Meski Dituntut Hukuman Mati, Pelaku Pembunuhan Sadis yang Buang Jasad Korban ke Jurang Tak Ditahan
Seorang pelaku pembunuhan sadis yang membuang jasad korbannya ke jurang tak ditahan.
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pelaku pembunuhan sadis yang membuang jasad korbannya ke jurang tak ditahan.
Padahal, pelaku dituntut hukuman mati.
Alasannya, pelaku dalam kondisi sakit dan perlu perawatan dokter.
Sempat viral di jagat maya, kasus pembunuhan sadis yang berawal saat ditemukannya mayat tanpa identitas di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Kabupaten Karo, kini mulai diadili di Pengadilan Negeri Medan.
Salah satu otak pembunuhan terhadap korban Jefri Wijaya alias Asiong yakni terdakwa Edi Swanto Sukandi alias Ko Ahwat Tango.
Edi Swanto sendiri mulai diadili di Pengadilan Negeri Medan, pada Jumat (5/3/2021) lalu. Namun anehnya terdakwa tidak ditahan dan tampak santai menghadiri persidangan.
Pantauan tribunmedan.com, terdakwa yang disebut-sebut sebagai bandar judi bola itu terlihat didampingi 7 penasehat hukumnya.
Sedangkan agenda sidang saat itu adalah membacakan keterangan saksi secara tertulis.
Baca juga: Gara-gara Sakit Hati, Seorang Pemuda Bunuh Rekan Kerja di Hotel, Pelaku Tusuk & Sayat Leher Korban
Baca juga: Viral Wanita Pamer Pelat Mobil Dinas TNI yang Ternyata Palsu, Kini Terancam Hukuman 6 Tahun Penjara
Seusai sidang, terdakwa yang berpakaian kaos biru muda itu, terlihat santai meninggalkan ruang sidang dengan pengawalan ketat dari keluarganya.
Belakangan diketahui, rupanya majelis hakim yang menyidangkan perkara tersebut, yakni Hakim Ketua Jarihat Simarmata, dengan hakim anggota Tengku Oyong dan Syafril Pardamean Batubara telah mengeluarkan penetapan pengalihan tahanan terhadap terdakwa.
"Iya benar, karena ada permohonan dari Penasehat Hukum terdakwa, sakit dan perlu perawatan dokter sesuai dengan surat dari dokter tahanan dari Polda," kata Oyong saat dikonfirmasi tribunmedan.com, Sabtu (6/3/2021).
Namun, saat ditanyakan kembali terkait penyakit terdakwa, sehingga majelis hakim tidak memilih dibantarkan, Oyong menjawab lupa.
"Dokter yang tau parah atau tidak. Majelis yang memutuskan untuk percaya atau tidak penjelasan dari dokter tersebut. Sakitnya apa saya lupa nanti pas sidang berikutnya saya lihat lagi," katanya.
Sementara itu, Ketua PN Medan Sutio Jumagi Akhirno saat dikonfirmasi mengatakan tidak mengetahui hal tersebut.