Langkah Strategis Rektor Unair, Kerja Sama dengan Kemenhan Teliti Vaksin dan Obat-obatan (2-Habis)
Unair menggandeng Kementerian Pertahanan untuk terus mengembangkan riset obat-obatan. Selain untuk masyarakat umum, diteliti obat untuk tentara.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Beberapa waktu lalu Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berkunjung ke Universitas Airlangga (Unair). Kunjungan itu dalam rangka penandatanganan kerja sama.
Saat itu Prabowo mengatakan, pertahanan negara bukan hanya urusan satu sektor semata namun multi sektor. Oleh karena itu Prabowo menggandeng universitas terbaik di Indonesia untuk berkolaborasi.
Terkait kerja sama dengan Unair, salah satunya adalah pemanfaatan bersama Laboratorium Biosafety Level-3 (BSL-3) untuk kepentingan ketahanan nasional. BSL-3 merupakan laboratorium terbesar di Asia Tenggara.
"Pak Menhan mengatakan tidak cukup dengan BSL-3, perlu BSL-4. Tetapi intinya BSL-3 kami ini harus bisa dioperasionalkan dan menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi," kata Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak menjawab pertanyaan Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra saat pengambilan video wawancara eksklusif di Gedung Kantor Manajemen Unair, Senin (18/10).
Selengkapnya simak lanjutan wawancara berikut ini:
Baru-baru ini Unair bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan RI dalam sarana Laboratorium Biosafety Level-3 (BSL-3), ini apa yang mau dicapai Unair dengan fasilitas ini?
Untuk mengembangkan berbagai macam penelitian, baik obat-obatan atau apa pun termasuk vaksin yang penyebarannya sangat membahayakan diperlukan laboratorium yang tingkat keamanannya tinggi.
Bahkan kapan hari Pak Menhan mengatakan tidak cukup dengan BSL-3, perlu BSL-4. Tetapi intinya BSL-3 kami ini harus bisa dioperasionalkan dan menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi.
Karena operasionalnya tidak murah, pengganti hepafilter saja bisa miliaran. Ini yang kemudian kami harapkan BSL-3 bisa beroperasi dengan baik, dapat penghasilan dan bisa memelihara laboratorium ini. Pasalnya di sana banyak alat yang cukup mahal, dengan begitu ketika ada penelitian dengan Menhan dan mendirikan apa pun BSL-3 kami sudah siap,
Peranan Kemenhan dalam laboratorium ini apa?
Kemenhan juga punya banyak kepentingan, yang pertama agar ketahanan nasional terjamin. Soal vaksin saja ini bukan hanya menyangkut masyarakat umum, tetapi juga menyangkut tentara. Ada lagi vaksin malaria, yang baru-baru ini ditemukan WHO belum pernah ada (jenis malaria). Sementara tentara biasanya tidur di tenda, barak yang tidak ada AC-nya, banyak nyamuknya yang mungkin berbahaya.
Kalau nggak ada vaksin dan obatnya pastinya akan mempengaruhi semangat sumber daya ketahanan kita.
Jadi Kemenhan sangat berkepentingan pada penelitian yang bisa dipakai untuk kepentingan militer?
Sangat mungkin, termasuk maaf ini agak berbau guyonan, perang ke depan ini bukan hanya senjata konvensional. Kami juga diminta untuk terus mengumpulkan dan meneliti whole genome sequencing terhadap virus yang ditemukan. Apa memang asli atau buatan. Kami sampaikan ke Menhan juga, kalau kami punya banyak virus di laboratorium.
Di semua negara sudah mengembangkan BSL ini dan tidak boleh lengah. Air saja perlu diteliti apa saja kandungannya kalau itu dikonsumsi tantara. Ini menjadi bagian dari ketahanan nasional.
Covid-19 juga memukul ekonomi kita, pemerintah menggunakan banyak strategi termasuk strategi fiskal untuk menyelamatkan itu. Menurut Prof Nasih bagaimana?
Kalau berbicara ekonomi harus dilihat pendekatan makro apa mikro, kalau hanya pendekatan makro barang kali selesai lewat banyak investasi. Produksi dan konsumsi masyarakat tentu semua akan baik-baik saja.
Yang tidak kalah pentingnya yaitu apakah pertumbuhan ekonomi ini akan berdampak pada kesejahteraan mayoritas masyarakat. Dan sejak lama memang perbincangan antara pertumbuhan dengan “pemerataan” masih harus terus didiskusikan lagi.
Pertumbuhan memang bagus, tapi jangan lupa yang terdampak ini mereka yang ada di level menengah ke bawah. Sehingga menurut saya kebijakan apapun harus memihak level menengah ke bawah agar mereka bisa lebih bergerak dalam hal perekonomian.
Saat ini pemerintah juga tengah menyalurkan bantuan langsung tunai pada kelompok menengah ke bawah yang jumlahnya tidak sedikit. Apakah ini yang dimaksud membantu kelompok rentan Covid-19 ini?
Yang pertama hal itu sangat bagus, tetapi itu lebih banyak untuk meningkatkan daya beli dan konsumsi. Artinya dampaknya berkelanjutan menjadi dipertanyakan.
Karena penduduk level bawah akan mendapat kebutuhannya, tetapi yang dikonsumsi ini bisa jadi produk impor atau produk mereka yang berada di level tinggi.
Yang kedua adalah, kalau BLT ini dicabut suatu saat, apa yang dilakukan masyarakat. Ini yang harus diperhatikan, bukan hanya konsumsinya tetapi juga produktivitasnya.
Karena bisa dua tahun BLT saja sudah bagus, dan ini harus diperbincangkan lagi. Termasuk kebijakan fiskal, KUP dan lainnya.
