Bocah di Palembang Meninggal setelah 3 Kali Gagal Operasi Usus Buntu, Keluarga Laporkan Oknum Dokter
Seorang bocah berna Desfa Anjani (7) meninggal dunia setelah tiga kali gagal jalani operasi usus buntu, Minggu (19/3/2023).
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Seorang bocah berinisial DA (7) meninggal dunia setelah tiga kali gagal jalani operasi usus buntu, Minggu (19/3/2023).
Herman, ayah DA mengatakan, anaknya meninggal di RSUP Mohammad Hoesin (RSMH).
"Anak kami malam tadi meninggal dunia di RSMH, " ujar Herman, Senin (20/3/2023).
Diketahui, anaknya gagal melakukan operasi sebanyak tiga kali di RSUD Palembang BARI.
Sebelum meninggal, DA sempat menjalani operasi pemotongan usus di RSMH yang menjadi penyebab keluarnya cairan kuning dari bekas operasi sebelumnya di RSUD BARI.
Operasi di RSMH berhasil, namun DA tak kunjung sadar ketika seorang dokter memberikan obat tidur pasca operasi.
"Lima hari semenjak selesai operasi adek tidak sadar. Detak Jantung nya tidak ada, namun dokter langsung menangani hal itu dengan memompa jantung secara manual menggunakan tangan. Detak jantungnya ada lagi, tapi adek masih tidak sadar, " kata Herman, dikutip dari TribunSumsel.com.
Baca juga: Harga Pangan Naik Jelang Ramadan, Telur Ayam Kini Rp 30 Ribu Per Kg
DA dibawa ke RSMH karena kondisinya tak membaik meski telah tiga kali menjalani operasi usus buntu di RSUD Bari Palembang.
Jadi, DA telah menjalani empat kali operasi usus buntu.
Kondisi Sebelum Meninggal
Herman menceritakan, DA menjalani operasi pemotongan usus di RSMH Senin (13/3/2023) dan tak kunjung sadar hingga akhirnya meninggal dunia pada Minggu (19/3/2023) malam.
Ia mengungkapkan, putrinya meninggal karena infeksi yang berlebih di usus dan menjalar ke hati hingga pembuluh darah pecah.
"Penyebabnya kata dokter ada infeksi pada luka operasi sebelumnya di dekat perut, lalu infeksi itu menjalar ke organ hati. Makanya pembuluh darah sampai pecah keluar darah sampai kaki, " ujar Herman saat dijumpai di rumah duka, Senin (20/3/2023).
Sesaat sebelum meninggal, DA dalam kondisi yang lemah karena detak jantung tiba-tiba berhenti.
Dokter, kata Herman, berusaha mengembalikan detak jantung DA.
"Pertama berhasil, nah yang kedua detak jantung hilang lagi. Karena kondisi adek lemah dokter kembali melakukan hal yang sama untuk mengembalikan detak jantung. Pas alat bantu pernapasan dibuka tiba-tiba sudah tidak ada lagi, sudah gelep, " katanya.
Baca juga: Kaki Bayi Melepuh Usai Diambil Sampel Darahnya, Ayah Laporkan Rumah Sakit Atas Dugaan Malapraktik
Diduga Malapraktik
Pihak keluarga pun melaporkan salah satu dokter RSUD BARI berinisial B ke Polda Sumsel, Rabu (8/3/2023) malam.
Edisan Wahidin, kuasa hukum keluarga korban mengatakan, korban sudah dipindahkan atau dirujuk ke RSMH.
"Bukanya sembuh, korban justru makin parah setelah menjalani tiga kali operasi di RS Bari. Bahkan saat ini korban juga sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang," ujarnya.
Oknum dokter berinisial B tersebut dilaporkan terkait Pasal 4 Undang-undang no 36 tahun 2014 tentang tenaga kerja.
"Dalam isi pasal tersebut adalah bahwa setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan korban luka berat maka terancam 3 tahun penjara," tutur Edison.
Oknum Dokter B Diperiksa Polisi
Oknum dokter berinisial B dari RSUD Palembang BARI telah diperiksa oleh Komite Medik dan Komite Etik dan Hukum rumah sakit.
"Adapun terkait hal tersebut, dokter yang bersangkutan telah dilakukan pemeriksaan internal oleh Komite Medik dan Komite Etik & Hukum RS," ujar Kasubbag Humas RSUD Bari Palembang Ruly kepada TribunSumsel, Senin (20/03/2023).
Baca juga: Kata Psikolog soal Kasus Mutilasi di Sleman: Pelaku Telah Hilang Kepekaan terhadap Orang Lain
Hasil pemeriksaan tersebut pun telah disampaikan ke Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
" Hasil pemeriksaan telah dilaporkan dan disampaikan ke MKEK IDI SUMSEL. Saat ini masih berproses di MKEK IDI SUMSEL tersebut," tambahnya.
Ditemui di kesempatan berbeda, Dirkrimsus Polda Sumsel, Kombes Agung Marlianto mengatakan, pihaknya telah melakukan pemanggilan ke dokter B.
"Kami sudah lakukan pemanggilan pertama terhadap terlapor dan dokter tersebut belum bisa datang dan meminta tambahan waktu untuk datang, dan kami akan lakukan pemanggilan untuk yang ke dua kalinya," ungkap Agung.
Pihak kepolisian juga berkoordinasi dengan IDI dalam menangani kasus ini.
"Apabila ada pelanggaran SOP atau hal lainnya ini tentu menjadi dasar bagi pihak kepolisian untuk meningkatkan kasusnya dari penyelidikan ke penyidikan," tutupnya.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunSumsel.com, Rachmad Kurniawan)