Maratih Sedih Kakak Ipar Tewas di Hadapannya, Tertimpa Kanopi Saat Hendak Selamatkan Diri dari Gempa
Maratih bercerita kakak iparnya Ahmad Amin meninggal tepat di depan matanya saat hendak menyelamatkan diri dari gempa.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, LUMAJANG - Raut wajah sedih dan haru terpancar dari wajah Maratih saat Tribun mendatangi rumahnya Desa Kaliuling, Kecamatan Tempursari, Lumajang, Jawa Timur. Maratih bercerita kakak iparnya Ahmad Amin meninggal tepat di depan matanya.
Saat bencana gempa terjadi, Ahmad sedang bersama dua orang anaknya dan satu orang cucunya menjaga toko tepat di samping rumahnya.
Tiba-tiba sekitar pukul 14.00 WIB, bumi bergoyang. Menyadari itu, mereka berusaha menyelamatkan diri keluar dari dalam toko.
Namun, saat mereka hendak menyelamatkan diri, langkah kaki mereka sedikit terhambat. Sebab barang-barang dagangan yang dipajang di rak jatuh ke lantai.
Baca juga: Warga yang Rumahnya Rusak akibat Gempa Malang Dapat Dana Stimulan Rp 10 Juta hingga Rp 50 Juta
Baca juga: Penjelasan Ilmiah BMKG Soal Penyebab dan Dampak Gempa di Malang dan Sekitarnya
Nahas, ketika mereka hendak melewati pintu rolling door toko, ketiga orang tertimpa kanopi dan tembok dari bangunan lantai dua. Sedangkan seorang lainnya berhasil lolos.
"Kalau Abah Ahmad langsung meninggal kupingnya keluar darah," kata Maratih.
Ia mengatakan, saat gempa terjadi mulanya guncangan datang secara pelan-pelan. Sekitar hitungan ke 10 detik lebih, guncangan gempa terasa semakin kuat.
Hingga akhirnya guncangan gempa merobohkan sebagian bangunan toko lantai dua milik saudaranya. "Langsung bres dari atas itu tembok rontok," ujarnya.
Maratih menjelaskan dua orang lain yang tertimpa kanopi dan tembok yakni Siti Aisyah dan Firmansyah.
Terlihat setelah tertimpa tembok dan kanopi keduanya hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur. Mereka terlihat menahan nyeri di badannya.
"Cucu tangannya sebelah kanan cedera, kalau anaknya kepala sama dadanya sakit kena batu bangunan," terangnya.
Sementara, duka itu, juga dirasakan oleh Nurisyah, istri Ahmad Amin. Saat ditemui, ia tak bisa banyak cerita. Yang terlihat setiap kali ada pelayat datang ke rumahnya, berulang kali Nurisyah meneteskan air mata.
"Sudah ikhlas saja, memang sudah jalannya," pungkasnya.
Pantauan Tribun di sekitar kediaman Maratih banyak rumah warga yang roboh. Bahkan ada beberapa rumah yang kondisinya sudah rata dengan tanah.
30 Laptop Tertimbun
Terpisah, akibat terkena guncangan gempa bumi magnitudo 6,1, atap galvalum tiga ruang kelas di MAN 2 Turen Malang ambruk.
Bangunan sekolah tersebut terletak di Jalan Mayor Damar Nomor 35, Bokor, Pagedangan, Turen, Kabupaten Malang.
Staf Tata Usaha MAN 2 Turen Malang, Wahid Firdaus (25) menjelaskan kronologi kejadian tersebut.
"Jadi saat itu saya berada di ruang lab komputer yang ada di lantai dua, sedangkan dua guru lainnya berada di ruang guru yang ada di lantai bawah. Lalu sekitar pukul 14.00 WIB, gempa tersebut terjadi," ujarnya.
Ia pun merasakan bahwa guncangan gempa itu semakin lama semakin kencang. Karena makin mengkhawatirkan, akhirnya ia pun keluar ruangan dan langsung bergegas menuju ke tangga sekolah, hendak keluar ke halaman sekolah untuk menyelamatkan diri.
"Namun saat saya keluar dari ruang lab komputer itu, ternyata kondisi atap galvalum tiga ruang sekolah yang berada di lantai dua sudah ambruk. Tiga ruang sekolah yang atapnya ambruk itu, adalah dua ruang kelas dan satu ruang lab bahasa. Dan ketiga ruang sekolah yang atap galvalumnya ambruk, berada di bagian sebelah utara," jelasnya.
Karena guncangan masih terasa, ia pun memberanikan diri menuju ke tangga sekolah. Meskipun reruntuhan atap galvalum, menutupi akses tangga sekolah.
"Pada saat saya memberanikan diri menuruni tangga sekolah, kepala saya kejatuhan pecahan atap galvalum hingga berdarah," tambahnya.
Meski begitu ia tidak menghiraukan kepalanya yang sudah berdarah. Dan tetap berusaha menuju ke halaman sekolah, untuk menyelamatkan diri.
Setelah gempa tersebut selesai, ia bersama staf guru dan staf sekolah lainnya kembali masuk ke dalam sekolah. Untuk mengecek kondisi kerusakan sekolah secara detail.
"Saat dicek lebih detail, kerusakan bangunan paling parah hanya ada di tiga ruang sekolah yang berada di lantai dua. Yaitu dua ruang kelas dan satu lab bahasa itu, dimana atap galvalumnya ambruk semua. Sedangkan ruangan sekolah yang berada di lantai dua sebelah selatan dan lantai bawah aman, hanya lepas plafonnya," bebernya.
Dirinya pun juga mengungkapkan, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Karena kondisi sekolah kosong, dan pembelajaran sekolah masih dilakukan secara online.
Sementara itu staf sekolah yang enggan disebutkan namanya menuturkan, ada 30 laptop yang berada di ruang bahasa tertimbun reruntuhan atap galvalum. "Ke-30 laptop yang tertimbun itu semuanya milik sekolah. Sedangkan yang selamat dan tidak tertimbun reruntuhan, hanya delapan laptop saja. Rencananya besok bila kondisi telah memungkinkan, akan dilakukan pembersihan puing-puing," tuturnya.
Dirinya pun juga menambahkan, pihak terkait dari Kabupaten Malang telah datang ke lokasi sekolah. "Tadi yang sudah meninjau kesini yaitu Diknas Kabupaten Malang dan Polsek Turen. Sedangkan dari BPBD Kabupaten Malang, belum datang kesini," ujarnya.(Tribun Network/kuh/ton/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.