Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Herry Wirawan Diduga Hipnotis Para Santriwati Ketika Melancarkan Aksinya dengan Membisikkan Sesuatu

Menurut korban, pelaku biasanya membisiki telinganya, seperti melakukan hipnotis saat hendak melaksanakan niat kejinya.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Herry Wirawan Diduga Hipnotis Para Santriwati Ketika Melancarkan Aksinya dengan Membisikkan Sesuatu
Istimewa via Tribun Jabar
Herry Wirawan, guru pesantren di Cibiru, Bandung, Jawa Barat, yang merudapaksa 12 santrinya. 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kabar baru terkait modus Herry Wirawan melakukan pemerkosaan (rudapaksa) terhadap belasan santriwati di pesantrennya di Bandung, Jawa Barat, beredar.

Hal ini terlontar dari kuasa hukum para korban pemerkosaan, Yudi Kurnia.

Ia mendapatkan pengakuan itu langsung dari para korban.

Menurut korban, pelaku biasanya membisiki telinganya, seperti melakukan hipnotis saat hendak melaksanakan niat kejinya.

“Ada bisikan ke telinga korban dari pelaku setiap mau melakukan itu," ujar Yudi pada Sabtu (11/12/2021), dikutip dari Tribunjabar.id.

Akibatnya, para korban yang awalnya menolak, jadi mengikuti kemauan pelaku.

Baca juga: Kasus Herry Wirawan Rudapaksa Santri: Jadikan Korban Mesin Uang hingga Diduga Korupsi Dana Bantuan

Yudi menyebut pelaku biasanya membisikkan sesuatu dekat dengan telinga korban.

Berita Rekomendasi

"Kalau menurut keterangan dari anak-anak. Mereka itu awalnya menolak, tapi setelah si pelaku itu memberikan bisikan di telinga, korban jadi mau," kata Yudi.

Ia menambahkan, hal itu juga yang membuat para korban tidak melaporkan kekejian Herry Wirawan.

"Korban juga seakan tidak mau melaporkan perbuatan pelaku ke orang tuanya, padahal dia setiap tahun pulang kampung," tutur Yudi.

Seperti diketahui, guru pesantren asal Bandung yang bernama Herry Wirawan (36) memperkosa 21 santriwati di yayasan miliknya.

Akibat kekejian pelaku, para korban hamil dan melahirkan 10 orang anak. Salah seorang santriwati bahkan sudah memiliki dua anak di usia 14 tahun.

Dari seluruh korban, 11 anak di antaranya berasal dari Garut dan sedang mendapatkan pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut.

Kejaksaan Tinggi Jawa Barat juga tengah menyelidiki temuan baru, di antaranya dugaan penyelewengan dana bantuan untuk pesantren yang dilakukan pelaku.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas