Peran Relawan Penting Dalam Menghadapi Bencana
Peran tenaga sukarelawan sangat penting dalam menghadapi bencana, baik gempa maupun tsunami. Seperti apa kesiapan mereka?
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -Para relawan yang tergabung dalam Taruna Siaga Bencana (Tagana) memiliki peran penting di setiap kejadian bencana, seperti saat gempa bumi di Blitar beberapa waktu lalu.
Tagana bersama petugas dan relawan lainnya harus bergerak cepat dan memastikan jangan sampai kondisi para pengungsi yang terdampak, menjadi lebih parah
Koordinator Tagana Provinsi Jatim Twi Adi mengatakan, tugas yang harus ditangani pertama adalah pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, baik itu pengungsi, penyintas, maupun petugas, dengan mendirikan dapur umum. Dapur umum saat gempa di Malang, Lumajang ada 5 titik.
“Di Lumajang 1, Malang 4. Nah itu yang dicukupi semua kebutuhan ada di beberapa pengungsian masyarakat terdampak, walaupun tidak mengungsi petugas yang ada dalam penanganan gempa, kami masak sehari 3 kali. Kalau pas puasa itu buka dan sahur. Pagi juga masak tapi diperuntukan untuk yang tidak puasa,” ujar Twi Adi, Minggu (30/5).
Kebutuhan logistik berasal dari Kemensos yang ditaruh di gudang milik Provinsi Jatim, di Kabupaten Malang. Selain itu logistik juga digalang Tagana kabupaten dan kota.
“Bukan hanya Malang Blitar dan Lumajang. Juga teman teman disekitarnya mulai dari Kediri, Ponorogo sampai dengan Sidoarjo, Banyuwangi, Jember semua merapat di koordinir oleh Tagana Jatim,” tuturnya.
Menurut Adi, Tagana juga mendirikan 13 titik layanan dukungan psikososial, untuk membantu korban, penguatan dan pendampingan kelompok rentan. Pihaknya melibatkan semua elemen untuk mengikuti kegiatan itu.
Di antaranya Karang Taruna, Pelopor Perdamaian, UPT Dinsos, dan komunitas lainnya. “13 titik itu tersebar di beberapa wilayah yang di Blitar, Lumajang 2. 1 ada di Kabupaten Malang. Mulai Ampel, Gadeng, Turen, semuanya didirikan pos layanan dukungan psikososial,” ujar Adi.
Menjadi relawan dalam kegiatan penanganan bencana, menurut Adi banyak suka dan dukanya. Mengingat, yang diutamakan pelayanan terhadap korban bencana tidak mengenal waktu. Di satu sisi juga harus meninggalkan keluarga dalam waktu yang cukup lama. “Masalah di keluarga perlu perhatian. Berbagi waktu pikiran baik untuk keluarga dan masyarakat,” ungkapnya.
Di sisi lain, kata Adi, merasa senang karena upaya relawan membuat orang lain tersenyum. Relawan bisa melayani orang lain, banyak teman dan saudara antara tagana maupun komunitas yang peduli dengan bencana.
“Bangga jadi seorang relawan itu tidak terbeli oleh apapun. Yang ada adalah kebanggaan bisa memanfaatkan momen dalam hidup menjadi sesuatu yang berguna,untuk sesama yang tidak bisa dibeli apapun,” ucapnya. (pam/bri)
Baca juga: Jatim Berpotensi Gempa Berkekuatan M 8,9 dan Tsunami 29 Meter, Warga Tingkatkan Mitigasi