Pakaian Bekas Impor Menggerus Produk Lokal
Keterbatasan ekonomi masyarakat menjadi faktor yang mempengaruhi peminat pakaian impor bekas.
Editor: cecep burdansyah
ANALISIS
Oleh DR. Wyati Saddewisasi, SE, MSi |
Ekonom Universitas Semarang
MENJAMURNYA penjual pakaian impor bekas di toko konvensional maupun toko online, tidak terlepas dari tren masyarakat. Sebab, tren ini dulu pernah ramai dan sekarang kembali banyak peminatnya.
Terlebih, sifat dasar remaja yakni gengsi juga mempengaruhi permintaan pasar terhadap pakaian impor bekas ini. Jika disuruh memilih, sebagian besar remaja akan memilih pakaian bermerek. Entah itu baru maupun bekas.
Apalagi di era saat ini, banyak remaja yang mulai memamerkan pakaian-pakaian bekas pilihan mereka untuk menjadi tren. Meskipun saya tidak mengamati secara lebih dalam, tapi banyak fashion remaja yang mengarah ke vintage atau fashion tahun 80-an.
Baca juga: Jawa Tengah Jadi Limbah Barang Bekas, Surga Bagi Penyelundup Pakaian Bekas Impor
Di sisi lain, keterbatasan ekonomi masyarakat juga mempengaruhi peminat pakaian impor bekas ini. Saya yakin kalau dia sudah bekerja dapat uang sendiri atau dari keluarga kaya, tentu akan memilih pakaian bermerek tapi baru.
Saat ini tren pakaian tidak hanya dipengaruhi melalui lingkungan pertemanan saja. Tapi media sosial juga memberikan pengaruh terhadap tren pakaian yang sedang digandrungi masyarakat.
Maka tak heran banyak penjual pakaian impor bekas memanfaatkan media sosial untuk berjualan. Bahkan fitur live yang ada di media sosial juga dimanfaatkan mereka untuk berjualan secara real time.
Baca juga: Demi Model dan Merek, Pembeli Pakaian Bekas Impor Banyak dari Kalangan Kantong Tebal
Namun secara aspek ekonomi peredaran pakaian impor bekas itu ada pro dan kontra. Pro karena menjadi solusi bagi sebagian masyarakat untuk memiliki pakaian bermerek yang murah. Di sisi lain itu akan menimbulkan gejolak menurunnya minat masyarakat terhadap produk lokal.
Alhasil, kalau tidak dibatasi akan banyak produsen pakaian lokal dengan kualitas yang bagus akan tersingkir. Karena kalah dari segi harga. Kita tahu masyarakat Indonesia begitu tahu ada barang murah langsung dicari. Terlebih jika kualitasnya sama dengan barang baru.
Saya menyarankan cukup jadilah diri sendiri. Tidak perlu melulu menuruti gengsi semata. Toh orang lain tidak akan tanya merk pakaianmu apa. Yang penting pakaian itu rapi dan sopan. Jika ingin mengikuti tren, ikutilah tren yang sesuai dengan kemampuan. (afn)
Baca juga: Kisah Pedagang Pakaian Bekas Impor: Untung Menurun, Diperas Oknum Tiap Hari