Tugu Pers Mendur Didirikan Untuk Mengenang Mendur Bersaudara Yang Mengabadikan Proklamasi 1945
Tugu Pers Mendur yang berdiri di Kelurahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, diresmikan Presiden SBY
Editor: Toni Bramantoro
Usai pembacaan teks proklamasi oleh Bung Karno, pecahlah pekik Merdeka! berulang-ulang oleh hadirin sembari mengepalkan tangan ke udara. Sulit dilukiskan perasaan orang yang ada ketika itu.
Sebagian tampak menitikkan air mata. Frans, yang turut larut emosinya, nyaris lupa menjepretkan kamera. Namun, akhirnya dia sempat mengabadikan pengibaran Bendera Merah Putih yang sudah mencapai ujung tiang bendera.
Frans Soemarto Mendur saat menjadi saksi sejarah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai wartawan harian Asia Raya. Kesaksiannya itu dimuat di sebuah koran yang tidak tertera nama dan edisi terbitnya.
Salinan dari tulisan itu dipajang di dalam ruangan rumah panggung yang dijadikan museum di Tugu Pers Mendur.
Tanpa peran Frans Mendur mungkin kita dan generasi setelah peristiwa bersejarah kemerdekaan Indonesia tidak akan dapat menyaksikan foto detik-detik proklamasi.
Selain Frans, pada saat peristiwa Proklamsi Kemerdekaan Indonesia ada wartawan foto lainnya, yaitu Alex Impurung Mendur, yang tak lain adalah kakaknya. Hanya saja kamera Alex dirampas tentara Jepang dan dimusnahkan. Ketika Frans selesai memotret peristiwa bersejarah itu, dia juga dikejar tentara Jepang yang menginginkan kameranya.
Namun Frans berhasil menguburkan rol film hasil jepretannya ke dalam tanah di halaman belakang kantor Asia Raya.
Saat tertangkap Jepang, Frans mengaku hasil jepretannya sudah dirampas Barisan Pelopor.
Meski demikian, hasil bidikan kamera Frans ternyata baru bisa diterbitkan enam bulan kemudian, tepatnya pada 20 Februari 1946 di halaman pertama Harian Merdeka.
Cetakan foto bersejarah, entah yang keberapa kali sudah, itu abadi sampai kini. Murid-murid sekolah yang tengah belajar sejarah bisa menyaksikan detik-detik saat Bung Karno membaca teks proklamasi didampingi Bung Hatta serta pengibaran Sang Saka Merah Putih, lewat jepretan kamera Frans.
Praktisi media, Dar Edi Yoga mengakui bahwa hingga saat ini Mendur bersaudara belum juga diangkat sebagai pahlawan nasional, padahal mereka layak mendapatkan anugerah itu. Dan museum Tugu Pers Mendur perlu uluran tangan dari pemerintah untuk segera direnovasi.
"Peran Mendur bersaudara tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan republik ini dengan mempertaruhkan nyawa. Mereka mengabadikan berbagai peristiwa penting sebelum dan setelah kemerdekaan. Untuk itu sudah pantas kiranya jika mereka dianugerahi sebagai pahlawan nasional," tutur Dar Edi Yoga.