Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Tomako Batu, Maskawin Perempuan Adat Sentani Papua yang Dipamerkan Saat KMAN VI

Tomako hingga sekarang masih menjadi maskawin perempuan adat Sentani, Jayapura

Editor: Erik S
zoom-in Mengenal Tomako Batu, Maskawin Perempuan Adat Sentani Papua yang Dipamerkan Saat KMAN VI
TRIBUNPAPUABARAT.COM/Kresensia Kurniawati Mala Pasa
Tomako batu atau kapak batu yang dipamerkan di salah satu stan dalam KMAN VI di Stadion Barnabas Youwe Sentani, Jayapura, Papua, Jumat (28/10/2022). Tomako batu menjadi salah satu maskawin wajib perempuan adat Suku Sentani 

Laporan TribunPapuaBarat.com, Kresensia Kurniawati Mala Pasa

TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Stan pameran usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI di Stadion Barnabas Youwe Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, dihiasi dengan tomako atau kapak batu.

Gufrid Tokoro, seorang perajin tomako batu dari Kampung Kehiran, Distik Sentani, Kabupaten Jayapura, mengatakan, tomako hingga sekarang masih menjadi maskawin perempuan adat Sentani.

Baca juga: KMAN VI Terpusat di Stadion Barnabas Youwe, UMKM dari Lombok Utara Raih Omzet Rp 2 Juta Sehari

"Kalau di Sentani Tengah itu disebut Rela. Di Sentani Barat, Dera dan kalau di Sentani Timur, disebut Roboni," urai Gufrid Tokoro saat ditemui TribunPapuaBarat.com sedang menjaga stannya di Stadion Barnabas Youwe Sentani, Jumat (28/10/2022).

Gufrid Tokoro menjelaskan, tomako batu dibuat dari bongkahan batu yang langsung diambil dari Pegunungan Cyclops.

Lebih lanjut dia bilang, tomako batu juga mengenal gender. 

Masyarakat adat Sentani, khususnya di daerah bagian tengah, menyebut kapak batu laki-laki sebagai Hawabhu, yang berwarna biru kehijauan. 

Berita Rekomendasi

Sedangkan tomako batu yang berwarna hitam, dikenal sebagai kapak batu perempuan yang disebut warga lokal  Nokombu.

Baca juga: Peserta Sidang Komisi Organisasi KMAN VI Sepakat Pasal 1 dan 2 Anggaran Dasar AMAN Diubah

Maskawin dalam prosesi adat lamaran suku Sentani, ucapnya, menggunakan tomako batu, manik-manik dan sejumlah uang.

"Kalau untuk banyaknya itu sesuai dengan kesepakatan dua belah pihak," terangnya. 

Sementara untuk meminang anak perempuan dari ondoafi atau kepala suku, maka harus ditambah gelang batu atau ebha dalam bahasa Sentani.

Harga satu tomako batu berkisar dari Rp 500 ribu hingga satu juta rupiah.

Baca juga: Peserta Sidang Komisi Organisasi KMAN VI Sepakat Pasal 1 dan 2 Anggaran Dasar AMAN Diubah

Sedangkan tomako batu untuk mata kalung dibanderol Rp 50 ribu per buah.

Dia menyebut, dalam proses hantaran mahar, tomako batu bisa mencapai dua sampai tiga karung.

Sehingga, total harga yang disiapkan untuk mahar kapak batu ditaksir mencapai Rp 150 juta.

Baca juga: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Pamerkan Produk Unggulan Daerah di KMAN VI Papua

"Kalau anak ondoafi bisa dua sampai tiga ratus juta itu. Belum lagi untuk manik-maniknya," tutur Gufrid Tokoro.  
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas