Perjuangan Mbah Jum Kayuh Sepeda Puluhan Kilometer Jual Anyaman Bambu Demi Istri yang Sakit Keras
Dengan menuntun sepeda ontel miliknya, ia menjajakan dagangannya dari desa ke desa dan tak jarang menempuh berpuluh-puluh kilometer jauhnya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Di usianya yang sudah tua, Jumali (80) Warga Dusun Krajan, Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur, masih terus giat bekerja mencari nafkah.
Dia belum bisa menikmati sisa hidupnya.
Tuntutan hidup membuat pria yang kerap disapa Mbah Jum itu membanting tulang.
Ia berjualan anyaman bambu yang sudah digeluti sejak 60 tahun lamanya.
Dengan menuntun sepeda ontel miliknya, ia menjajakan dagangannya dari desa ke desa dan tak jarang menempuh berpuluh-puluh kilometer jauhnya.
"Saya keliling jauh-jauh, ke daerah Jajag, sampai ke daerah kota juga. Berangkat jam 7 pagi laku tidak laku jam 1 siang saya pulang," kata Mbah Jum, di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi, Sabtu (18/9/2021).
Baca juga: Cerita Masa Kecil Natasha Wilona yang Sulit dan Penuh Perjuangan
Ia sadar saat ini bangunan beralih menggunakan bahan yang lebih modern.
Sehingga dagangannya tak lagi menjadi pilihan para konsumen.
Kendati demikian, ia tak memiliki pilihan untuk berganti profesi karena usianya yang tak lagi muda.
"Saat ini, memang cukup sulit jualan gedek seperti ini, tapi ya bagaimana tidak ada pilihan lain lagi," ujar dia sembari tertawa.
Anyaman bambu miliknya dijual Rp 75.000.
Namun tak jarang ia sering menurunkan harga hingga Rp 60.000 supaya laku terjual.
Meskipun akhirnya penghasilannya juga ikut menurun.
"Tipis hasilnya, saya kasih Rp 60.000 kadang, dengan penghasilan Rp 20.000-Rp 30.000 setiap gedek nya, karena saya bagi hasil sama yang buat, di sini saya menjualkan. Tapi, alhamdulillah masih cukup, saya juga tidak mengeluh," ujar dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.