Ogoh-ogoh Gerubug Karya ST Tunas Muda Terbaik di Denpasar Gunakan Arang, Batok hingga Masker
Tahun 2022 ini, ogoh-ogoh ini mendapat nilai 388 dan mengungguli 11 nominasi lainnya di masing-masing kecamatan di Kota Denpasar.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Ogoh-ogoh ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati Sidakarya, Denpasar menjadi ogoh-ogoh terbaik di Denpasar.
Hal ini berdasarkan hasil penilaian dari 5 dewan juri lomba ogoh-ogoh di Kota Denpasar serangkaian Nyepi saka 1944 tahun 2022. Sebelumnya, tahun 2020 lalu, ogoh-ogoh ini juga menjadi yang terbaik di Denpasar.
Tahun 2022 ini, ogoh-ogoh ini mendapat nilai 388 dan mengungguli 11 nominasi lainnya di masing-masing kecamatan di Kota Denpasar.
Ogoh-ogoh ini memiliki filosofi yang dalam serta memanfaatkan bahan-bahan alami. Lewat ogoh-ogoh ini ST Tunas Muda ingin menunjukkan rantai Covid-19 yang meluluhlantakkan segala sendi kehidupan.
Ketua ST Tunas Muda, I Putu Ade Widiantara mengatakan, ogoh-ogoh ini menampilkan sosok perempuan yang menggambarkan sumber kehidupan.
Perempuan ini memiliki enam tangan dan memegang beberapa perkakas yang mewakili sektor kehidupan.
Ada genta simbol keagamaan, suntikan simbol kesehatan, panggul simbol kesenian, cangkul untuk pertanian peternakan, pancing perikanan, hingga lontar simbol pendidikan.
“Semunya itu terbelenggu oleh rantai virus korona. Kami simbolkan dengan rantai yang membelit tubuh perempuan ini,” kata Ade, Selasa (1/3).
Untuk bahan yang digunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh ini pun sesuai dengan simbolisasi yang dihadirkan lewat ogoh-ogoh ini. Semua warna menggunakan dominan gelap.
“Kami gunakan arang, sekam, batok kelapa, ijuk, ranting pohon, dan kambennya kami buat khusus dari masker. Pewarnaannya menggunakan arang sebagai simbolisasi luluhlantahnya seluruh sektor kehidupan,” katanya.
Selain simbol luluhlantahnya kehidupan, penggunaan arang ini juga memberikan semangat bahwa, meskipun sudah berupa arang, tetapi masih ada fungsinya.
“Semoga dengan kejadian ini, ada hikmah yang bisa dipetik untuk pemantik semangat kehidupan,” katanya.
Sementara itu, kemben menggunakan masker ini mengandung makna saat ini semua masyarakat diwajibkan menggunakan masker sebagai salah satu bagian dari protokol kesehatan. Di balik kegunaan masker tersebut, ternyata hal ini menimbulkan masalah baru yakni limbah masker.
“Sehingga kami juga ingin mengajak semua pihak untuk bisa memanfaatkan masker bekas sebagai sesuatu yang berguna sehingga tidak menjadi limbah dan menimbulkan masalah baru,” katanya.
Untuk pembuatan ogoh-ogoh ini, dari kas ST hanya keluar Rp 3 juta, selebihnya pihaknya melakukan penggalian dana. Ade menuturkan, ogoh-ogoh dari ST Tunas Muda ini selalu ikut lomba sejak 2010 dan selalu masuk nominasi dan juara.
Hanya saja pada 2017 dan 2018 ST Tunas Muda tak bisa ikut lomba karena sudah beberapa kali mendapat juara. Setelahnya, tahun 2019, 2020, dan 2022 ogoh-ogoh karya ST Tunas Muda ini selalu juara.
“Sebenarnya masalah juara kami serahkan ke masyarakat dan juri. Komitmen kami yakni mempersembahkan yang terbaik, dan yang terpenting juara di hati,” katanya.
Ketua panitia lomba ogoh-ogoh tingkat Kota Denpasar, AA Ariyuda Krismawan mengatakan, penjurian dilaksanakan, 24 – 27 Februari 2022.
Gung Yuda menyebut, juri sempat linglung serta bingung memberikan nilai, khususnya ogoh-ogoh di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.
“Jujur para juri bingung, karena persaingan sangat ketat. Jadi pengamatan kami, wilayah Densel bisa dibilang paling ketat dan saling bersaing untuk penjurian,” kata Gung Yuda.
Adapun peringkat tiga besar ogoh-ogoh masing-masing kecamatan yakni di Denpasar Utara, peringkat pertama diraih ST Marga Yowana Banjar Marga Jati dengan judul Atau Guna Rasa dengan nilai 375.
Disusul ST Candra Metu Yowana Banjar Mekar Sari dengan judul Atma Druaka yang meraih nilai 343. Sementara peringkat tiga diraih ST Eka Manggala Danendra Banjar Tengah yang berjudul Incih Sandika dengan nilai 335.
Kemudian di Denpasar Timur, ogoh-ogoh terbaik diraih ST Eka Murti Yowana, Banjar Kehen dengan judul Sakit Gede yang meraih nilai 357. Disusul ST Tunjung Mekar, Banjar Tembawu Kaja dengan judul Waksirsa yang meraih nilai 322.
Dan peringkat tiga didapat ST Dharma Satwika, Banjar Kebonkuri Mangku dengan judul ogoh-ogoh Mahesa Sura dengan nilai 317.
Di wilayah Denpasar Selatan, selain ogoh-ogoh Gerubug yang menjadi terbaik, di peringkat kedua ditempati ST Eka Laksana, Banjar Gaduh dengan judul Kabanda Gering yang meraih poin 355.
Kemudian di tempat ketiga didapat ST Sari Sanggraha, Banjar Pesanggaran dengan judul ogoh-ogoh Katadah Kala dengan meraih nilai 352.
Sementara di Denpasar Barat, rata-rata nilai yang didapat cenderung kecil dari tiga kecamatan dimana peringkat teratas hanya meraih nilai 200-an.
Seperti ST Eka Adnyana Banjar Alangkajeng Gede dengan judul ogoh-ogoh Pandung Pangreh Lukut yang mendapat nilai 280. Kemudian disusul ST RUPPTI Banjar Titih dengan judul Sunda Upasunda yang meraih nilai 278. Dan tempat ketiga didapat ST Satria Yowana Banjar Alangkajeng Menak dengan judul Kusta Murti yang meraih nilai 265.
Sementara juri yang dilibatkan yakni Komang Indra Wirawan atau Komang Indra Gazes, I Gede Anom Ranuara atau Guru Anom, kemudian Made Putra Bobic, AA Ketut Indra Sanjaya dan Dwiaga Yogiswara. (i putu supartika)
Baca juga: Guru Honorer Menciptakan Alat Musik dari Bilah Bambu, Cara menemukannya Persis Isaac Newton
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.