Motor Patwal Jokowi Terjatuh saat Melewati Blora, Ganjar Ungkap Penyebab Jalan di Jawa Tengah Rusak
Sepeda motor patwal Presiden Jokowi terjatuh di Blora karena kondisi jalan yang rusak parah. Ganjar mengatakan perbaikan jalan terkendala pandemi.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Beredar video motor patwal Presiden Joko Widodo (Jokowi) terjatuh saat melewati jalan rusak di sebuah desa di Blora, Jawa Tengah.
Aparat yang mengendarai motor patwal kehilangan keseimbangan karena jalanan bergelombang.
Lantaran motor yang digunakan berjenis moge, ia tidak bisa mendirikan sendiri motor tersebut dan memerlukan bantuan warga.
Di belakang motor patwal terlihat mobil yang dinaiki Presiden Jokowi kesulitan melewati jalan yang tidak beraspal dan harus menurunkan kecepatan.
Baca juga: Dampingi Presiden Serahkan Sertifikat untuk Warga Blora, Menteri Hadi: Konflik Berlarut Kini Selesai
Panitia kunjungan disebut sengaja memberikan jalan yang rusak kepada rombongan Presiden Jokowi agar jalanan yang rusak segera diperbaiki.
Diketahui, Jokowi mengunjungi Blora pada Jumat (10/3/2023) dalam rangka kunjungan kerja dan menyerahkan sejumlah sertifikat tanah ke warga.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjelaskan penyebab banyaknya jalanan rusak di Jawa Tengah.
Salah satu penyebab utamanya yakni pandemi Covid-19 yang membuat anggaran perbaikan jalan susah dicairkan karena fokus anggaran masih ke permasalahan kesehatan.
"Problem kita dua tahun kemarin tidak nggak bangun (jalan), sehingga dana refocusing untuk yang lain, sekarang kondisinya jadi lumayan, lumayan dedel duwel (rusak parah)," jelasnya, Senin (13/3/2023), dikutip dari TribunSolo.com.
Faktor lain yang membuat jalanan di Jawa Tengah rusak yakni truk yang kelebihan muatan sering melintas.
Baca juga: Presiden Jokowi Bersyukur Masalah Reforma Agraria di Blora Telah Rampung
"Kemudian dihajar lagi satu, hujan deras ektrem, dua bencana, ketiga tadi ketemu beberapa truk yang memang odol, dimensinya tinggi, load-nya tinggi," lanjutnya.
Menurutnya permasalahan truk kelebihan muatan perlu koordinasi antara kepolisian, kementrian dan pemilik truk.
"Kemarin, Pak Presiden di Bulog, (saya nemu) truk yang tonase maksimalnya 5 ton, tapi angkut 12/13 ton."
"(Saya bilangin), 'ojo okeh-okeh (jangan banyak-banyak)', (dijawab sopir truk), 'disuruh bose'. Ini bosnya mesti diajak bicara," kata Ganjar.