Suasana Salat Gerhana Bulan di Masjid Agung Kabupaten Tegal
Salat gerhana bulan berlangsung setelah jemaah selesai melaksanakan ibadah salat magrib.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Salat Gerhana Bulan (Khusuf al Qamar) tetap berlangsung di Masjid Agung Kabupaten Tegal, Rabu (26/5/2021).
Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat, jemaah diwajibkan mematuhi prokes seperti mengenakan masker dan menjaga jarak satu sama lain saat melangsungkan salat.
Sementara itu, salat gerhana bulan berlangsung setelah jemaah selesai melaksanakan ibadah salat magrib.
Adapun salat gerhana dilakukan sebanyak 2 rakaat. Masing-masing rakaat dikerjakan dengan 2 kali berdiri, 2 kali membaca Surat Alquran, 2 ruku, dan 2 sujud.
Baca juga: Jemaat Masjid Agung Kota Blitar Gelar Salat Gerhana Bulan, Panjatkan Doa, Berharap Pandemi Usai
"Kami tetap mengimbau jemaah untuk mematuhi prokes, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, dan membawa sajadah atau mukenah sendiri dari rumah. Untuk jarak shaf antar jemaah sudah kami atur dengan memberi tanda menggunakan selotip," ujar Ketua Yayasan Masjid Agung Kabupaten Tegal, Hasan Munawar, pada Tribunjateng.com.
Pada Salat Gerhana Bulan kali ini, berlaku sebagai imam yaitu KH. Syamsul Arifin, dan yang bertugas menjadi Khatib yaitu KH Satori.
Selesai melaksanakan salat, KH. Satori tak lupa memberikan khotbah yang pada kesempatan ini membahas mengenai fenomena Gerhana Bulan.
Menurutnya gerhana bulan merupakan fenomena alam, semuanya sudah diatur oleh Allah Swt namun saat ini juga bisa dibuktikan dengan teknologi.
Tapi biasanya ada sebagian masyarakat yang mengaitkan gerhana bulan dengan mitos-mitos seperti akan terjadi bencana atau kelahiran tokoh (orang-orang) besar.
"Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman dalam surat Yasin ayat 40 yang berbunyi "tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (orbit). Ayat ini menjelaskan bahwa terjadinya gerhana adalah ketika matahari, bulan, dan bumi berada di satu garis lurus. Jika bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi, maka itu adalah gerhana matahari. Jika bumi menghalangi cahaya matahari sampai ke bulan maka disebut dengan gerhana bulan. Itulah fenomena alam yang kadang terjadi," jelas Satori.
Ia melanjutkan, Allah menciptakan bulan sebagai cahaya, matahari sebagai sumber cahaya, dan Allah menciptakan orbit atau garis edar segala benda langit untuk kehidupan manusia di bumi, dan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir.
"Marilah kita tinggalkan mitos-mitos ketika terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari, tetapi kita banyak beristighfar banyak mohon ampun dan selalu bertaqarrub kepada Allah Swt," tuturnya.
Selain itu, tak lupa ia pun menyinggung tentang pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia khususnya Indonesia dan Kabupaten Tegal.
"Marilah kita semua tetap berdoa dan memohon kepada Allah Swt supaya bencana seperti pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Tak lupa meskipun teknologi sudah semakin canggih, kita harus tetap mendekatkan diri kepada Allah Swt," pesan Satori.
Menutup rangkaian pelaksanaan salat gerhana bulan, KH. Satori membacakan doa dan dilanjutkan melaksanakan salat isya secara berjamaah.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Salat Gerhana Bulan di Masjid Agung Kabupaten Tegal Berlangsung Terbatas