Pangdam Mulawarman Saksikan Penyerahan Buku Masyarakat Pancasila
Penyerahan buku Masyarakat Pancasila di Kaltara diwarnai keunikan karena tiga pakaian adat bertemu yakni Dayak, Melayu dan Jogya.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, LONG BANGUN - Buku Masyarakat Pancasila yang ditulis oleh Sesepuh TNI, Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo diserahkan oleh Editor buku AM Putut Prabantoro - alumnus Lemhannas RI PPSA XXI kepada tiga tokoh masyarakat di Long Bagun, Kalimantan Utara (Kaltara), Senin (01/03/2021).
Mereka adalah Ketua Adat Dayak Kenyah Balan Tingai, Komandan Satgas Pengamanan Perbatasan RI-Malaysia Mayor Inf Indar Riawan, Kapolsek Long Bagun AKP Purwanto dan Sekda Kabupaten Mahakam Ulu, Stephanus Madang.
Penyerahan buku tersebut disaksikan oleh Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Heri Wiranto dan Alumnus Lemhannas PPSA XXI, DR Caturida Meiwanto Doktoralina yang Dosen Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta.
Baca juga: Kapolda Kalsel : Tidak Ada Tawar Menawar bagi Pembakar Hutan dan Lahan
Long Bagun merupakan titik kedua penyerahan buku Masyarakat Pancasila.
Pada Senin 19 Januari 2021 buku yang sama diserahkan kepada Pangdam Iskandar Muda Aceh Nanggroe Darussalam, Mayjen TNI Achmad Marzuki di Titik Nol Kilometer Indonesia, Sabang.
Dalam penyerahan buku kedua ini, ada keunikan tersendiri yakni ada tiga pakaian adat bertemu.
Pakaian adat Dayak dikenakan oleh Ketua Adat Dayak Kenyah Balan Tingai, pakaian adat Jogya yang dikenakan AM Putut Prabantoro dan Pakaian adat Melayu yang dikenakan oleh Caturida Meiwanto Doktoralina.
Keunikan ini mengundang komentar keterkejutan dari masyarakat.
Leni, penduduk setempat dan lulusan dari Program Studi Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada Jogya mengatakan bahwa peristiwa pertemuan tiga pakaian adat dalam penyerahan buku itu adalah peristiwa pertama yang terjadi di daerahnya.
Long Bagun merupakan satu kecamatan di Kabupaten Mahakam Ulu yang berjarak 288 km dari Balikpapan, Kalimantan Timur.
Menurut Putut Prabantoro, dengan cara penyerahan kepada masyarakat seperti itu, buku terakhir Sayidiman Suryohadiprojo ini diharapkan dapat mengingatkan bangsa Indonesia pentingnya budaya dalam ikatan NKRI.
Karena Pancasila, suku, budaya dan ras yang merupakan anugerah dan sekaligus menjadi kekayaan dipersatukan dalam ikatan satu bangsa yakni bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, kerukunan, toleransi dan persatuan sebagai bangsa menjadi tanggung jawab bersama dan harus dipelihara.
Dalam bukunya, Sayidiman Suryihadiprojo yang meninggal pada 16 Januari 2021, berharap karena Pancasila, Indonesia Raya akan terwujud pada tahun 2045 saat bangsa ini merayakan 100 tahun kemerdekaannya.
Baca juga: HNW: Pancasila Berasal Dari Bumi dan Dibahas Oleh Seluruh Masyarakat Indonesia
Sementara itu Caturida Meiwanto Doktoralina menegaskan bahwa Masyarakat Mahakam Ulu, terutama Long Bagun harus mengedepankan gotong royong, sebagai nilai utama dalam Pancasila, untuk membangun daerahnya yang memiliki kekayaan alam berlimpah.
Sebagai daerah baru pemekaran, kekayaan yang dimiliki Mahakam Ulu harus menyejahterakan masyarakat setempat dan itu hanya dapat dicapai melalui Pancasila.