Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

3 Kasus Polisi Akhiri Hidup, Masalah Asmara, Penggelapan Pajak Kendaraan & Perkembangan Penyelidikan

Dari 3 kasus bunuh diri polisi ini, kematian Bripda Arfan dan Briptu RF dinilai janggal oleh pihak keluarga.

Penulis: Dewi Agustina
zoom-in 3 Kasus Polisi Akhiri Hidup, Masalah Asmara, Penggelapan Pajak Kendaraan & Perkembangan Penyelidikan
Tangkap layar Kompas Tv
Dalam rentang 3 bulan ini, 3 anggota Polri meregang nyawa dengan cara mengakhiri hidupnya. Mereka adalah Bripka Arfan Saragih, anggota Polres Samosir; Briptu RF, anggota Polda Gorontalo dan yang terbaru Bripda DK, anggota Ditsamapta Polda Banten. Foto Bripka Arfan Saragih, orangtuanya dan istri Bripka Arfan, Jeni Simorangkir. 

Ayah Briptu RF, Muslih menyampaikan kejanggalan di balik kematian putranya itu.

Muslih diketahui juga adalah seorang polisi dan mantan penyidik.

Muslih menilai kematian Briptu RF janggal karena korban tidak memperlihatkan tanda-tanda mencurigakan sebelum ditemukan tewas di dalam mobil dinas.

"Saya sendiri mantan penyidik (polisi). Kalau kasus itu dinyatakan BD (bunuh diri) berarti berhenti, maka saya minta Kapolda (Gorontalo) untuk dilakukan penyelidikan agar jelas motifnya," kata Muslih dikutip Tribunjateng.com, Senin (27/3/2023).

Musli mengaku bisa menerima kematian Briptu RF bila memang penyebabnya karena bunuh diri.

Namun keluarga membutuhkan pembuktian fakta-fakta yang dapat diterima menurut akal sehat.

"Ibaratnya kalau ada hujan pasti ada mendung. Lha, ini nggak ada mendung kok tiba-tiba hujan," ujarnya.

Berita Rekomendasi

"Itu yang kami pertanyakan sampai saat ini," kata Muslih.

Apalagi menurut Muslih, sebelum memasuki puasa ramadan, Briptu RF sempat melakukan panggilan video kepada ibunya.

Saat komunikasi terakhir itu, Briptu RF tidak menceritakan ada masalah yang tengah dihadapinya.

"Kabar terakhir nggak ada masalah apa-apa, terakhir kontak sebelum puasa. Video call dengan ibunya," ujar Muslih.

Muslih juga mengatakan sebagai orang tua, dirinya tidak pernah mengajarkan hal-hal negatif kepada anak-anaknya.

"Saya juga tidak pernah mendidik anak seperti itu."

"Kalau ada permasalahan juga tidak pernah sampai yang seperti ini."

"Cuma nggak tahu kalau di luar," kata Muslih.

Muslih merasa kehilangan anaknya yang meninggal dunia secara tidak wajar.

"Merasa kehilangan karena selama ini tidak pernah sedikitpun mengeluh persoalan yang terjadi," ungkapnya.

Briptu RF dikenal sebagai seseorang yang pendiam dan dekat dengan keluarga.

"Orangnya pendiam dan baik juga."

"Kalau ada apa-apa juga ngomong sampai ada seperti ini kan saya heran," katanya.

Briptu RF, ajudan Kapolda Gorontalo Irjen Helmy Santika ditemukan tewas di dalam mobil dinas Polri, Sabtu (25/3/2023).

Briptu RF diduga bunuh diri di dalam mobil dinas yang terparkir di Desa Ombulo, Kabupaten Gorontalo.

Briptu RF meninggal dengan luka tembak di dada kiri.

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara Polda Gorontalo, Briptu RF diduga bunuh diri gara-gara persoalan asmara.

Namun Polda Gorontalo belum mengetahui siapa seseorang yang membuat Briptu RF kecewa.

Dirkrimsus Polda Gorontalo, Kombes Nur Santiko, mengungkapkan pihaknya mendapatkan keterangan bahwa Briptu RF menyukai seseorang.

"Keterangan yang lain bahwa ada seseorang yang ia (Briptu RF) sukai."

"Yang bersangkutan mengenal seseorang, ini yang kami akan dalami lagi. Orang ini siapa?" kata Kombes Nur Santiko, Minggu (26/3/2023), dikutip dari TribunGorontalo.com.

Selanjutnya, Polda Gorontalo akan mencari tahu timbulnya kekecewaan hingga menyebabkan Briptu RF diduga bunuh diri.

"Dan kenapa timbul kekecewaan. Karena mengenal seseorang ini ada kekecewaan, ini yang akan kami dalami," jelasnya.

Menurut Nur Santiko, keluarga hanya tahu Briptu RF memiliki sedikit masalah dengan pacar yang lama.

