Muhammadiyah Bangun Lebih dari 200 Hunian Darurat Bagi Warga Terdampak Gempa Cianjur
Pembuatan hundar adalah salah satu layanan utama dari 6 layanan yang dijalankan Muhammadiyah dalam respon tanggap darurat gempa Cianjur
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Eko Sutriyanto
Pembuatan hundar adalah salah satu layanan utama dari 6 layanan yang dijalankan Muhammadiyah dalam respon tanggap darurat gempa Cianjur.
Muhammadiyah membangun hundar bagi para penyintas gempa Cianjur berbasis keluarga melalui paket bantuan hundar.
Indrayanto, Koordinator Divisi Tanggap Darurat, Rehabilitasi dan Rekonstruksi (TDRR) MDMC PP Muhammadiyah mengatakan pembangunan hundar untuk memindahkan masyarakat dari tenda komunal.
Selama ini, menurut Indrayanto para penyintas gempa Cianjur tinggal di tenda komunal yang didirikan bersama-sama. Itu adalah satu tenda besar yang ditinggali bersama-sama dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) dan jiwa yang banyak.
Baca juga: Sebagian dari Kecamatan Cugenang & Pacet Daerah Rawan Gempa, Sebaiknya Tidak Dijadikan Tempat Hunian
“Dengan hunian darurat ini, harapannya masyarakat bisa punya privasi yang lebih baik, punya tempat tinggal lebih nyaman bersama satu keluarganya,” kata Indrayanto Rabu (30/11), di lokasi pembangunan hundar di Posyan Sukamulya di Kampung Barukaso, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Cianjur.
Selain privasi dan kenyamanan, pembangunan hundar berbasis keluarga ini juga sejalan dengan upaya MDMC untuk meminimalisir resiko terjadinya kekerasan baik seksual maupun kekerasan lainnya dalam berbagai bentuk yang lebih rentan terjadi dalam tenda komunal.
Hundar ini berbahan dasar terpal tenda dengan kerangka terbuat dari kayu atau bambu.
“Hunian darurat ini berukuran 4 x 6 terdiri dari 2 bilik, di tengah akan ada sekat, 1 bilik bisa buat ruang privasi untuk tidur dan lainnya, 1 bilik bisa untuk tempat barang-barang keluarga,” tutur Indrayanto.
Pembangunan hundar ini diawali dengan musyawarah bersama masyarakat terdampak dan sudah melalui kesepakatan bersama.
“Proses pendiriannya melibatkan langsung masyarakat, membuat kelompok bergotong royong,” imbuh Indrayanto.
Pelibatan masyarakat penerima bantuan ini juga dimaksutkan agar masyarakat dilibatkan tidak hanya sebagai obyek penerima bantuan, tapi juga ikut membuat keputusan dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pembangunan.