Saat Batu Hujani Genting Rumahnya, Sinten Bangunkan Cucunya Lalu Lari Jelang Gunung Semeru Meletus
Batu-batu itu meluncur deras menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh. Sinten dan Dewi lari menyelamatkan diri.
Editor: Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, LUMAJANG - Detik-detik peristiwa erupsi dan awan panas guguran (APG) Gunung Semeru pada Sabtu (4/11/2021) diungkap oleh beberapa warga yang berhasil menyelamatkan diri.
Dewi Novitasari (17), warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang sangat beruntung memiliki nenek yang sangat memikirkan keselamatan jiwa cucunya.
Betapa tidak, Dewi Novitasari yang saat itu sedang tidur tiba-tiba dibangunkan neneknya, Sinten (60), agar segera keluar dari kamar untuk keluar dari rumahnya.
Rupanya, saat itu Dewi belum menyadari apa yang sedang terjadi dan bahaya yang mengancam keselamatan jiwa dan raganya.
Sinten dan Dewi Novitasari jadi korban selamat dari ganasnya erupsi Gunung Semeru.
Keduanya berlari ke tempat lebih aman sebelum awan panas guguran menyapu rumahnya hingga luluh lantak.
Sinten bercerita, sebelum letusan terjadi, Dusun Curah Kobokan diguyur hujan abu bercampur batu.
Batu-batu itu meluncur deras menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh.

Sinten yang saat itu sedang bersantai di ruang tamu langsung terperanjat dan panik.
Ia kemudian menggedor pintu kamar cucunya, Dewi.
Mendengar gedoran pintu, Dewi langsung bangun dari tidurnya. Lalu Dewi membuka pintu kamarnya.
Dengan memekikkan suara, Sinten bilang kepada Dewi bila Gunung Semeru sedang tidak baik-baik saja.
Lalu, Sinten menarik tangan Dewi untuk ikut berlari menyelamatkan diri.
"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," kata Sinten saat ditemui di RSUD dr Haryoto, Lumajang, Sabtu (4/12).
Sesampainya di luar rumah, Sinten dan Dewi sempat menengok ke arah Gunung Semeru.
Gunung Semeru terlihat memuntahkan asap abu-abu tebal ke udara.
Suhu udara langsung terasa panas, menyengat kulitnya.

Tak lama, langit berubah gelap, kilatan petir juga menyambar-nyambar.
"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," paparnya.
Sinten bersama Dewi berlari ke rumah tetangga yang berjarak sekira 1 kilometer untuk berlindung.
Setelah langit kembali terang, mereka kembali berlari ke masjid sekira 5 kilometer.
Di sana mereka beristirahat sejenak dan merapalkan doa.
"Lalu, kami berjalan lagi hingga ke Dusun sebelah, Dusun Gunung Sawur sekira 7 kilometer," ujar Dewi.
"Napas sudah ngos-ngosan. Selama dua jam, kami mengamankan diri di rumah warga Dusun Gunung Sawur. Setelah itu, kami dievakuasi menggunakan pick up ke Desa Sumbermujur," terang Dewi.
Bukannya tenang karena dapat lolos dari maut, pikiran Sinten dan Dewi berkecamuk.
Baca juga: Pilu, Rumini Pilih Temani Bunda Saat Diterjang Erupsi Gunung Semeru, Keduanya Ditemukan Berpelukan
Betapa tidak, mereka mendapat kabar jika satu keluarganya, Samsul Arifin (30), menjadi korban luka dan tengah dilarikan di RSUD dr Haryoto Lumajang.
Samsul Arifin saat itu sedang bertugas menjaga portal tambang dekat Gunung Semeru.
"Kami langsung bergegas mendatangi RSUD dr Haryoto. Saat ini mas Samsul sedang dirawat," katanya. (Danendra Kusuma)
Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul: Detik-detik Erupsi Gunung Semeru Terungkap, Warga Curah Kobokan Ini Berlari Belasan Kilometer