"Namun dengan yang (pacar) baru, keluarga belum tahu," imbuh dia.

Kematian Bripka DK

Bripda DK (21), anggota Ditsamapta Polda Banten ditemukan tewas di rumah orang tuanya di Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Jumat (31/3/2023) pagi.

Saat ditemukan, terdapat senjata api laras panjang jenis SS1 V2 di dekat tubuh jasad Bripda DK.

Bripda DK diketahui baru 1,3 tahun menjadi anggota Polri.

Hingga saat ini belum diketahui motif Bripda DK nekat mengakhiri hidupnya dengan senjata api yang merupakan inventarisir Polda Banten itu.

Namun perilaku aneh ditunjukkan Bripda DK sebelum kematiannya.

Bripda DK disebut sempat menghitung jumlah peluru bersama ibundanya.

Dia menyebut pistol inventaris yang dipegangnya akan diserahkan ke Polda Banten keesokan harinya.

Selain itu Bripda DK juga mengeluh kepada ibunya dan berharap dapat dimutasi ke Tangerang.

Informasi ini disampaikan Wulan, tetangga korban.

Dikutip dari Tribun Banten, Wulan mengatakan, pada Kamis (30/3/2023) atau sehari sebelum tewas, Bripda DK baru selesai dinas luar di PLTU Suralaya, Kota Cilegon.

DK mengeluh kepada ibunya dan ingin agar dirinya dimutasi ke Tangerang.

Menurut Wulan, ibu korban sempat bercerita bahwa anaknya ingin mutasi ke Tangerang sambil kuliah di sana.

"Pada Kamis malam, ibu dan almarhum sempat menghitung peluru, korban sempat berkata ini (senjata api-red) besok mau diserahkan ke Polda," kata Wulan di kediaman duka.

"Ini cerita ibu korban yah, yang bercerita ke saya," ungkap Wulan menegaskan.

Menurut Wulan, pada Kamis malam di rumah korban yang terletak di Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, hanya ada ibu korban dan DK.

Sementara ayah korban berada di warung tempatnya berjualan buah yang terletak di depan Komplek ruko Griya Baladika.

"Korban adalah anak satu-satunya. Saat malam itu cuma ada dia dan ibunya, korban juga sempat ikut sahur tapi katanya cuma minum air putih doang, terus masuk lagi ke dalam kamar," ungkapnya.

Wulan melanjutkan, pada pukul 05.30 WIB, ibu korban sempat mendengar suara ledakan yang dikira adalah suara petasan.

Namun saat dilihat ke kamar DK, ibu korban langsung kaget melihat darah dengan kondisi tubuh DK telentang di atas kasur.

Saat itu, ibu korban langsung teriak meminta tolong dan menelepon Wulan untuk membawa ambulans, karena sang ibu masih mendengar suara rintihan DK.

"Ibu korban masih mendengar suara alhamarhum 'hrekhrek' makanya menghubungi saya disuruh bawa ambulans, untuk membawa korban semoga bisa diselamatkan," ungkapnya.

Wulan menjelaskan, ibu korban juga sempat memindahkan tubuh Bripda DK. Namun, nahas saat itu juga DK menghembuskan napas terakhir.

"Saat saya tiba di lokasi, tubuh ibu korban dipenuhi darah. Saat itu tubuh korban miring di atas kasur dengan kondisi senjata ada di belakang korban," ujarnya.

Wulan menceritakan, kondisi ibu korban kala itu. Kata dia, ibu korban tidak henti-henti menangis melihat anaknya.

"Kami juga panik, kaget, tidak menyangka. Itu mah semua panik melihat almarhum seperti itu," pungkasnya.

Diduga Bunuh Diri

Kematian DK dikonfirmasi Kabid Humas Polda Banten, Kombes Didik Hariyanto.

Didik mengatakan korban ditemukan tewas dalam rumahnya di Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten.

"Korban ditemukan telah meninggal dunia di kamar rumahnya pada Jumat (31/3/2023) sekitar pukul 05.30 WIB," ucapnya seperti yang diwartakan TribunBanten.com.

Indikasi awal pemeriksaan, DK meninggal karena bunuh diri.

"Indikasi awal dari olah tempat kejadian perkara (TKP) korban meninggal karena bunuh diri," katanya.

Awal mula meninggalnya DK diketahui ibunya, MA.

Ibunya mengetahui anaknya meninggal dunia setelah mendengar suara letusan senjata api.

Di sisi jasad korban, ditemukan senjata laras panjang SS1 V2.

Saat ditemukan pertama kali, DK masih bergerak dan MA langsung melaporkan pada ayah korban.

Ayah korban, DA, langsung menuju ke Polsek Taktakan.

Kombes Didik mengakui bahwa senjata api tersebut merupakan inventaris dinas.

Sumber: (Tribunnews/Dewi Agustina) (Tribun Medan) (Tribun Gorontalo) (Tribun Banten) (Kompas)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas