Tanggapan Psikolog soal Kasus Mutilasi di Sleman: Pinjol Bikin Pelaku Tertekan Hebat
Berikut ini tanggapan Psikolog Universitas Gadjah Mada soal kasus mutilasi di Sleman, DI Yogyakarta
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kasus mutilasi di Sleman, DI Yogyakarta mendapat banyak sorotan beberapa waktu terakhir.
Pembunuhan disertai mutilasi yang terjadi di sebuah penginapan di Pakem, Sleman tersebut didasari atas pelaku yang ingin menguasai harta korban.
Pelaku ternyata terlilit utang pinjaman online (Pinjol) sebesar Rp8 juta.
Pelaku yang tak tahu bagaiman cara mendapatkan uang untuk membayar cicilannya pun menghabisi teman perempuannya yang baru dikenalnya dari media sosial tersebut.
Psikolog Universitas Gadjah Mada, Prof. Koentjoro mengatakan, keberadaan pinjol bisa jadi hal yang menakutkan bagi sebagian orang.
“Dunia pinjol itu menyeramkan. Dari kronologi yang saya baca, pelaku ini pada akhirnya memilih untuk membunuh perempuan itu, tiada iba, karena merasa ada ancaman yang lebih besar,” ujar Koentjoro kepada Tribun Jogja, Rabu (22/3/2023) malam.
Baca juga: Aksi Sadis Heru Bunuh dan Mutilasi Wanita di Sleman, Korban Dihabisi Pelaku Saat Buka Baju
Koentjoro juga mengatakan, ada perasaan ketakutan dari pelaku.
Perasaan tersebut lah yang membuat pikiran pelaku kalut dan memutuskan untuk mengakhiri hidup korban.
“Bagi dia, nilai Rp 8 juta itu susah untuk dicari dan lebih besar risiko diancam oleh debt collector daripada risiko membunuh. Maka, dia merancang untuk membunuh dan menguasai hartanya,” tutur dia.
Ia juga mengatakan, ada saja orang yang menempuh segala cara untuk mendapatkan sejumlah uang agar tidak ditekan oleh penagih utang.
Salah satu buktinya yakni kasus yang baru terjadi di Sleman.
Pelaku sudah merancang melakukan pembunuhan dengan membawa sejumlah benda tajam.
Ia juga mengungkapkan, pinjol harus ditertibkan.
“Pinjol itu harus ditertibkan betul, karena dunia pinjol itu hubungannya bukan si peminjam dengan perusahaan, tapi dengan debt collector dan itu bisa mengerikan bagi sebagian orang,” jelasnya.
Selain itu, Koentjoro juga mengungkapkan dalam kasus mutilasi di Sleman terdapat adanya relasi kuasa yang timpang antara pelaku dan korban.
Ia menduga, pelaku bisa saja meminta korban untuk membantu melunasi hutang sebelum melakukan pembunuhan.
“Mungkin saja, mereka kan sudah kenal sejak beberapa bulan lalu ya. Di perkenalan pertama, laki-laki itu suka sama perempuan, mungkin karena harta yang dia bawa, misal sepeda motor dan pelaku mulai berpikir, akan mendapatkan sekian rupiah. Nah, itu memunculkan keinginan pelaku untuk bertemu dia lagi,” paparnya.
Baca juga: VIDEO Motif Pelaku Mutilasi di Sleman, Bunuh Korban untuk Kuasai Harta dan Bayar Utang Pinjol
Baca juga: Sosok Heru Prastiyo, Pelaku Mutilasi Wanita di Sleman, Jadi Pribadi yang Tertutup sejak 2 Tahun Lalu
Motif Pelaku
Sebelumnya diwartakan, Jajaran Polda DI Yogyakarta beberkan motif pelaku pembunuhan dan mutilasi perempuan di sebuah penginapan di Pakem, Sleman, Yogyakarta, Rabu (22/3/2023).
Kombes Nuredy Irwansyah Putra selaku Dirreskrimum Polda DIY mengatakan, motif tersangka, Heru Prastiyo (23) melakukan pembunuhan karena ingin menguasai harta milik korbannya, AI (34).
"Bahwasanya alasan yang bersangkutan melakukan pembunuhan untuk menguasai harta milik korban, dikarenakan tersangka terlilit hutang pinjol dari tiga aplikasi senilai Rp8 juta," ujarnya, dikutip dari Tribun Jogja.
Keinginan untuk segera mendapatkan uang tersebut lah yang menjadi pemicu pembunuhan.
Sedangkan motif tersangka melakukan mutilasi adalah untuk meninggalkan jejak pembunuhannya.
Baca juga: Alasan Heru Prastiyo Mutilasi Tubuh AI Ibu Muda di Sleman, Ingin Hilangkan Jejak
Ia berencana membuang potongan tubuh korbannya ke septik tank atau ke toilet penginapan.
"Sedangkan tulang akan dibawa menggunakan ransel yang sudah dipersiapkan, ransel juga kami temukan di TKP untuk dibuang," jelasnya.
Setelah melakukan pembunuhan tersangka sempat mampir untuk makan serta memikirkan kelanjutan aksinya.
"Namun dikarenakan pekerjaan yang dilakukan oleh tersangka ini membutuhkan waktu yang lama dan pada saat yang bersangkutan makan dan minum di Warmindo sekitar pukul 20.00 WIB, tersangka berubah pikiran untuk meninggalkan pekerjaannya dan kembali ke wisma dan kemudian melarikan diri," tutur Nuredy.
Ia pun kabur dengan membawa harta korban, yakni sebuah motor dan satu handphone serta sejumlah yang di dompet korban.
Handphone tersebut ia jual seharga Rp600 ribu.
"Uang di dompet pelaku ada Rp300 ribu, sepeda motor belum sempat dijual," tegasnya.
Pihak berwenang juga mengungkapkan, aksi tersangka sudah direncanakan.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunJogja.com, Ardhike Indah/Miftahul Huda)