Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyapu Koin di Jembatan Semoharjo Kena Prank, Uang Rp 15 Juta yang Dibuang Pemudik Uang Mainan

Mak Iye penyapu koin di Jembatan Semoharjo kena prank, uang Rp 15 Juta yang dibuang pemudik ternyata uang mainan, Mak Iye gagal dapat rejeki nomplok.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Penyapu Koin di Jembatan Semoharjo Kena Prank, Uang Rp 15 Juta yang Dibuang Pemudik Uang Mainan
Dok Polsek Pusakanagara
Mak Iye Kecewa dapat uang mainan yang dilempar pemudik, dan kondisi kegiatan nyapu koin di atas Jembatan Sewoharjo. Mak Iye penyapu koin di Jembatan Semoharjo kena prank, uang Rp 15 Juta yang dibuang pemudik ternyata uang mainan, Mak Iye gagal dapat rejeki nomplok. 

"Ini tidak lepas dari dua mitos yang menyebabkan banyak pelintas jalan yang selalu melemparkan uang receh saat melintas jembatan Sewo. Kalau pengendara yang melintasi jembatan Sewoharjo tak melempar uang receh, maka selama perjalanan akan diganggu oleh makhluk halus bahkan sampai celaka," ungkapnya 

Menurut Mak Iye, Mitos tersebut berawal dari kisah cerita Saedah dan Saeni, yakni dua orang saudara kembar yang menjadi penari ronggeng yang mengingkari perjanjiannya dan menceburkan diri kemudian berubah menjadi buaya putih.

"Mendengar anaknya berubah wujud menjadi buaya putih dan kemudian Sarkawi, ayah Saeni bersama istrinya Maemunah menceburkan diri ke Kali Sewo dibawah jembatan Sewoharjo ntuk mencari anaknya tersebut," katanya

Sementara itu Saedah kakaknya terus menunggu kehadiran adik dan ayahnya di pinggir jembatan sampai akhirnya berubah wujud menjadi bambu.

"Tempat menceburkan diri Sarkawi diberi nama Balai Kambang dan kemudian tragedi tersebut membuat masyarakat ada yang meyakini penghuni Kali Sewo adalah penjelmaan keluarga Sarkawi, Maemunah dan Saeni si penari ronggeng. Sehingga untuk tolak bala dan nyawer Saeni maka banyak pelintas yang memberikan uang receh saat melintas jembatan Sewo ini," tuturnya

Kemudian Mitos kedua adalah tragedi kecelakaan yang menimpa salah satu rombongan bus yang hendak membawa transmigran asal Boyolali, pada 11 Maret 1974 lalu. Rombongan transmigran tersebut hendak menuju Sumatera Selatan.

Namun, salah satu bus yang membawa rombongan tersebut tergelincir, kemudian masuk ke sungai dan terbakar di kali Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu.

Berita Rekomendasi

"Musibah tersebut terjadi pada pukul 04.30 dini hari. Sebanyak 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak tewas akibat kejadian tersebut," ujarnya

Di antara rombongan yang mengalami musibah, hanya tiga anak-anak saja yang selamat. 

"Semua korban yang tewas dimakamkan di dekat pemakaman umum yang terletak di dekat lokasi kejadian, dan dibuatkan monumen Pahlawan Transmigrasi," ucapnya

Baca juga: Selama Dua Jam Kendarai Sepeda Motor, Pemudik Disadarkan Anak Jika Istrinya Tertinggal di Brebes

Untuk menghormati korban kecelakaan tersebut maka sudah menjadi tradisi bagi supir, dan penumpang yang melintas Jembatan Sewo yang melempat uang recehan di jembatan tersebut, dan momen ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar jembatan Sewo. Maka tidak heran setiap hari setiap saat ada yang menunggu di jembatan ini

"Semenjak kejadian itu, banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan tersebut. Tujuannya agar diberi keselamatan selama perjalanan melintasi Jalur Pantura dari gangguan makhluk halus," ungkapnya

"Tidak jelas kapan ritual lempar koin ini mulai ada. Namun, sebagian besar masyarakat meyakini jika tradisi ini sudah ada sejak zaman Belanda," ucapnya.

Masyarakat juga sangat meyakini bahwa yang meminta atau menyapu koin di sekitar jembatan ini salah satunya adalah jelmaan makhluk halus penghuni Jembatan Sewo.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas