4 Fakta Bocah Tewas Akibat Tiga Kali Gagal Operasi Usus Buntu, Tak Sadarkan Diri Selama Lima Hari
Berikut empat fakta kasus bocah di Palembang tewas akibat tiga kali gagal operasi usus buntu, Minggu (19/3/2023).
Penulis: Isti Prasetya
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Bocah perempuan bernama DA (7) meninggal dunia akibat gagal menjalani operasi usus buntu pada Minggu (19/3/2023) sekira pukul 22.00 WIB di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH).
Kondisi DA tak kunjung membaik meski telah tiga kali menjalani operasi usus buntu di RSUD Bari Palembang.
Bahkan dari perutnya keluar cairan hijau kekuning setelah proses operasi usus buntu selesai dilakukan.
Atas kejanggalan tersebut, ayah korban, Herman (44) menduga DA menjadi korban malapraktik oleh oknum di RSUD Bari Palembang.
DA pun sempat dirujuk ke RSMH untuk mengupayakan penyembuhan kondisinya.
Namun, nyawa DA tak tertolong setelah lima hari tak sadarkan diri pascaoperasi.
Dihimpun Tribunnews.com, berikut empat fakta kasus dugaan malapraktik yang merenggut nyawa DA setelah tiga kali gagal mendapatkan tiga kali tindakan operasi.
Oknum Dokter B dilaporkan
Kasus ini terungkap saat Herman melaporkan oknum dokter di RSUD Bari Palembang berinisial B ke SPKT Polda Sumsel, Rabu (8/3/2023) malam.
Diketahui, kondisi DA tak kunjung membaik meski telah tiga kali menjalani operasi usus buntu di RSUD Bari Palembang.
Bahkan dari perutnya keluar cairan hijau kekuning setelah proses operasi usus buntu selesai dilakukan.
Edisan Wahidin SH, Kuasa hukum keluarga DA mengatakan, saat ini bocah tersebut sudah dipindahkan atau dirujuk ke RSMH.
"Bukanya sembuh, korban justru makin parah setelah menjalani tiga kali operasi di RS Bari. Bahkan saat ini korban juga sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, oknum dokter berinisial B tersebut dilaporkan terkait Pasal 4 Undang-undang no 36 tahun 2014 tentang tenaga kerja.
"Dalam isi pasal tersebut adalah bahwa setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan korban luka berat maka terancam 3 tahun penjara," tutur Edison.
Baca juga: Derita Desfa Anjani Bocah Palembang, Operasi Usus Buntu Gagal, Kini Tambah Kurang Gizi
Kondisi DA setelah dirujuk, alami gizi buruk
Meski telah dirujuk, Herman mengungkapkan kondisi anaknya saat itu belum juga pulih.
Bahkan DA sempat mendapatkan perawatan intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
Tambahnya Herman, luka dari bekas operasi yang dijalani anaknya berubah menjadi berwarna merah.
DA mengalami gizi buruk karena hanya mendapatkan suplai cairan dari infus.
"Anak saya juga dikatakan terkena gizi buruk karena dia ngga mau makan dan saya juga udah ngga bisa lihat dan untuk kondisi anak saya ini masih keluar cairan dan warnanya bukan lagi kuning tapi udah berwarna hijau," ujarnya, dikutip Tribunnews.com dari TribunSumsel.com.
Lebih lanjut, dikatakan Herman bahwa B selaku dokter juga belum ada itikad baik kepada pihaknya dan hanya terlihat membesuk anaknya pada saat DA dibawa ke rumah sakit Umum Muhammad Hoesin.
"Dia hanya besuk sekali saat anak saya sudah dirawat di RSMH Palembang. Oknum tersebut beralasan bahwa ini hanya kesalahan medis," tambahnya.
Herman berharap agar laporan polisi yang sudah dibuatnya ini segera di proses.
"Kami berharap agar polisi dengan cepat memproses laporan terkait dugaan malapraktik ini, apalagi hingga kini kondisi anak saya semakin parah," tegasnya.
Baca juga: Herman Laporkan Dokter yang Operasi Usus Buntu Desfa ke Polisi
DA lima hari tak sadarkan diri
Masih dari sumber yang sama, DA kemudian mendapatkan tindakan operasi pemotongan usus di RSMH.
Hal tersebut dilakukan untuk mengeluarkan cairan luka dari bekas operasi DA yang sebelumnya di RSUD Bari Palembang.
Operasi tersebut dinyatakan berhasil, namun DA tak kunjung sadar ketika dokter memberikan obat tidur pascaoperasi.
Herman mengatakan bahkan detak jantung sang anak bahkan menghilang selama beberapa menit.
Hal itu pun membuat Herman dan istrinya Yani panik.
"Lima hari semenjak selesai operasi adek tidak sadar. Detak Jantung nya tidak ada, namun dokter langsung menangani hal itu dengan memompa jantung secara manual menggunakan tangan. Detak jantungnya ada lagi, tapi adek masih tidak sadar," katanya, dikutip dari TribunSumsel.com.
DA kemudian mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu (19/3/2023) malam di RSMH.
"Anak kami malam tadi meninggal dunia di RSMH, " ujar Herman, Senin (20/3/2023).
Kini jenazah DA sudah dibawa ke rumah duka di Jalan Faqih Usman, Lorong Sintren, Kelurahan 2 Ulu, Palembang.
Keluarga memakamkan DA di TPU Desa Talang Peramuan, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir pada pukul 13.00 WIB.
Herman mengatakan penyebab meninggal putri bungsunya yaitu infeksi yang berlebih di usus menjalar ke organ hati sehingga pembuluh darahnya pecah.
"Penyebabnya kata dokter ada infeksi pada luka operasi sebelumnya di dekat perut, lalu infeksi itu menjalar ke organ hati. Makanya pembuluh darah sampai pecah keluar darah sampai kaki," ujar Herman saat dijumpai di rumah duka, Senin (20/3/2023).
Baca juga: Kabar Duka, Bocah di Palembang yang 3 Kali Gagal Operasi Usus Buntu Meninggal Dunia
Herman ungkap keinginan putrinya
Herman mengaku tidak ada firasat sama sekali yang membuat keluarga merasa bahwa Desfa akan meninggal dunia.
Namun anaknya sempat menyampaikan ingin mengajak kedua orangtuanya pergi jalan-jalan ketika benar-benar sembuh.
"Adek ngomong katanya kalau dia sembuh pengen jalan-jalan. Cuma itu saja, tidak ada firasat sama sekali tidak ada tanda-tanda apapun," ujar kepada TribunSumsel.com.
Untuk proses hukum yang sudah dilaporkannya ke Polda Sumsel, ia berharap polisi segera memanggil terlapor dalam hal ini dokter yang menangani operasi Desfa di RSUD Bari.
"Saya harap yang bersangkutan segera dipanggil polisi untuk dimintai keterangan," katanya.
(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunSumsel.com/Rachmad Kurniawan)