Klitih Makin Brutal, Warga Yogya Minta Polisi Menindak Tegas
Kejahatan klitih di Yogyakarta seakan penyakit kamabutan. Warga sudah merasa resah dan tidak aman, dan meminta polisi menyelesaikan.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, JOGJAKARTA - Aksi kejahatan jalanan tanpa motif jelas atau lazim dikenal klitih di Yogyakarta telah membuat resah masyarakat.
Khususnya bagi para pekerja atau orang yang beraktivitas di malam hari. Satu di antara dari mereka adalah pengemudi ojek online (ojol) dan beberapa pekerja lainnya.
Mereka tidak mau tahu klitih dulunya muncul dari sebuah geng remaja atau apa pun itu. Yang masyarakat ketahui, kini aksi kenakalan remaja itu telah berubah menjadi aksi brutal yang bisa mencelakai siapa pun, tak peduli jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan sebagainya.
Hari berganti, mentari terus bergerak, tahun pun berubah, namun teror kejahatan semacam itu tak kunjung terselesaikan.
“Khawatir pasti, ya. Kami kan mencari nafkah sendirian di jalan, kalau kejadian itu menimpa saya, teman kami sesama ojol atau masyarakat lain kan sangat merugikan,” ucap pengemudi ojol bernama Arham Mulo, saat dijumpai, Selasa (28/12) siang.
Arham beruntung sejauh ini belum pernah menjadi sasaran para pelaku klitih di Yogyakarta dan sekitarnya. Padahal diakuinya jam kerjanya hingga larut malam.
Namun, dia mengaku pernah menyaksikan insiden penyerangan sekelompok remaja yang membawa senjata tajam (sajam) terhadap seseorang sekitar tiga bulan lalu.
Kala itu dirinya seorang diri sedang melintas di Jalan Wonosari, pada pukul 02.00 WIB. Tiba-tiba di depannya terjadi keributan yang diketahui dari kelompok remaja tersebut.
Setelah dipastikan, rupanya kelompok remaja terduga klitih itu hendak membacok warga yang melintas di jalan tersebut.
“Itu pas waktu beraksi langsung diamankan warga,” ucap dia.
Dari keterangannya, para remaja itu dimungkinkan masih berumur pelajar.
“Mungkin SMP dan SMA. Mereka saya lihat bawa celurit,” tuturnya.
Arham berharap aksi brutal yang dilakukan oleh orang tak dikenal seperti itu dapat terselesaikan, sehingga ia bersama rekan rekan pengemudi ojol lainnya dapat bekerja dengan tenang saat malam hari.
Dia berpesan agar orang tua selalu mengawasi anak-anaknya saat keluar malam.
“Pihak yang paling kecil dulu, dari keluarga dan juga lingkungan sekitar awasilah. Misal masih sekolah, ya, sekolahannya bertanggung jawab. Kemudian sosialisasi dari pihak-pihak berkaitan, ya, juga harus,” ungkapnya.
“Kalau dibilang kecewa dengan kondisi ini, ya, kecewa. Soalnya teman saya ada yang jadi korban, sampai masuk rumah sakit. Sangat merugikanlah,” tegas Arham.
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan Suparno, seorang penjual angkringan di seputaran Jalan Mataram, Kota Yogyakarta. Setiap kali terjadi aksi klitih, esok harinya kejadian itu selalu menjadi bahan perbincangan para pembeli di warungnya.
“Jelas itu meresahkan. Apalagi kami pedagang kalau pulang sampai malam, ya, khwatir juga. Mesti mben ono klitih dadi dongengan,” terang dia.
Suparno meminta aparat penegak hukum dan pemangku kebijakan segera mengatasi kenakalan remaja yang menjelma menjadi tindak kriminal yang mengancam nyawa masyarakat.
“Harus diselesaikan, karena sudah tidak wajar. Mereka bawa senjata tajam kok,” pungkasnya.
Terus beraksi
Senin (27/12) malam tepatnya di sekitaran XT Square, Jalan Veteran, Umbulharjo, Kota Yogyakarta muncul gerombolan remaja tak dikenal membawa sajam jenis parang. Seorang warga yang menyaksikan, Nova Ardiyanto mengatakan, para gerombolan itu mengendarai sepeda motor.