Perkembangan Covid-19 ini sudah melandai, jadi bagaimana Unair menyiapkan perkuliahan tatap muka?
Kalau ngomong siap ya kita siap, kalau di perguruan tinggi jauh lebih simple mekanismenya. Unair, kalau orang tuanya mengizinkan dan kementerian, Satgas Covid-19 mengizinkan secara prinsip menyiapkan diri untuk hal itu. Kami sudah kembangkan dan gunakan yaitu mekanisme hybrid di beberapa tempat. Kami juga menerapkan model blended.
Model blended ini disediakan bagi mahasiswa yang mau datang ke kampus. Dalam semua hal memang perlu disiapkan secara mekanismenya kalau secara fasilitas tidak terlalu banyak. Apalagi jika sudah offline.
Sejak awal kami juga mewajibkan mahasiswa Unair untuk vaksin, kalau tidak vaksin tidak boleh daftar ulang.
Kalau dosen lebih dari 90 persen sudah vaksin, mahasiswa sudah vaksin. Izin sudah ada maka tidak ada yang kami khawatirkan lagi.
Sampai saat ini tingkat mahasiswa dan civitas akademika yang sudah vaksin hingga tahap kedua berapa banyak?
Saat ini sudah lebih dari 80 persen civitas akademik sudah vaksin kedua. Karena memang wajib vaksin ini.
Mitigasi manakala di dalam perkuliahan ada civitas akademika terjangkit Covid-19 bagaimana?
Kalau ada civitas akademika positif covid, mitigasinya sudah kami siapkan. Saat di awal ketika volume yang kuliah masih sedikit kami siapkan asrama mahasiswa kami. Jadi mereka tidak keluar masuk saat ada kasus itu.
Lebih massal lagi, kalau ada beberapa kasus ya kami lakukan pemeriksaan rutin. Sehingga sejak awal bisa diketahui satu atau dua yang positif.
Tracking rutin kami gunakan antigen, tapi kalau tracking acak kami siapkanuntuk PCR. Kami juga menyiapkan GeNose untuk pencegahan juga. Penegakan protokol kesehatan jadi bagian utama dalam proses mitigasi
Pandemi yang berlangsung lebih dari 1,5 tahun ini, apa dampak yang paling mengena selain ketiadaan kuliah tatap muka?
Ketiadaan kuliah tatap muka bukan gangguan bagi kami. Karena sejak awal kami punya aula untuk e-learning dan lainnya.
Tapi dampaknya lebih pada psikologis mahasiswa. Tapi bukan masalah perkuliahannya, lebih banyak pada interaksi mereka yang berkurang dengan kawan-kawannya.
Pembelajaran sudah enjoy saja karena ada banyak perkembangan meknisme interaksi yang baik, justru ada juga berapa mahasiswa yang suka dengan sistem online. Yang penting asesmen atau ujiannya harus offline.
Psikologis mahasiswa yang kami cari solusinya.Dampak ekonomi pastinya berdampak juga pada permintaan keringanan biaya pendidikan yang bisa mencapai belasan ribu mahasiswa.
Jadi revenue (pendapatan) Unair berkurang ya?
Yang penting berkahnya, jadi semoga saja meskipun revenue turun berkahnya meningkat. Kami sudah antisipasi berbagai kondisi yang ada.
Karena selama ini juga kami harus tetap bayar dosen, bayar listrik, perawatan dan lainnya. Pembelanjaan kami memang ada penurunan tapi tidak signifikan.
Bikin Pak Rektor pusing nggak ketika banyak mahasiswa minta keringanan?
Tingkat pusing sih bukan karena keringanannya, asal mereka jujur kami dengan senang hati memberikan keringanan. Yang sering kali mikir agak dalam adalah kalau yang tidak berdampak kemudian minta keringanan. Ini yang bikin pusing.
Kalau memang yang terdampak seperti yatim atau PHK ya kami enjoy saja memberikan. Kadang ini yang dimanfaatkan mahasiswa kaya, kalau kayak gini aspek keadilannya ya bagaimana.
Namun secara umum, ada satu dua diskusi di keuangan tidak ada masalah. Kami optimis dengan banyak membantu akan ada keberkahan dan cukup juga.
Tantangan Unair yang paling krusial itu apa?
Tantangan utama, terkait dengan employability lulusan, ini tantangan terbesar perguruan tinggi. Jadi bagaimana lulusan memiliki daya saing yang tinggi, mau menjadi apapun kami siapkan di semua bidang. Bukan hanya menjadi karyawan maupun akademisi saja.
Kedua, berkaitan kebermaknaan riset yang selama ini belum muncul dengan bagus.Kontribusi dari riset yang kami lakukan dengan dana yang besar baru berhenti di naskah saja. Jadi apa toh makna meneliti kalau disimpan dan dibaca sendiri
Ketiga, terkait keberlanjutan riset untuk sampai pada industri.
Keempat, respons organisasi kami akan tantangan yang ada. Karena perguruan tinggi dibentuk dengan ilmu birokrasi yang kuat, berkaitan dengan perubahan lingkungan akhirnya menjadi lambat.
Jadi organisasi harus mampu merespons perubahan yang ada di lingkungannya.
Yang kelima, pendapatan universitas selama ini banyak mengandalkan orang tua atau masyarakat. Kita pingin memperbesar lagi porsi usaha universitas. Karena usaha universitas ini masih sangat kecil, dari pemerintah juga masih sangat kecil.
Contohnya di IPB ada lembaga afiliasi peneliti yang proyeknya miliaran dan bermanfaat pada operasional universitas juga.(sulvi sofiana)
Baca juga: Langkah Strategis Rektor Unair: Vaksin Merah Putih Selesai Juni 2022 (1)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.