Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perasaan Berkecamuk Para Orangtua Korban Rudapaksa Guru Pesantren: Korban Menderita Sangat Panjang

Perasaan berkecamuk dirasakan oleh para orangtua santriwati yang menjadi korban rudapaksa guru pesantren di Kota Bandung, Jawa Barat.

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Perasaan Berkecamuk Para Orangtua Korban Rudapaksa Guru Pesantren: Korban Menderita Sangat Panjang
Istimewa via Tribun Jabar
Herry Wirawan, guru pesantren di Cibiru, Bandung, Jawa Barat, yang merudapaksa 12 santrinya. 

"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia 4 bulan oleh anaknya. Enggak, semuanya nangis," kata Diah.

Peristiwa pilu itu terjadi saat Diah mengawal pertemuan para orangtua dengan anak-anaknya di kantor P2TP2A Bandung.

Kondisi yang sama, kata Diah, juga terjadi di kantor P2TP2A Garut saat para orangtua yang tidak tahu anaknya menjadi korban rudapaksa guru ngajinya diberi tahu kasus yang menimpa anaknya.

Baca juga: UPDATE Kasus Korban Rudapaksa Dimaki Oknum Polisi, Propam Polda Riau Periksa Bripka JL dan Bripda RS

Dijelaskan Diah, selain berat menerima kenyataan anaknya jadi korban, para orangtua juga kebingungan membayangkan masa depan anak-anak dan lingkungan tempat tinggal anak yang dikhawatirkan tidak bisa menerima.

"Di kecematan ini (lingkungan rumah korban), saya sampai datang beberapa kali nengok yang lahiran, ngurus sekolahnya, ketemu tokoh masyarakatnya," ungkapnya.

Kasus ini, menurut Diah, sangat-sangat menguras emosi semua pihak.

Apalagi, saat dilakukan terapi psikologi terhadap anak-anak dan orangtuanya yang dilakukan tim psikolog P2TP2A.

Berita Rekomendasi

"Sama, kita semua juga marah pada pelaku setelah tahu ceritanya dari anak-anak, sangat keterlaluan."

"Kita paham bagaimana marah dan kecewanya orangtua mereka," terangnya.

Kisah orangtua yang anaknya lahirkan dua bayi dari rudapaksa Herry Wirawan

Begitu juga dengan orangtua korban yang anaknya memiliki dua bayi dari guru ngajinya tersebut.

Menurut Diah, anak pertamanya berusia 2,5 tahun dan beberapa bulan lalu melahirkan anak kedua.

"Saya nengok ke sana (rumahnya), menawarkan (bantuan) kalau enggak sanggup merawat."

"Ternyata mereka tidak ingin dipisahkan anaknya, dua-duanya perempuan," terang Diah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas