Dua Gadis Aceh Jadi Korban Perdagangan Manusia di Malaysia, Diperkerjakan di Rumah Bordil
Setibanya di Malaysia, dokumen mereka ditahan oleh agen (mucikari) dan kedua gadis muda itu lantas dijual ke rumah bordil.
Editor: Eko Sutriyanto
“Mereka semula dijanjikan untuk bekerja di sektor formal dan diimingi gaji yang tinggi,” terangnya.
Ketua DPRK Aceh Besar ini meminta, Pemerintah Aceh tidak tutup mata melihat kasus-kasus tersebut.
“Pekerja migran harus betul-betul dilindungi. Pasalnya, mereka masuk ke Malaysia itu legal, namun dokumen keduanya disita oleh agen (pelaku perdagangan manusia),” tandas dia.
Baca juga: Gara-gara Covid-19 Rumah Bordil Ditutup, Pekerja Seks Pun Menjerit
"Jadi dalam waktu dekat juga saya akan berkomunikasi dengan keluarga korban. Agar dalam bulan ini mereka bisa kita pulangkan," jelasnya.
Bulan lalu, lanjut Iskandar, ia sudah menemui wakil Ketua MPR RI dan membicarakan perihal kasus perdagangan manusia itu. Ia mencoba menyuarakan kasus ini menjadi perhatian nasional.
Sebab, di Malaysia, sebutnya, ada 650 ribu jiwa masyarakat Aceh, dan kebanyakan mereka tidak memiliki dokumen.
Atas laporan itu, terang Iskandar, MPR RI mengajak untuk melakukan investigasi bersama.
"Kasus ini juga sudah pernah saya laporan ke Polresta meskipun tidak secara resmi,” papar dia.
Kalau ada kesempatan, kita akan menemui Kapolda untuk membicarakan persoalan tersebut. Karena kasusnya sudah sangat kronis," pungkasnya.
Layani 20 pria semalam
Sementara itu, Ketua Bireuen Bersatu Aceh Malaysia, T Haikal mengatakan, untuk kasus perdagangan manusia, dalam tiga bulan terakhir saja, naik sebesar 30 persen.
Modus operandinya hampir sama.
Mereka ditawarkan bekerja di restoran dengan imbalan gaji yang sangat besar.
Dari hasil penelusuran yang ia lakukan, bandit atau pelaku human trafficking ini salah satunya adalah selebgram.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.