Berbagi Ilmu Rawat Aglonema, Youtuber di Sukoharjo Ini Sukses Ciptakan Bisnis Baru
Begitulah aktivitas sehari-hari di Kireina Nursery milik Robertus Rimawan Prasetio yang terletak di Perumahan Taman Kuantan, Singopuran
Penulis: Daryono
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Di sebuah rumah yang difungsikan sebagai toko sekaligus kantor, Andriyanto (26) terlihat sibuk mengemas puluhan paket yang berisikan media tanam dan pupuk tanaman hias aglonema, Rabu (17/11/2021).
Paket-paket dalam karung putih itu akan dikirim kepada para pemesan melalui jasa ekspedisi.
Andri sapaan akrabnya, menjalani pekerjaan barunya itu setelah 6 bulan lalu ia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan tempat ia bekerja akibat terdampak Pandemi.
Sementara itu, rekan kerja Andri, Oka Kusumayudha, memiliki tugas yang berbeda.
Oka bertugas mencampur dan mengemas media tanam ke dalam plastik.
Sebelum ditutup permanen, media tanam itu ia timbang dengan menggunakan timbangan di depannya.
Baca juga: Cara Mudah Membuat Media Tanam Aglonema, Steril dari Jamur dan Serangga
Hal itu untuk memastikan berat media tanam sesuai dengan yang tertulis dalam plastik kemasan.
Begitulah aktivitas sehari-hari di Kireina Nursery milik Robertus Rimawan Prasetiyo yang terletak di Perumahan Taman Kuantan, Singopuran, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Dari usaha menjual media tanam dan pupuk aglonema, Rimawan kini meraup omzet hingga Rp 140 juta per bulan.
Padahal usaha Rimawan berjualan media tanam dan pupuk baru ia rintis sekira setahun ini.
Pesatnya perkembangan usaha Rimawan ini rupanya didukung oleh channel Youtubenya, Rimawan Vlog, yang saat ini memiliki 83 ribu subscriber.
Cerita bermula saat Rimawan memutuskan untuk mundur dari sebuah perusahaan media pada 2017 setelah ia bekerja sebagai wartawan selama 10 tahun.
Kala itu, ia mundur untuk mengembangkan usaha yang sudah dirintis istrinya yakni jual beli emas dan tas kulit asli.
Sembari mengembangkan usaha yang sudah ada, ia kemudian merintis beberapa usaha lain di antaranya dengan membeli usaha franchise minuman seharga Rp 12 juta.
Baca juga: 9 Tanaman Hias Paling Populer Sepanjang Tahun 2020, dari Janda Bolong hingga Aglonema
Sayangnya, baru dua bulan buka, Pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia.
Rimawan terpaksa menutup usaha minuman itu dan merumahkan dua karyawannya.
Di tengah kebingungan itu, Wawan, sapaan akrabnya menyalurkan hobinya bertanam.
Awalnya ia menanam sayuran di pekarangan.
Seiring berjalannya waktu, menanam sayuran dirasa kurang memiliki nilai ekonomi.
Ia pun kemudian mempelajari beberapa tanaman hias.
Pilihannya jatuh kepada aglonema.
Berdasarkan yang ia pelajari, harga aglonema cenderung stabil, sedang naik daun dan banyak digemari.
Ia kemudian nekat mengubah garasinya menjadi nursery atau tempat pembibitan aglonema.
Wawan kemudian mulai membeli beberapa varian aglonema.
Untuk membuat nursery dan membeli beberapa varian aglonema, ia merogok kocek sekitar Rp 50 juta.
“Saat itu, niatnya memang mau jadi petani dan jual beli aglonema,” kata pria 41 tahun ini.
Meski aglonema yang ia beli sempat ada yang mati, usaha bertani dan jual beli aglonema ini berjalan.
Namun, Wawan merasa jual beli aglonema memiliki keterbatasan seperti lahan dan juga prosesnya yang lama.
Ayah tiga anak ini kemudian iseng mencoba membiakkan aglonema dengan cara mencacah aglonema.
Cacahan aglonema itu kemudian dimasukkan ke dalam toples dengan menggunakan metode yang ia ketahui.
