Ketua RT Ungkap Alasan Warga Tak Menyukai Agus Dartono, Pensiunan Polisi yang Jadi Manusia Silver
Tedi baru satu bulan menjabat menjadi ketua RT, namun sudah menampung banyak keluhan warga terkait Agus Dartono.
Editor: Dewi Agustina
Agus Dartono (61) purnawiran Polri memilih menjadi manusia silver untuk menyambung hidup.
Ketika terjaring razia Satpol PP, Agus Dartono viral di media sosial.
Ditemui di kediamannya, Agus menceritakan suka duka jadi manusia silver.
Dia juga mengungkap baru seminggu berprofesi sebagai manusia silver.
Ia berjibaku di kerasnya jalanan Kota Semarang dengan mengais rezeki di lampu lalu lintas tepatnya di sekitaran Jalan Arteri Yos Sudarso.
Pekerjaan itu sudah dilakoninya selama seminggu terakhir, sebelum diamankan anggota Satpol PP Kota Semarang, Sabtu (25/9/2021) sekira pukul 11.00 WIB.
"Iya baru seminggu terakhir kerja jadi manusia silver," ungkapnya saat disambangi Tribunjateng.com, di rumahnya, Sendangmulyo, Tembalang, Senin (27/9/2021).
Seminggu bekerja menjadi manusia silver menjadi pengalaman tak mudah bagi Agus.
Ia harus memoles sekujur tubuhnya menggunakan cat besi yang tentu dalam jangka waktu lama akan berdampak negatif pada kulitnya.
Kemudian ia harus bekerja di tengah terik matahari dan debu jalanan jalur pantura Semarang.
Dengan segenap perjuangan tersebut, ia hanya mampu kantongi uang Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per hari.
"Sehari dapat segitu. Paling banter Rp 20 ribu," katanya.
Baca juga: Viral saat Dirazia, Begini Nasib Agus Dartono, Pensiunan Polisi yang Jadi Manusia Silver
Uang sejumlah itu, harus dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Apalagi ia masih memiliki satu anak yang masih kuliah.
"Total anak saya empat. Perempuan semua. Tiga sudah menikah. Tinggal satu masih kuliah mau lulus," jelasnya.
Ia mengaku, hanya memiliki sisa uang pensiunan Rp 800 ribu per bulan.
Sebenarnya uang pensiunannya mencapai Rp 3 juta lebih.
Jumlah tepatnya ia lupa, setelah dipotong oleh pinjaman bank, uang pensiunan yang diterima sejumlah tersebut.
"Iya dulu pernah minjam di bank untuk keperluan mendesak di keluarga sebesar Rp 150 juta," kata kakek tujuh cucu itu.
Ia mengatakan, uang Rp 800 ribu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Maka ia terpaksa memutar otak agar tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Lihat di jalan ada orang kerja jadi manusia silver jadi langsung terpikir untuk mencobanya," katanya.
Ia menyebut, anak dan mantunya ada yang menjadi guru honorer, sopir dan anggota TNI.
Tapi ia pantang meminta kepada anak-anaknya.
Maka sesulit apapun kondisinya ia memilih untuk bekerja sendiri. Meski harus kerja jadi manusia silver.
"Malu kalau minta anak. Misal dikasih ya terima tapi diminta saya ga mau," ungkapnya.
Pernah Bertugas di Timor Leste
Agus Dartono (61) merupakan pensiunan Polri pada tahun 2018.
Menjabat terakhir menjadi anggota Unit Lantas Polsek Tembalang.
Ia juga pernah mencicipi bertugas di satuan Serse, Dalmas, Sabhara dan Unit Lalu Lintas.
Paling lama ia berkarir sebagai Dalmas dengan pangkat terakhir Aipda.
Paling singkat berkarir di satuan serse hanya satu tahun.
Ia masuk ke institusi Polri tahun 1982.
Pernah bertugas di Timor Timur, sekarang Timor Leste selama setahun.
Polsek Tembalang menjadi tempat terakhir bagi Agus Dartono (61) mengabdikan diri di institusi Polri.
Ia pensiun di tahun 2018.
Selepas pensiun ia langsung bekerja di bidang lain.
Ia tak betah semisal berlama-lama di rumah.
"Kalau di rumah saja badan pegal semua," ujar warga Sendangmulyo, Tembalang itu kepada Tribunjateng.com, Senin (27/9/2021).
Di tengah kesulitan mencari kerja, ia nekat menjadi sopir angkutan di Kota Semarang.
Sayang, di pekerjaan itu, ia tak betah lantaran sepi penumpang.
"Banyak nganggurnya jadi saya hanya dua bulan jadi supir," ucapnya.
Masa menjadi sopir, ia jalani dengan prihatin.
Baca juga: Soal Bayi 10 Bulan yang Jadi Manusia Silver, Mensos Risma: Anak dan Ibunya Sudah Ada di Balai Kami
Hidup di jalan, mandi di terminal biasa dilakoninya setiap hari.
"Mau jadi sopir online saya sudah tua ga bisa mainan handphone," katanya.
Sesudah jadi sopir, ia pun nekat jualan toko kelontong di gang dekat rumahnya.
Pekerjaan ini lumayan lama ditekuni selama berbulan-bulan.
Akan tetapi nasib baik belum menghampirinya, pandemi datang sehingga toko kelontongnya gulung tikar.
Padahal hidup terus berjalan, Agus tak cukup hanya mengandalkan uang Rp 800 ribu pensiunannya.
"Pas pandemi etalase toko tak jual. Mesin cuci rusak tak jual rongsok. Hal itu saya lakukan untuk bertahan hidup," katanya.
Ia pun terus memutar otak agar tetap bertahan hidup.
Ketika melintas di jalan raya, ia melihat ada orang bekerja sebagai manusia silver sehingga muncullah ide untuk menjalani pekerjaan tersebut.
"Saya jalani apapun pekerjaannya. Sepanjang halal gak mencuri dan meras orang," katanya.
Meski demikian, ia mengaku, khilaf atas keputusannya menjadi manusia silver.
Pekerjaan itu tak akan dilakukannya kembali sebab sejumlah pimpinan polisi di Polrestabes Semarang dan Polda Jateng membantunya.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Sisi Lain Agus Dartono, Purnawirawan Polri Jadi Manusia Silver di Semarang, Kenapa Tak Disukai Warga
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.