Harga Pupuk Mahal, Petani Megap-Megap Minta Bantuan
Sejumlah petani tebu di Magetan, Jawa Timur mengeluhkan mahal dan terbatasnya stok pupuk bersubsidi.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah petani tebu di Magetan, Jawa Timur mengeluhkan mahal dan terbatasnya stok pupuk bersubsidi.
Sehingga, ini menyebabkan biaya produksi mahal yang mengakibatkan produktivitas terhambat.
"Saya berharap semoga harga pupuk tidak mahal-mahal lagi,” ucap Warsini, buruh tani di
Desa Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dalam keterangannya, pada Minggu (24/4/2022).
Sementara itu, Rafael juga mengeluhkan hal yang sama.
Menurut dia, harga pupuk yang mahal berdampak pada usaha es tebu miliknya.
Baca juga: Agar Mampu Berdaya Saing, Pupuk Indonesia Genjot Tranformasi SDM
"Ini pupuk, apa-apa naik. Minta tolong agar petani tebu diperhatikan, perihal harga pupuk yang mahal, atau keperluan lainnya," kata dia.
Jika harga pupuk dan sembako mahal, maka kata dia akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha.
"Dan pastinya kehidupan saya dengan keluarga," kata dia.
Keluhan itu disampaikan kepada Anggota Komisi VI DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono.
Ibas, sapaan Edhie Baskoro Yudhoyono, melakukan kunjungan reses ke Desa Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur pada 21 April 2022 lalu.
Baca juga: Hilirisasi Produk, Pupuk Indonesia Bangun Tiga Pabrik Baru
Berdasarkan data World Bank-Commodity Market Review per 4 Januari 2022, Pupuk Urea dan diamonium fosfat (DAP) mengalami kenaikan yang signifikan.
Sepanjang Januari hingga Desember 2021 misalnya, harga diamonium fosfat (DAP) di pasar internasional mengalami kenaikan sebesar 76,95 persen.
Saat awal tahun lalu, harga pupuk itu mencapai US$421 per ton, pencatat itu berakhir di posisi US$745 per ton pada Desember 2021.
Pupuk Urea mengalami peningkatan harga mencapai 235,85 persen sepanjang tahun lalu. Pupuk Urea sempat berada di harga US$265 per ton belakangan naik menjadi US$890 per ton pada Desember 2021.