Wali Kota Madiun Jebloskan Warga yang Reaktif Covid ke Tahanan Militer (1)
Warga yang masuk ke Kota Madiun dan reaktif covid dijebloskan ke tahanan militer yang suasananya serem. Simak wawancara khusus dengan Walikota Madiun
Editor: cecep burdansyah
Wawancara Eksklusif Febby Mahendra Putra dengan Walikota Madiun
Selama dua tahun lebih, Kota Madiun dipimpin oleh Wali Kota Maidi. Ada banyak terobosan dan gagasan yang lahir dari pemikiran Maidi, yang telah banyak mengubah wajah Kota Madiun.
Satu di antaranya, Jalan Pahlawan atau Pahlawan Street Center. Maidi mengganti saluran air di sepanjang Jalan Pahawalan dengan box culvert.
Tidak hanya berfungsi sebagai pencegah banjir, namun juga digunakan sebagai pedestrian. Tidak sekadar membangun trotoar yang ramah bagi pejalan kaki, Maidi juga mempercantik tampilannya dengan menambahkan kursi, payung, dan tanaman bunga.
Selama dua tahun dipimpin Maidi, Pemerintah Kota Madiun telah mendapatkan 67 penghargaan. Bahkan, Kota Madiun juga mendapat pujian dari Presiden RI Joko Widodo, karena dianggap berhasil dalam mengatasi Pandemi Covid-19, dengan cara intervensi berbasis lokal.
Maidi kerap membuat gagasan atau program yang kerap menjadi viral. Yang terbaru, Maidi menyiapkan tempat isolasi bagi warga yang nekat mudik di bangunan bekas Rumah Tahanan Militer yang dikenal angker.
Siapakah Maidi, dan apa saja gagasan serta ide yang telah mengubah Kota Madiun yang dahulu dikenal sebagai kota pensiun menjadi kota paling maju di Jawa Timur wilayah barat. Simak wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra dengan Wali Kota Maidi.
Pak, saya kebetulan orang asli Madiun, tapi sudah satu setengah tahun saya tidak pernah pulang ke Madiun karena takut corona. Tapi begitu saya datang ke Kota Madiun, saya terkejut melihat perkembangan dari kota ini, luar biasa, mirip Kota Jogja. Bapak bisa ceritakan siapa yang punya ide bikin Kota Madiun jadi indah ini?
Jadi begini, Kota Madiun ini sering dikatakan sebagai kota pensiunan, kota Madiun sering banjir, dari awal itulah bahwa saya harus bisa mengatasi banjir di Kota Madiun.
Alhamdulillah sekarang tidak banjir. Saya membuat yang sekarang dikatakan trotoar ini, saya beri box culvert dalamnya dua meter, lebarnya tiga meter.
Artinya ini tempat untuk penampungan air pada waktu hujan sebelum dibuang ke Sungai Bengawan.
Setelah ini jadi, satu sisi untuk penampungan air, satu sisi untuk Dak T, karena akan mengacu kota metropolis, tidak ada kabel macam-macam, nanti dimasukan di dalam.
Setelah itu, ini untuk jalan, disable, anak muda, lansia, keluarga, semuanya aman, lebar jalan.
Saya tahu orang lansia kalau jalan itu capek, saya kasih kursi. Kita ada dua musim, hujan dan kemarau, saya kasih payung.
Setelah saya kasih payung, kalau ada orang jalan capek, duduk, perlu oksigen, saya kasih pohon ada oksigen, pohonnya berbunga, orang capek melihat bunga, dia senang.
Hasil akhir yang keenam, karena Kota Madiun itu sempit, saya harus bisa conecting antara infrastruktur antara ekonomi kesehatan, maka pada saat ini, alhamdulillah karena menjadi kota sejuta bunga, maka banyak warga punya ternak lebah.