaan kita untuk Indonesia," ungkap Antika.
"Istilahnya wong Jawa aja ilang jawane (orang Jawa jangan kehilangan budaya Jawanya)," imbuh Antika.
Baca juga: VIRAL Kisah Siswa Tak Mau Sekolah, Tak Punya Biaya Beli Kuota Internet untuk Kerjakan Tugas Daring
Selain itu, Antika juga menyebut belajar tari tradisional asli Indonesia adalah wujud mengobati kerinduan akan tanah air.
"Iya, wujud mengobati kerinduan dengan Indonesia," ungkapnya.
Lebih lanjut Antika berpesan agar generasi muda mau untuk melestarikan budaya.
"Saya sangat ingin sekali, kalau ada generasi muda sekarang mau melestarikan kesenian Indonesia," ujarnya.
Antika menyebut pengaruh media sosial saat ini sangat mempengaruhi kemauan generasi muda melestarikan kesenian Indonesia.
"Pengaruh media sosial sangat luar biasa, seperti apapun jangan sampai kebudayaan kita kalah dengan adat kebarat-baratan."
"Di mana pun kita berada, kita junjung kesenian Indonesia, kalau bukan kita siapa lagi," ungkap Antika.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)