Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terpapar Covid-19, Anggota Fraksi PDIP DPRD DIY Meninggal dan Tak Sempat Masuk ICU Lantaran Penuh

Almarhum Wahyu Pradana Ade Putra bahkan sempat tidak mendapatkan ruang ICU lantaran kondisinya sedang penuh

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Terpapar Covid-19, Anggota Fraksi PDIP DPRD DIY Meninggal dan Tak Sempat Masuk ICU Lantaran Penuh
dprd-diy.go.id
Almarhum Wahyu Pradana Ade Putra sempat tidak mendapatkan ruang ICU lantaran kondisinya sedang penuh 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Anggota DPRD DIY dari Fraksi PDIP Perjuangan, Wahyu Pradana Ade Putra meninggal dunia saat menjalani perawatan akibat terpapar Covid-19, Selasa (29/6/20021) pukul 19.00 WIB malam ini.

Almarhum tutup usia di umur 31 tahun.

Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana mengatakan, beberapa hari sebelumnya, DPRD DIY juga telah menggelar skrining untuk mendeteksi penularan Covid-19 di tempat itu.

Hasilnya ditemui 10 orang yang terpapar Covid-19, termasuk di dalamnya  wartawan yang biasa meliput di DPRD.

Dari jumlah itu, sembilan orang yang terpapar Covid-19 diminta menjalani isolasi mandiri namun hanya almarhum Ade lah yang menjalani perawatan intensif.

"Sebab, kondisinya memang paling parah.

Mendiang juga diketahui memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Baca juga: Dialog Produktif Semangat Selasa: Kiat Sehat Isolasi Mandiri saat Pandemi Covid-19

Berita Rekomendasi

Kalau tidak salah asma, tapi saya belum jelas perihal itu," terangnya.

Lebih jauh, kantor DPRD DIY juga sempat disemprot cairan disinfektan. 

Saat ini semua kegiatan rapat juga dilakukan secara daring untuk sementara waktu. 

Huda pun memanjatkan doa dan ungkapan bela sungkawa terhadap almarhum.

"Semoga Allah SWT berikan khusnul khatimah untuk sahabat kita mas Ade. Semoga diampuni semua dosa beliau. Dinaungi rahmat Nya. Semoga kita semua dan keluarga diselamatkan dari wabah Covid-19 ini. Semoga kita semua dan keluarga diberikan umur panjang, petunjuk dan rahmat Nya," jelasnya.


Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P Gunungkidul Endah Subekti membenarkan kabar duka tersebut.

"Betul, saya tadi juga teleponan dengan Direktur RSUD Saptosari Eko Darmawan," kata Endah melalui pesan singkat.

Menurutnya, Wahyu dikabarkan menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 19.00 WIB.

Sebelumnya ia sempat mendapat perawatan di rumah sakit tersebut.

Pada wartawan, Endah mengungkapkan bahwa almarhum mengalami gejala serupa COVID-19.

Ia sempat menjalani pengambilan swab pada Kamis (24/06/2021), namun kondisinya lantas memburuk.

"Sabtu (26/06/2021) sudah dirawat di RSUD Saptosari, beliau diketahui tak memiliki penyakit bawaan," ujarnya.

Endah mengatakan kondisi Wahyu terus drop sejak siang tadi. Bahkan sempat tidak mendapatkan ruang ICU lantaran kondisinya sedang penuh.

Ia pun memohon doa dari masyarakat Gunungkidul atas wafatnya Wahyu Pradana.

Prediksi Ahli soal Potensi Kasus Covid-19 Harian di Indonesia Bisa Capai 100.000 hingga Puncak Kasus

Sementara itu, kasus Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan dalam kurun waktu satu minggu terakhir.

Bahkan, Indonesia mengalami rekor harian tertinggi dengan tembus 20 ribuan kasus selama tiga hari berturut-turut pada 26-28 Juni 2021.

Sebelum adanya rekor ini, rupanya beberapa ahli telah memprediksi lonjakan ini menjadi puncak kasus Covid-19 di Indonesia.

Termasuk prediksi dari Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin pada Senin (31/5/2021) lalu yang menyebut puncak kenaikan Covid-19 pasca-lebaran terjadi pada akhir Juni 2021.

Baca juga: Gawat! Tempat Tidur Covid-19 di RS DKI Sudah Capai 93 Persen Telah Terisi Pasien

Baca juga: Lonjakan Covid Sangat Tinggi, Indonesia Bakal Terapkan PPKM Darurat?

Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, Dicky Budiman juga telah memprediksi akan ada lonjakan kasus Covid-19 pada akhir Juni 2021.

Bahkan, menurutnya lonjakan kasus pada akhir Juni ini adalah puncak dari gelombang pertama.

"Ini sudah jelas apa yang terjadi adalah akumulasi dari banyak faktor."

"Kebetulan, kita menuju puncak dari gelombang pertama yang tadinya lama," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Sabtu (19/6/2021).

Menurutnya, ada banyak faktor yang membuat lonjakan kasus Covid-19 bisa terjadi.

Seperti penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tidak efektif, penerapan testing, tracing dan treatment atau 3T yang kurang maksimal.

Termasuk faktor varian baru virus corona varian Alpha atau B.1.1.7 dari Inggris.

"Ini adalah akumulasi perjalanan selama satu tahun, dan (kondisi) saat ini diperburuk dengan varian Aplha dari UK (Inggris)," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/6/2021).

Baca juga: Satgas: Pandemi Covid-19 Mendekati Puncaknya Setelah Libur Akhir Tahun

Kendati demikian, Dicky menyampaikan, kondisi lonjakan Covid-19 yang tampak pada saat ini adalah baru awal.

