Panglima TNI Sebut Telah Larang Gunakan Bandara Paro Papua Karena Daerah Rawan
Landasan Bandara Distrik Paro ini merupakan lokasi dibakarnya pesawat Susi Air oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Penulis: Abdi Ryanda Shakti
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono mengklaim telah melarang penggunaan landasan di Bandara Paro, Kabupaten Nduga, Papua karena lokasinya rawan.
Diketahui, landasan Bandara Distrik Paro ini merupakan lokasi dibakarnya pesawat Susi Air oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Baca juga: Pasca-Insiden Pembakaran Pesawat Susi Air, Panglima TNI: Tak Semua Daerah Papua Rawan
"Sebenarnya dari awal sudah kita larang waktu itu untuk melaksanakan terbang ternyata mereka (maskapai Susi Air) memaksakan," kata Yudo setelah rapat pimpinan (rapim) TNI-Polri di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Yudo mengakui rawannya lokasi tersebut karena minimnya aparat dari TNI hingga Polri di lokasi.
"Daerah situ banyak rawannya karena memang aparat TNI Polri di situ sangat kecil sehingga sedikit daerahnya dirasa aman," ucap Yudo.
Sebelumnya, Polisi membeberkan kronologi pembakaran pesawat Susi Air yang dilakukan di Bandara Distrik Paro, Nduga, Papua oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri menyebut kasus itu berawal saat adanya 15 pekerja pembangunan sebuah puskesmas di Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan.
"Ada kelompok itu datang, yang mereka mencurigai bahwa 15 pekerja yang akan membangun bangunan puskesmas di Paro itu, ada anggota TNI atau BIN di dalam. Sehingga mereka melakukan pemeriksaan terhadap warga yang membangun puskesmas," kata Mathius di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Baca juga: Profil Sebby Sambom, Jubir TNPB OPM yang Sebut KKB Papua Sandera Pilot Pesawat Susi Air
Mathius menerangkan ada lima pekerja yang tidak memiliki kartu identitias diri. Mendapat laporan itu, TNI dan Polri hendak mengevaluasi belasan pekerja tersebut.
"Lanjutan dari prakejadian tanggal 4,5 dan 6 (Februari), kita sudah susun rencana rapat di Timika, apabila nanti pesawat masuk kita akan bawa keluar para pekerja ini," ucapnya.
Singkat cerita, pesawat Susi Air yang dipiloti warga negara Selandia Baru, Philips Max Marthin sampai di Bandara Distrik Paro pada Selasa (7/2/2023).
Pesawat yang membawa lima penumpang itu rencananya akan digunakan untuk mengangkut 15 pekerja bangunan yang dicurigai KKB.
Baca juga: 5 Penumpang Pesawat Susi Air Berhasil Dievakuasi, Pilot Masih dalam Pencarian
Saat itu, lima penumpang pesawat dilepas karena merupakan warga asli Papua. Namun, pesawat tersebut ditahan hingga dibakar oleh KKB.
"Namun pada saat 7 (Februari) kemarin masuknya pesawat membawa lima warga sipil orang Paro, itu akhirnya setelah turun pesawatnya ditahan, tidak boleh terbang, karena mereka juga mungkin kita evakuasi keluar," ungkapnya.
Setelahnya, sang pilot disebut berhasil melarikan diri. Namun, 15 pekerja bangunan tersebur diselamatkan oleh tokoh agama setempat.
"Warga masyarakat yang 15 tadi sudah diamankan oleh bapak pendeta, kami memang sangat berterima kasih kepada pendeta, karena tahu ada kejadian itu, langsung dibawa keluar para pekerja itu, karena takut ada korban para pekerja," bebernya.
Kelima belas pekerja ini pun sudah dievakuasi personel TNI-Polri untuk keluar dari Distrik Nduga, pada hari ini.
Baca juga: Kronologi Pesawat Susi Air Dibakar KKB, Berawal Ketika Hendak Evakuasi 15 Pekerja Bangunan Puskesmas
Namun, saat ini aparat keamanan masih mencari keberadaan pilot pesawat yang masih belum ditemukan.
"Nah pilot itu sementara memang masih tidak jauh dari Paro," tukasnya.