Terlahir sebagai Orang Kaledonia, Nenek di Lamteng Fasih Bahasa Prancis
Suzzani yang akrab disapa Mbah Suyan (81), sangat fasih bicara bahasa Prancis. Ia kelahiran Kaledonia yang tersisa dan tinggal di Lamapung Tengah.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS. COM, LAMPUNG TENGAH - Tak banyak masyarakat tahu di Dusun Mulyo Katon, Kampung Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, terdapat sejumlah tetua yang fasih berbahasa Prancis. Kemampuan itu mereka dapat karena pernah tinggal di Negara Kaledonia Baru.
Awalnya ada puluhan warga di sana yang fasih berbahasa Prancis. Mereka seluruhnya pernah tinggal di Kaledonia Baru. Namun seiring waktu, usia mereka bertambah dan sebagian besar sudah meninggal dunia.
Kini tersisa dua orang nenek yang fasih berbahasa Prancis. Namun dari dua orang ini, hanya satu yang masih bisa diajak ngobrol. Sementara seorang lagi sudah sulit diajak bicara akibat faktor usia.
Adapun satu nenek yang fasih berbahasa Prancis ini adalah Suzzani atau akrab disapa Mbah Suyan. Ia berusia 81 tahun, namun masih bisa diajak berbincang. Sementara temannya, nenek Misri, sudah tidak bisa lagi diajak bicara. Nenek Misri berusia 84 tahun.
Tribun Lampung pun berbincang bersama Mbah Suyan di kediamannya di Dusun Mulyo Katon, Kampung Toto Katon, Kecamatan Punggur, Minggu (31/10). Saat tiba di rumahnya, Mbah Suyan menyapa Tribun dengan bahasa Prancis.
Mbah Suyan menceritakan, ibunya adalah warga Kaledonia Baru di Kepulauan Pasifik. Saat penjajahan Belanda, ayahnya dipekerjakan ke Negara Kaledonia Baru.Di sanalah ayahnya yang saat itu masih bujang bertemu ibunya.
"Sejarahnya dulu ayah bersama beberapa orang lainnya dipekerjakan ke Kaledonia (sekarang Kaledonia Baru). Di sana ayah bekerja sebagai pekerja tambang dan menikah dengan ibu (orang asli Kaledonia)," kata Suzzani.
Dari pernikahan sang ayah dengan perempuan Kaledonia, lahir enam anak. Suzzani adalah anak keempat dari enam bersaudara yang lahir pada 9 November 1939.
Suzzani tumbuh hingga remaja di ibukota Kaledonia, Noumea. Ia juga sempat mengenyam pendidikan di sana hingga kelas III SMP. Selama tinggal di Kaledonia, sehari-hari mereka menggunakan bahasa Prancis.
Setelah masa penjajahan selesai dan berita kemerdekaan Indonesia dari Belanda sampai ke Kaledonia, Ia bersama ketiga saudara dan sang ayah kembali ke Indonesia beserta rombongan lainnya dengan menumpang kapal dari Norwegia sekitar tahun 1950-an. Namun ibu dan kedua adiknya tidak ikut.
Mereka sempat tinggal di Jakarta dan Surabaya, sampai pada tahun 1953 mereka bersama ratusan orang lainnya diberangkatkan menggunakan kapal laut dalam program transmigrasi ke Lampung dan ditempatkan di Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
"Kami sebagai Nyauli (bahasa Prancis untuk sebutan warga keturunan) saat itu ada beberapa kepala keluarga diberangkatkan ke Lampung pada tahun 1953, dan sebagian lagi ditempatkan di Pagar Alam (Sumatra Selatan)," terangnya.
Sebagai Nyauli bahkan Suzzani masih mengurus paspor di imigrasi untuk berpindah kewarganegaraan hingga awal tahun 1990-an, dan saat ini ia telah menjadi warga negara Indonesia sepenuhnya.
Setelah menetap di Punggur, Suzzani hanya menggunakan bahasa Prancis kepada ketiga saudaranya, sang ayah dan juga beberapa Nyauli lainnya yang diberangkatkan dari Kaledonia ke Lampung.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.