Kembali ke Orangtua dan NKRI, Begini Pengakuan Pelajar yang Sempat Terpapar NII
GI (15), pelajar yang sempat dibaiat Negara Islam Indonesia (NII) memutuskan kembali kepada orangtuanya dan NKRI.
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, GARUT- GI (15), pelajar yang sempat dibaiat Negara Islam Indonesia (NII) memutuskan kembali kepada orangtuanya dan NKRI.
GI telah dua tahun terpapar paham radikal NII. Dia juga jarang pulang ke rumah orangtuanya dan memilih berhenti sekolah.
Suasana haru menyelimuti saat GI pulang kepada orangtuanya. Tangis GI pecah.
Suasana mengharukan itu disambut dengan kembalinya sang anak ke pangkuan orang tuanya yang sebelumnya disebut-sebut telah dibaiat oleh kelompok radikal NII.
Baca juga: Seorang Anak di Garut Terpapar NII: Jadi Pembangkang Orangtua dan Tidak Mau Sekolah
"Hasil dari musyawarah, anak tersebut islah dan kembali kepada orang tuanya. Ketika kami tanya dari mana asal dan siapa yang mengajaknya, anak itu tidak mengakui," ujar Lurah Sukamentri, Suherman, dikutip Tribunnews dari Tribunjabar.id, Sabtu (9/10/2021).
Suherman mengatakan, pihaknya telah mencoba membujuk hingga mendesak anak tersebut agar terbuka.
Namun anak tersebut tidak mengaku siapa orang yang telah membaiat dirinya.
"Didesak sama semua orang juga tetap tidak mengakui."
"Jawabannya hasil dari kajian dirinya dari hasil pengalaman dirinya, begitu," ucapnya.
Saat ini puluhan anak yang terpapar paham NII di Garut sedang dalam pendampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya.
"Kami akan berkonsentrasi terhadap pemulihan kondisi psikis anak agar anak bisa menerima dulu kenyataan seperti ini."
"Nanti jika anak sudah tenang, kami akan mendapatkan apa yang kita inginkan dalam proses penyembuhan lebih lanjut," ujar Ketua KPAID Tasikmalaya Ato Rinarno.
Baca juga: Cegah Paham Radikalisme Seperti di Garut, Polri Minta Orang Tua Awasi Kegiatan Agama Anaknya
Dari 59 orang yang terpapar paham radikal NII, pihaknya masih mendata karena angka pasti anak-anak yang terpapar belum diketahui.
"Kami dan semuanya akan turun ke lokasi untuk mendata dari yang 59 orang ini ada berapa anak dan ada berapa dewasa," ungkapnya.