Ternyata, cara tersebut berhasil.
Baca juga: Selain Aglonema, Dua Tanaman Hias Ini Harganya Malah Melonjak di Tengah Pandemi Covid-19
Cacahan aglonemanya tumbuh.
Dari situ kemudian sejumlah teman memintanya agar cara itu dibuat video.
Ia kemudian membuat video tutorial pembiakan dengan cara mencacah aglonema dan ia unggah di channel Youtube Rimawan Vlog.
Tak disangka, video tersebut viral.
“Sebelumnya, saya sudah punya chanel Youtube anak-anak, masak-memasak kemudian ada juga konten jurnalis gitu. Tapi nggak jalan, nggak berkembang. Tapi begitu konten aglonema, video tutorial saya itu viral dan boom. Itu episode pertama di Rimawan Vlog,” terangnya.
Dari situ, Wawan tahu ternyata banyak yang membutuhkan konten-konten cara merawat dan membudidayakan aglonema.
Sejak saat itu, Wawan pun terus membuat konten perihal aglonema.
Hingga akhirnya hanya dalam satu tahun ia sudah mendapatkan 83 ribu subscriber.
Dikatakan Wawan, video-video yang ia buat disukai penonton karena ia tidak hanya mengajarkan teori tetapi menunjukkan langsung praktek dan keberhasilan dalam merawat aglonema.
Sehingga penonton menyaksikan langsung keberhasilan cara itu dan menirunya.
Bisnis Baru Jual Media Tanam
Dalam perkembangannya, banyak penonton Youtube yang berminat untuk membeli media tanam dan pupuk yang dipakai Wawan setelah melihat video-video perawatan aglonema di Rimawan Vlog.
Semula, Wawan mengira untung dari menjual media tanam dan pupuk ini bakal kecil.
Namun, saat ia teringat bahwa hal itu bagian dari pelayanan kepada konsumen, Wawan akhirnya melayani permintaan para penonton Youtube tersebut.
Berjalannya waktu, usaha media tanam dan pupuk Rimawan pun berkembang pesat.
Dalam sehari, saat ini ia melayani pesanan antara 40 hingga 50 paket per hari.
Saat ada event tertentu, semisal hari diskon nasional, jumlah pesanan bisa mencapai150 paket dalam sehari.
Dari awalnya tidak memiliki karyawan, Wawan kini sudah memperkerjakan 4 karyawan.
Mereka ada yang bertugas mengemas media tanam, admin, melayani pembelian melalui WhatsApp dan satu orang sebagai editor video.
Meski menjadi Youtuber, Wawan mengaku, pendapatanya terbesar bukanlah dari adsense youtube tetapi dari penjualan media tanam dan pupuk.
Namun demikian, besarnya permintaan media tanam itu tidak akan terjadi apabila ia tidak menjadi Youtuber.
“Karena trafik (sumber pesanan) penjualan media tanam saya itu berasal dari Youtube. Jadi adsense memang ada penghasilan, lumayan untuk nambah-nambah. Tapi kalau penghasilan yang lebih banyak lagi itu di luar adsense, yakni dari media tanam dan pupuk,” ujar dia.
Baca juga: 5 Pilihan Konten YouTube dari YouTuber Perempuan Indonesia Inspiratif
Untuk adsensenya channel Youtubenya saat ini, ia mendapat pemasukan di kisaran Rp 4 juta - 7,5 juta per bulan.
Wawan meyakini, Youtube saat ini menjadi kesempatan.
Namun, syaratnya harus dikelola secara konsisten dan terus menerus ada perbaikan konten.
Selain menjadi sumber potensial penghasilan, menurut Wawan, Youtube juga bisa menjadi personal branding.
Dari situ, akan ada penghasilan tambahan misalnya kerjasama maupun iklan langsung.
“Pilihan mendapat uang sebagai Youtuber tidak hanya dari adsense saja. Adsensen itu terbatas. Makanya perlu mekanisme lain. Misalnya iklan langsung, kerjasama dengan produk, mereview produk atau bikin soufenir. Setelah dianggap expert nanti pasti ada panggilan-panggilan ke acara-acara, jadi narasumber, atau menjadi dosen terbang,” jelasnya.