Menurutnya, kondisi ini akan semakin diperburuk oleh keberadaan varian Delta, varian baru virus corona dari India yang sudah mulai mendominasi di Indonesia.

"Sementara (puncak gelombang Covid-19) yang disebabkan oleh varian Delta, kemungkinan terjadi pada Juli, bisa pertengahan atau akhir Juli," jelas Dicky.

Prediksi Dicky Kasus Harian di Indonesia Bisa Mencapai 100.000

Sebelum lonjakan terjadi pada akhir Juni ini, Dicky sempat memprediksi kasus harian di Indonesia bisa mencapai 100.000.

Hal itu lantaran, masyarakat kerap lalai menanggapi virus corona yang muncul tanpa bergejala.

Dicky mengatakan, berdasarkan riset, sekitar 80 persen Covid-19 muncul tanpa gejala.

Di sisi lain, hal ini dipersulit oleh kurangnya pengecekan sedari dini secara aktif dari rumah ke rumah.

Baca juga: Kendalikan Kasus Covid-19, Indonesia Harus Lakukan Testing 2 Juta Sehari

"Tidak bergejala bukan berarti tidak sakit. Ketika di-scan selain pada organ jantung dan paru ada kerusakan atau potensi di organ lain, sehingga kualitas kesehatan menurun."

"Mencegah lebih baik dari pada mengobati," katanya dalam live streaming channel YouTube Radio Muhammadiyah, Selasa (18/5/2021) lalu, dikutip dari Tribunnews.

Inilah yang menjadikan wabah pandemi disebut sebagai 'silent spreader', di mana wabah terlihat samar-samar padahal punya dampak yang sangat nyata.

Menurut Dicky, masyarakat juga lebih mengutamakan berobat di rumah saja ketimbang langsung memeriksakannya ke rumah sakit.

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman.
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. (dok pribadi)

"Itulah yang terjadi pada India. Berdiam diri di rumah, saat timbulnya gangguan dari gejala baru ke rumah sakit. Hal ini yang nanti akan menjadi chaos," tambahnya.

Untuk itu, pada Mei lalu, Dicky memprediksi satu hingga tiga bulan ke depan, bisa saja terjadi kasus infeksi hingga 100.000 per hari.

Bukan karena mudik dan Lebaran, tapi akumulasi setahun lalu seperti pilkada.

Sementara, dalam wawancara bersama Kompas TV pada 7 Juni 2021 lalu, Dicky juga mengingatkan hal serupa.

Menurutnya, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia bisa berpotensi mencapai 50.000-100.000 kasus per hari.

"Saat ini (Indonesia) menghadapi puncak ke sekian kali, dan puncak ini bisa diprediksi terjadi di akhir Juni atau awal Juli dengan angka kasus harian sampai 50-100 ribu," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Senin (7/6/2021).

Dicky Menyebut Virus Corona Varian Delta Ancaman Serius

Terbaru, Dicky juga mengingatkan akan adanya ancaman baru yang sangat serius dari virus corona varian Delta.

Dicky membenarkan, virus corona varian Delta dapat menular hanya 5-10 detik saat berpapasan.

Dicky menuturkan, pernyataan tersebut sudah dikonfirmasi dan diperkuat dengan temuan CCTV di Australia.

Adapun, melansir The Guardian, sebuah rekaman CCTV di Australia menampilkan dua orang yang sedang berbelanja di Westfield Bondi Junction menjadi petunjuk adanya penularan Covid-19 keduanya.

Baca juga: Ahli Ungkap Kemungkinan Virus Corona Varian Delta Menular Hanya Berpapasan dan Berpotensi Reinfeksi

CCTV itu digunakan dalam investigasi yang dilakukan oleh otoritas setempat untuk melacak perjalanan kasus dan mengidentifikasi setiap momen penularan yang mungkin terjadi.

"Iya ini memang sudah dikonfirmasi merujuk pada data (bukan dari) hasil tracing secara manual."

"Tetapi secara urgent of sequencing yang menunjukkan ketepatan bahwa ini memang (menular) dari orang yang berpapasan."

"Juga diperkuat dengan CCTV," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Senin (28/6/2021).

Menurut Dicky, keakuratan temuan ini hampir mendekati 100 persen.

Untuk itu, ia menyebut temuan ini sudah membuktikan virus corona varian Delta sangat mengancam.

"Jadi ini mendekati 100 persen keakuratannya tapi sudah cukup memberikan pesan penting varian ini sangat mengancam dan serius," ungkapnya.

Baca juga: Varian Delta Mulai Mendominasi Wabah Covid-19, IDI Minta Pemerintah Tutup Pintu Masuk Indonesia

Kendati demikian, Dicky menyebut, mereka yang berpotensi tertular adalah yang tidak memakai masker dan belum menerima vaksinasi.

"Tetapi ada tambahan juga yang berpapasan itu tidak memakai masker dan belum divaksin secara lengkap," tambahnya.

Untuk itu, Dicky mengingatkan agar tetap menjaga jarak aman dengan seseorang maksimal dua meter.

Terakhir, ia juga mengingatkan untuk merevisi pernyataan yang menyebut penularan bisa terjadi selama 15 menit.

"Artinya massa waktu kasus kontak 15 menit ini harus direvisi, apalagi varian Delta ini sudah mulai mendominasi di Indonesia," tegasnya.

Simak Berita lain terkait Virus Corona Varian Delta

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul BREAKING NEWS: Anggota DPRD DIY dari Fraksi PDIP Meninggal Terpapar Covid-19

(Tribunjogja/Yuwantoro) (Tribunnews.com/Maliana, Aisyah Nursyamsi, Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas