Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terpantau Ada Aktivitas Vulkanik, Gunung Tangkuban Parahu Bisa Meletus Sewaktu-waktu

Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, mengatakan Gunung Tangkuban Parahu dapat meletus sewaktu-waktu.

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Terpantau Ada Aktivitas Vulkanik, Gunung Tangkuban Parahu Bisa Meletus Sewaktu-waktu
ISTIMEWA/DOKUMANTASI PVMBG
GAS PUTIH - Embusan gas berwarna putih terlihat di Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu Gunungapi Tangkuban Parahu, Sabtu (12/2). Badan Geologi memberikan peringatan menyusul meningkatnya aktivitas vulkanik ini. Warga dan wisatawan diminta menjauh dari bibir kawah. 

TRIBUNNEWS.COM, LEMBANG - Peringatan disampaikan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyusul meningkatnya aktivitas vulkanik di Gunung Tangkuban Parahu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, mengatakan Gunung Tangkuban Parahu dapat meletus sewaktu-waktu.

"Ada potensi bahaya dari aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini, yakni berupa erupsi freatik yang bersifat tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala peningkatan aktivitas vulkanik yang jelas, menghasilkan material piroklastik serta gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah," ujar Eko dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tribun Jabar, Minggu (13/2).

Namun, mengacu pada data pemantauan visual dan instrumental, kata Eko, potensi bahaya Gunungapi Tangkuban Parahu, sejauh ini masih terlokalisasi.

Meski demikian, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin. Adapun potensi erupsi besar, hingga saat ini masih belum teramati.

Meski terjadi peningkatan aktivitas, Eko menegaskan, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada pada Level I (Normal).

Namun, masyarakat diminta untuk tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan tidak mendekati atau beraktivitas di sekitar kawah-kawah aktif lain di Tangkuban Parahu.

BERITA TERKAIT

"Tingkat aktivitas ini akan dievaluasi kembali selama dua hingga tiga hari ke depan untuk antisipasi jika terjadi gejala pengingkatan aktivitas vulkanik yang signifikan," katanya.

Eko berharap masyarakat mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini, dan tidak terpancing oleh berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas Gunung Tangkuban Parahu.

"Masyarakat harus mengikuti arahan dari instansi yang berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan K/L, Pemda, dan instansi terkait lainnya," ujar Eko.

Eko mengatakan, peningkatan intensitas aktivitas Tangkuban Parahu terpantau Sabtu (12/2), berupa embusan gas dari Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu.

Embusan gas teramati berwarna putih dengan tekanan sedang dan tinggi sekitar 100 meter dari dasar kawah. 

Embusan gas tersebut, kara Eko, diduga akibat adanya air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan yang terpanaskan oleh batuan panas di bagian dangkal atau dibawah permukaan kawah.

"Lalu membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi, sehingga terjadi over pressure dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa embusan yang cukup kuat. Embusan berwarna putih mengindikasikan didominasi oleh uap air," kata Eko.

Menurut Eko, dinamika aktivitas vulkanik di dekat permukaan seperti ini dapat terjadi karena adanya perubahan kesetimbangan energi yang berasal faktor internal maupun eksternal.

"Faktor internal berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman, sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari curah hujan dan tingkat evaporasi atau penguapan," katanya.

Ia mengatakan, kegempaan Gunung Tangkuban Parahu selama 1 Januari-11 Februari 2022 juga ditandai dengan terekamnya dua kali gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa frekuensi rendah, serta 80 kali gempa embusan.

Dominasi gempa embusan selama periode tersebut, kata Eko, menunjukkan adanya aktivitas hydrothermal di bawah tubuh gunung api dengan energi gempa yang dicerminkan oleh grafik real-time seismic amplitude measurement (RSAM) fluktuatif dan tidak menunjukkan adanya pola kenaikan pada akhir periode pengamatan. 

"Pengamatan deformasi dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement) tidak menunjukkan adanya gejala inflasi (penggembungan akibat kenaikan fluida) pada tubuh gunung api," ucapnya.

Tetap Dibuka

Meski terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu masih tetap dibuka seperti biasa. Kendati demikian, wisatawan diminta untuk mematuhi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"Untuk aktivitas wisata masih dibuka. Pengunjung agar senantiasa berhati-hati dan memperhatikan arahan dari Badan Geologi maupun pengelola objek wisata," ujar Kepala Pelaksana BPBD Bandung Barat, Duddy Prabowo, kepada Tribun Jabar, saat dihubungi, Minggu (13/2).

Ia mengatakan, pembukaan objek wisata Tangkuban Parahu tetap dilakukan karena berdasarkan pemantauan visual dan instrumental di pos pantau, potensi bahayanya masih terlokalisasi, sedangkan potensi erupsi besar, hingga saat ini masih belum teramati.

"Hasil koordinasi kami dengan petugas pos pantau juga bahwa Gunung Tangkuban Parahu saat ini tingkat aktivitasnya berada pada Level I atau normal," katanya.

Namun, sebagai langkah antisipasi, ujar Duddy, pihaknya juga sudah menyiagakan petugas BPBD untuk memantau kondisi terbaru aktivitas vulkanik di Kawah Ratu.

"Petugas kami terus memonitor di Gunung Tangkuban Parahu untuk mengetahui kondisi yang terbaru," ucap Duddy.(hilman kamaludin)

Baca juga: Presiden Kita Ini Kayak Koboy, Saya Senang dan Antusias

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas