Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

5 Fakta Mahasiswa Unhas Meninggal saat Mengikuti Diksar Mapala, Keluarga Temukan Ada Luka Lebam

Berikut 5 fakta terkait meninggalnya mahasiswa Universitas Hasanuddin saat mengikuti kegiatan Diksar Mapala di Maros, Sulawesi Selatan.

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in 5 Fakta Mahasiswa Unhas Meninggal saat Mengikuti Diksar Mapala, Keluarga Temukan Ada Luka Lebam
KOMPAS.com/THINKSTOCK
Ilustrasi Meninggal. Simak 5 fakta terkait meninggalnya mahasiswa Unhas saat mengikuti Diksar Mapala. 

TRIBUNNEWS.COM - Belum terungkap penyebab kematian mahasiswa Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan saat menjalani Pendidikan Dasar (Diksar) Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) 09 Teknik, Jumat (13/1/2023).

Pihak kampus Unhas masih melakukan investigasi terkait penyebab kematian korbani dan Mapala 09 Teknik sudah dibekukan sementara.

Kegiatan Diksar Mapala 09 Teknik ini dilakukan sejak Senin (9/1/2023) di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Baca juga: Panitia Ungkap Kronologi Mahasiswa Meninggal saat Diksar Mapala, Kampus Serahkan Kasus ke Polisi

Keluarga Korban Temukan Luka Lebam

Berdasarkan pengakuan ketua Mapala 09 Teknik, Ibrahim Fauzi, korban meninggal karena mengalami sesak nafas.

Korban yang bernama Virendy Marjefy (19) sempat mengeluh sakit sesak nafas ketika berada di daerah perbukitan sebelum dinyatakan meninggal.

Namun ayah korban, James Wehantouw mengaku menemukan luka lebam pada jasad Virendy Marjefy.

Berita Rekomendasi

"Itu ada lebam, ada luka apa, cuma kita positif thinking saja karena kita sulit jelaskan," ujarnya dikutip dari TribunMakassar.com.

Untuk mengungkap penyebab luka lebam ini, jasad korban harus diautopsi terlebih dahulu.

James Wehantouw keberatan jika jasad anaknya diautopsi dan memilih untuk langsung memakamkannya pada Senin (16/1/2023).

"Karena kalau kita mau tau penyebab nya kita harus autopsi. Setelah kita pihak keluarga pertimbangan kita keberatan autopsi," jelasnya.

Ada Beberapa Kejanggalan dalam Kematian Korban

Keluarga korban telah melaporkan kasus ini ke Polres Maros.

James Wehantouw mengaku menemukan berbagai kejanggalan dalam kematian Virendy Marjefy.

Kejanggalan yang pertama yakni tidak adanya izin kegiatan ke pihak kepolisian atau pemerintah setempat.

"Kalau diizinkan pasti dipantau, tapi ini mereka ini tidak dilengkapi surat izin, peralatan medis juga tidak lengkap, masa juga tidak dokumentasi," terangnya dikutip dari TribunMakassar.com.

Baca juga: Sosok Mahasiswa yang Meninggal Dunia saat Diksar Mapala, Cucu dari Guru Besar Unhas

Kemudian, keluarga baru dikabari korban meninggal sehari setelah kejadian atau ketika korban sudah berada di rumah sakit dalam keadaan meninggal.

"Handphone peserta juga dikumpulkan, berikutnya lagi kejadian ini pagi baru kami diberi tahu, sudah di rumah sakit," ungkapnya.

Menurut James, panitia Diksar Mapala melakukan berbagai kesalahan yang mengakibatkan anaknya meninggal.

Selain itu, ia mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan dari pihak panitia.

"Sudah melaporkan, kita laporkan SOP-nya. Panitia sepertinya menyembunyikan sesuatu ini," tegasnya.

Organisasi Mapala 09 Teknik Unhas Dibekukan 

Pihak kampus Universitas Hasanuddin membekukan organisasi Mapala 09 Teknik karena satu mahasiswa meninggal saat kegiatanDiksar.

Kegitan Diksar ini diadakan dari hari Senin (9/1/2023) di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Pada hari kelima Diksar atau hari Jum'at (13/1/2023), korban diduga mengalami sesak napas dan meninggal dunia.

Atas kejadian ini, Dekan Fakultas Teknik Unhas, Muhammad Isran Ramli membekukan organisasi Mapala 09 Teknik Unhas.

Baca juga: Mahasiswa Unhas Meninggal Saat Mengikuti Diksar Mapala, Pihak Kampus Telusuri Penyebab Kematian

Hal ini dilakukan untuk relaksasi setelah kejadian mahasiswa meninggal saat kegiatan Diksar.

"Dalam rangka merelaksasi situasi UKM Mapala 09, kita bekukan sementara kegiatan-kegiatannya (Mapala Teknik Unhas 09) sampai waktu yang belum ditentukan," tegasnya dikutip dari TribunMaros.com.

Saat ini Komisi Disiplin Fakultas Teknik Unhas masih melakukan investigasi penyebab meninggalnya korban.

Investigasi dilakukan untuk mengetahui detail kronologi meninggalnya Virendy Marjefy saat berada di sebuah daerah perbukitan ketika Diksar.

"Salah satu tujuan tim investigasi terpadu ini, kita ingin menggali lebih jauh bagaimana kronologi agar dapat kita jadikan pelajaran untuk memperbaiki standar operasional yang ada," terangnya.

Menurut Isran, investigasi akan dilakukan secepat mungkin karena pihak keluarga korban butuh penjelasan terkait penyebab kematian anaknya.

"Kita berusaha secepat-cepatnya karena ini sangat urgent untuk dieksplor dan diungkap," ujarnya.

Korban Cucu dari Guru Besar Unhas

Mahasiswa Teknik yang menjadi korban bernama Virendy Marjefy (19).

Baca juga: 5 Fakta Tarik Tambang Maut IKA Unhas: 1 Peserta Tewas, Kronologi Kejadian hingga Penjelasan Panitia

Ia tinggal di Komplek Telkomas, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan.

Virendy Marjefy merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan James dan Femmy Lotulung.

Ayah korban, James merupakan mantan wartawan senior harian Pedoman Rakyat, Makassar.

Sementara kakek korban, Profesor Dr OJ Wehantouw, MS adalah guru besar ilmu sosial di Unhas.

Mengutip dari TribunMaros.com, kakek korban menjadi pengajar di Unhas sejak 1965 dan meninggal pada Oktober 2015.

Korban merupakan mahasiswa Teknik Arsitek Unhas angkatan 2021 atau semester 4.

Semasa hidup, korban dikenal aktif mengikuti Sekolah Minggu di sebuah Gereja di Makassar.

Kronologi Mahasiswa Unhas Meninggal saat Diksar Mapala

Ilustrasi meninggal dunia
Ilustrasi meninggal dunia (https://www.deccanherald.com/)

Kegiatan Diksar Mapala 09 Universitas Hasanuddin ini dimulai pada Senin (9/1/2023).

Lokasi Diksar berada di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Kapolsek Tompobulu, AKP Asgar mengatakan kegiatan Diksar ini tidak mengajukan izin pemberitahuan kepada kepolisian atau pemerintah setempat.

Baca juga: Kronologi Mahasiswa Tersesat 2 Hari di Gunung Merapi, Tinggalkan Motor di Warung, Ngaku Ikuti Burung

"Iya memang benar ada mahasiswa Unhas Fakultas Teknik Sipil semester IV yang meninggal dunia saat mengikuti diksar di Dusun Bara-barayya."

"Saat melaksanakan Diksar di Kecamatan Tompobulu mereka tidak ada yang melapor ke pemerintah setempat maupun ke polsek," ujarnya dikutip dari TribunMaros.com.

Kegiatan Diksar ini dilakukan dengan berjalan kaki dari satu desa ke desa lain.

Korban mulai merasakan sakit pada hari Jum'at (13/1/2023) ketika berjalan di Desa Bonto Manurung, sebuah desa di area perbukitan yang cukup tinggi.

"Sekitar pukul 23.00 Wita tepatnya di Kampung Bara Baraya, Dusun Tanetebulu, Desa Bonto Manurung, Kecamatan Tompobulu, Virendy mengalami sakit sesak napas sehingga panitia termasuk melakukan pertolongan pertama dengan memberi tabung oksigen yang sudah disiapkan panitia," jelasnya.

Baca juga: Mahasiswa asal Blora Tewas Usai Peluru dari Senapan Angin Miliknya Mengenai Dada

Panitia Diksar mencoba membawa korban ke rumah warga terdekat, namun nyawa korban tidak tertolong.

"Kemudian mereka memapah korban menggunakan sarung menuju rumah salah seorang warga, untuk mengecek kembali keadaan korban. Namun korban dipastikan telah meninggal dunia sekitar pukul 23.45 Wita," ungkapnya.

Karena lokasi desa di ketinggian, korban baru bisa dievakuasi dengan mobil jenazah pada Sabtu (14/1/2023) pukul 04.30 Wita.

Korban sempat dibawa ke UGD Rumah Sakit Grestelina, Panakkukang, Makassar sebelum dikembalikan ke rumah duka.

(Tribunnews.com/Mohay) (TribunMaros.com/Nurul Hidayah/Ari Maryadi) (TribunMakassar.com/Muslimin Emba)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas