Mas Sopili Sulap Eceng Gondok Jadi Pupuk hingga Biogas, Harapan Cerah Masyarakat Sobokerto
Eceng gondok ganggu ekosistem Waduk Cengklik, Pertamina melalui program CSR-nya membina dan mendukung warga untuk mengolahnya jadi 3 produk berguna
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
Eceng gondok mengganggu ekosistem Waduk Cengklik, Pertamina melalui program CSR-nya membina dan mendukung warga untuk mengolahnya menjadi 3 produk bermanfaat bagi desa
TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI – Pertamina mendukung upaya warga untuk membasmi tanaman eceng gondok di Waduk Cengklik, Boyolali, Jawa Tengah. Tepatnya di Dukuh Turibang, Desa Sobokerto, tanaman yang dikenal sebagai gulma itu diolah menjadi tiga produk berguna untuk warga sekitar.
Adalah program bernama Masyarakat Sobokerto Peduli Waduk Cengklik (Mas Sopili) yang diinisiasi oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
Program ini adalah program Corporate Social Responsibillity (CSR) Mitra Binaan PT Pertamina Patra Niaga DPPU Adi Sumarmo.
Masyarakat, dalam hal ini warga terbantu dukungan Pertamina untuk mengembangkan usahanya memanfaatkan tanaman eceng gondok yang semula merugikan menjadi asa masyarakat berubah menguntungkan.
Awalnya, warga Dukuh Turibang yang setiap harinya bercocok tanam merasa merugi karena pesatnya pertumbuhan eceng gondok di Waduk Cengklik.
Tumbuhan yang menyebabkan debit air berkurang ini secara langsung berimbas pada hasil tanam para petani.
Sawah dan perkebunan warga bahkan kering tak terairi waduk yang semakin hari semakin menyusut penuh lumpur.
Warga pun bergerak mencari solusi mengurangi eceng gondok dengan memanfaatkannya menjadi hal yang berguna.
Hingga pada akhirnya seorang Turut Raharjo diperkenalkan dengan Program CSR Pertamina untuk pemanfaatan eceng gondok menjadi pupuk hingga biogas.
Ketiganya bahkan telah digunakan untuk kegiatan warga sekitar, seperti halnya menjadi pupuk kebun bayam yang
Pitoyo, anggota Pokmas Ngudi Tirto Lestari, mengatakan, warga terfasilitasi berbagai dukungan Pertamina.
“Kami mendapat mesin pencacah eceng gondok, drum untuk biogas, kompor gas hingga dibina untuk pengolahan menjadi barang berguna,” jelasnya ketika ditemui Tribunnews di rumahnya pada Sabtu (5/11/2022).
Kegiatan itu bermula pada September 2022, Pitoyo bersama anggota Pokmas Ngudi Tirto Lestari difasilitasi untuk melakukan studi banding di Musuk, Boyolali.
Di sana, mereka mendapat ilmu mengolah eceng gondok menjadi pupuk padat, pupuk organik cair (POC), dan biogas.
Tak berselang lama, Pokmas merapat dan membentuk basecamp untuk digunakan sebagai pengolahan eceng gondok.
Melalui sejumlah percobaan, awal Oktober produk pupuk organik olahan dari Pokmas akhirnya digunakan untuk kebun bayam milik Pitoyo.
Ia pun membeberkan cara dan bahan yang digunakan untuk mengolah eceng gondok.
Untuk membuat pupuk 50kg, ia menyiapkan sekitar 100kg eceng gondok yang sudah dicacah. Kemudian dicampur dengan cairan MP4, kotoran hewan 30kg, tetesan tebu menjadi satu olahan untuk kemudian difermentasi selama 21 hari dengan catatan diaduk selama sepekan.
“Terbukti, hasilnya memuaskan. Kebun bayam dan kangkung saya tanpa rabuk dari pabrikan pakai pupuk olahan eceng gondok bisa lebih lebat, lebih berat, lebih subur,” kata dia.
Pria berusia 47 tahun ini bahkan menyebut waktu panennya lebih cepat dibanding pupuk pabrikan. “Panennya lebih cepat, saya tanam 1 Oktober panen 23 Oktober. Lebih cepat seminggu,” imbuh dia.
Sementara warga lainnya, Erna, mengaku telah memanfaatkan olahan eceng gondok berupa biogas untuk keperluan memasak.
Tak berbeda jauh dari mengolah eceng gondok menjadi pupuk, pembuatan biogas dilakukan juga dengan menyertakan eceng gondok tanpa akarnya.
“Olahannya didiamkan di dalam drum selama 21 hari, nanti gas akan mengalir otomatis ke ban melalui selang dan telah terhubung ke kompor gas. Warga bisa menggunakan ban berisi biogas ini untuk selanjutnya jadi bahan bakar memasak di rumah,” ucapnya.
Berharap Banyak dan Meluas ke Seluruh Desa
Produk olahan eceng gondok yang sudah dirasakan warga Dukuh Turibang ini diharapkan dapat dirasakan warga seluruh desa.
Lurah Sobokerto, Surahmin, pun memiliki harapan lebih agar karya warganya meluas menjadi bisnis usaha.
Kelurahan pun mendukung segala upaya untuk pengolahan eceng gondok yang mengganggu kegiatan warga.
“Kami terus memantau, mendukung dan hadir di tengah-tengah mereka, memperjuangkan agar kegiatan ini terus berjalan bahkan lebih luas dan menjadi keuntungan bagi mereka sendiri sebagai pelakunya,” ucap dia.
“Ini baru dimanfaatkan warga sekampung sudah sangat bagus, besok-besok kami harap bisa dimanfaatkan warga satu desa, bahkan meluas ke kecamatan dan seterusnya,” bebernya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.