Era Sharing Berbuah Rupiah
Pengamat Ekonomi Kreatif Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Retno Tanding Suryandari mengatakan kisah Youtuber yang kemudian sukses membuka peluang usaha menunjukkan saat ini masyarakat tertarik dengan model sharing atau berbagai pengalaman melalui platform digital, semisal Youtube.
“Orang yang sharing ini awalnya kan tidak niat jualan, dan hal ini adalah yang dilakukan oleh para vlogger atau youtuber,” katanya saat dihubungi, Jumat (19/11/2021).
Ia mencontohkan, seorang vlogger kecantikan, ia akan membagikan pengalaman seputar kecantikan.
Bagaimana cara membuat alis, cara make up hingga cara menutup jerawat.
Begitu juga dengan vlogger aglonema.
Dia akan berbagai pengalaman seputar cara merawat aglonema.
Apabila pengalaman yang dibagikan ini diikuti dan berhasil, maka orang akan bercerita kepada orang lain.
Orang tersebut juga dipastikan akan selalu mengikuti video-video yang dikeluarkan Youtuber tersebut.
Hal ini yang kemudian memunculkan follower atau subscriber.
Bertambahnya follower pada akhinya membuat Youtuber tersebut dilirik oleh produsen untuk mengiklankan produk mereka.
Baca juga: YouTuber Ini Bantu Pulangkan Uya Mulyana Ke Tasik Setelah 22 Tahun Dinyatakan Hilang
Selain menerima endorse, Youtuber pun bisa mempromosikan produknya sendiri.
Dari sinilah keuntungan bakal diraih entah melalui menjual produk sendiri atau melayani endorse.
“Produsen melihat bahwa orang-orang tertentu seperti youtuber, vlogger, blogger itu memiliki jumlah follower yang banyak. Kalau followernya banyak dan followernya sangat mendengarkan apa yang dikatakan, itu bisa menjadi sarana promosi juga. Biasanya diawali dengan penawaran untuk mempromosikan produk mereka,” bebernya.
Keberhasilan Youtuber dalam menjual barang sudah semestinya ditangkap oleh para pelaku UMKM sebagai bagian strategi pengembangan bisnis.
Retno menyarankan agar pelaku UMKM memodifikasi cara berkomunikasi dan cara promosi.
“Sudah tidak lagi eranya kalau promosi itu ayo beli produk saya, memunculkan segala sisi kelebihan produk tersebut. Hal ini bisa dimulai dengan sharing melalui Youtube, memberikan edukasi supaya konsumen itu tahu dengan produk dan hal-hal yang terkait dengan produk tersebut,” katanya.
Ia mencontohkan, UMKM yang menjual keripik yang digoreng dengan tanpa minyak (air fryer), bisa membuat konten cara menggunakan air fryer yang baik atau bagaimana menghasilkan gorengan tanpa minyak tetapi tetap sehat.
“Itu memang kayaknya nggak ada kaitan dengan produk, tetapi menyusun konten-konten seperti itu bisa mendrong orang untuk melihat dan mendorong orang untuk mencoba,” ujarnya.
Harus diakui, saat UMKM menggunakan Youtube sebagai promosi, tantangannya adalah harus memproduksi konten-konten baru.
“Memang melelahkan karena terus memunculkan inovasi konten. Tapi di sisi lain, itu cara kita menarik penonton media sosial kita atau agar orang-orang selalu datang untuk menonton sesuatu yang baru setiap hari,” jelasnya.
Baca juga: Food Tech Bantu Pelaku UMKM Kuliner di Pelosok Berkembang di Tengah Pandemi
Terkait kekhawatiran, resep atau rahasia bisnis akan dicuri apabila dibagikan melalui Youtube, Retno meminta UMKM tidak perlu khawatir.
Apabila sebuah produk ditiru hal itu menandakan bahwa produk tersebut sebenarnya bagus.
“Jangan takut ditiru, karena berarti produk kita bagus. Kalaupun orang meniru, dia tidak bisa 100 persen sama,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Daryono)