Usai Badai Seroja, KKP Pantau Kondisi di Taman Nasional Perairan Laut Sawu
terjadinya badai siklon tropis Seroja pada 5 April lalu membuat kerusakan dan kerugian yang dialami warga
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang terjun langsung ke wilayah masyarakat terdampak bencana di Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu Region Timor.
Seperti diketahui, terjadinya badai siklon tropis Seroja pada 5 April lalu membuat kerusakan dan kerugian yang dialami warga khususnya terkait aktivitas pemanfaatan di TNP.
Baca juga: Menguat Tipis, Rupiah Berada di Level Rp 14.519 per Dolar AS, Berikut Kurs di 5 Bank
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Tb. Haeru Rahayu menjelaskan pemerintah hadir melakukan pendataan memberi perhatian masyarakat pelaku usaha kelautan dan perikanan yang terkena dampak badai siklon tropis Seroja.
“Badai siklon tropis Seroja telah menghancurkan rumah dan fasilitas warga di Provinsi NTT khususnya di wilayah TNP Laut Sawu. Pemerintah hadir ke masyarakat khususnya para pelaku usaha perikanan dan kelautan untuk melakukan pendataan kerusakan dan memberi dukungan moril kepada mereka,” ujar Tebe dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (22/4/2021).
Baca juga: KKP Amankan Dua Kapal Ikan Indonesia di Kepulauan Seribu, Ini Penyebabnya
Tebe menambahkan bahwa melalui rapid assessment ini maka dapat diperkirakan nilai kerugian yang dialami warga yang terdampak.
"Hasil rapid assessment kerusakan ini sangat penting karena dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bantuan ke depannya," pungkas Tebe.
Sementara Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi menerangkan, berdasarkan hasil survei didapatkan aktivitas pemanfaatan yang banyak terdampak atau mengalami kerusakan antara lain budidaya rumput laut, perikanan tangkap dan usaha pariwisata pantai.
"Para pembudidaya rumput laut melaporkan semua bibit rumput laut yang telah ditanam hilang tersapu badai dan beberapa peralatan budidaya juga mengalami kerusakan seperti tali budidaya, para-para (meja untuk menjemur rumput laut) dan lopo-lopo (gubuk kerja rumput laut)," kata Imam.
"Total pembudidaya yang terdampak di 9 desa tersebut sebanyak 2.113 KK dengan estimasi kerugian mencapai Rp 7 miliar yang terdiri dari kerugian karena gagal panen dan kehilangan sarana dan prasarana budidaya," tambah dia.
Aktivitas penangkapan ikan, beberapa nelayan mengalami kerusakan kapal.
Kerusakan bervariasi antara ringan hingga hancur total ataupun tenggelam. Beberapa alat tangkap seperti pukat dan pancing juga hilang.
Total kerugian ditaksir kurang lebih mencapai Rp 780 juta.