Nova sempat memotret aksi para remaja itu dan kemudian mengunggahnya ke media sosial (medsos). Dia menyebut peristiwa itu terjadi pada Senin malam sekitar pukul 22.20 WIB. Ada empat orang berboncengan menggunakan dua sepeda motor dan salah satu dari mereka membawa sajam.
"Dari arah Giwangan ke arah Jalan Pramuka, melintas XT Square, kebetulan saya sedang makan dan dua motor ini melintas di depan saya sambil berteriak," ujar Nova, Selasa (28/12).
Ia menjelaskan, kondisi Jalan Veteran yang ada di sekitar XT Square malam itu sedang sepi. Merasa khawatir dengan keselamatannya, ia dan warga sekitar memilih masuk ke dalam toko untuk menghindari pengendara tersebut.
"Khawatirnya ketika di luar malah didatangi pelaku klitih itu," ujar dia.
Nova tak mengingat jelas nomor polisi kendaraan yang dikemudikan terduga klitih itu. Namun yang pasti, keduanya menggunakan motor jenis matik sembari meracau tidak jelas.
"Mungkin sedang mencari musuh atau bagaimana, tapi yang membuat takut karena parangnya itu," ujar Nova.
Nova memastikan warga sekitar Jalan Veteran tidak ada yang menjadi korban atau sasaran terduga klitih saat itu. Meski demikian, pihaknya berharap maraknya pengendara motor dengan membawa sajam itu bisa menjadi perhatian pihak berwajib.
"Jadinya mau keluar pada malam hari justru waswas," ujar Nova.
Kapolsek Umbulharjo, Kompol Achmad Setyo Budiantoro, belum mendapatkan laporan kejadian tersebut. Kendati demikian pihaknya segera melakukan pengawasan dan memperkuat patroli di wilayahnya.
"Tapi memang tidak bisa langsung menemukan terduga klitih. Yang jelas patroli tetap kami lakukan, apalagi menjelang malam tahun baru," ucap dia.
Aksi klitih terus berulang dari waktu ke waktu. Catatan redaksi, sejak tahun 2014 Tribun Jogja sudah mengangkat kasus ini sebagai tajuk utama pemberitaan. Beberapa kejadian pun acap menelan korban jiwa maupun luka berat.
Seperti yang terjadi pada seorang karyawan swasta bernama Agung, sekitar setahun lalu di barat Jalan Layang Jombor.
Sepulangnya kerja sekitar pukul 03.00, tanpa sebab dia diserang belasan orang menggunakan senjata tajam. Sekujur tubuhnya luka bacok, bahkan sampai harus menderita infeksi di satu bagian organ dalamnnya. Namun, hingga kini tak diketahui siapa pelakunya.
Kata klitih menjadi salah satu yang trending di Twitter pada Selasa (28/12) kemarin. Banyak warganet menyuarakan keresahannya mengenai fenomena kekerasan tanpa motif jelas yang akhir-akhir marak kembali. Tagar #YogyaTidakAman pun menggema.
Meresahkan
Teror klitih menjadi perhatian kepolisian, khususnya di Kota Yogyakarta pada pengujung tahun ini. Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro mengatakan, aksi teror yang dilakukan oleh orang tak dikenal Senin (27/12), tepatnya di sekitaran XT Square, Umbulharjo, meresahkan masyarakat.
Pihaknya kini membentuk pasukan untuk melakukan patroli skala besar, guna menghalau aksi kejahatan jalanan di wilayah hukum Kota Yogyakarta.
"Ya, patroli skala besar kami lakukan, untuk mengurangi kejahatan jalanan," katanya, Selasa (28/12). "Prioritas kami di perbatasan Kota Jogja-Sleman dan Jogja-Bantul," jelas Purwadi.
Dia mengakui, ada titik rawan yang kerap terjadi aksi klitih. Masyarakat harus waspada, sebab aksi ini kerap berpindah-pindah, tak ada pola tertentu yang menunjukkan klitih terjadi di tempat spesifik.
Nantinya patroli skala besar dilakukan dengan tim gabungan antara Polisi dan TNI untuk menyisir di wilayah perbatasan dan titik rawan terjadinya aksi kejahatan jalanan.
"Nanti bersama tim gabungan, kami gelar secara serentak,”pungkasnya. (hda)