Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kejanggalan Pesan WhatsApp yang Dikirim Siswa SMP Sebelum Jatuh dari Lantai 8, Ada Kata Tak Lazim

Pasalnya sebelum korban meninggal dunia ia sempat meminta kepada gurunya untuk ijin tidak masuk sekolah lantaran sakit.

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Kejanggalan Pesan WhatsApp yang Dikirim Siswa SMP Sebelum Jatuh dari Lantai 8, Ada Kata Tak Lazim
TRIBUN-TIMUR.COM/MUSLIMIN EMBA
Suasana duka menyelimuti kediaman pejabat Kementerian Perhubungan Dr Benny Nurdin Yusuf di Perumahan Taman Gosyen, Jl Hertasning, Kecamatan Rappocini, Makassar, Rabu (24/5/2023) malam. Orang tua korban menganggap ada kejanggalan dalam kematian anaknya yang masih duduk di kelas 2 SMP. 

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Kematian seorang siswa SMP dari lantai 8 gedung sekolahnya di Kecamatan Ujung Pandang, Makassar, Rabu (24/5/2023) masih menyisakan pertanyaan.

Kejanggalan-kejanggalan pun terkuak dan yang terbaru adalah sang korban mengirimkan pesan singkat WhatsApp pada ibunya dengan kata-kata yang tidak lazim.

Pasalnya sebelum korban meninggal dunia ia sempat meminta kepada gurunya untuk ijin tidak masuk sekolah lantaran sakit.

Baca juga: Kronologi Siswa SMP di Makassar Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Gedung Sekolah

Siswa SMP kelas 8 Makassar, yang juga merupakan putra dari pejabat Kemenhub, Benny Nurdin Yusuf, ditemukan tewas di lapangan voli.

Ayah korban, Dr Benny Nurdin Yusuf mengatakan anaknya merupakan sosok yang sangat dekat dengan orang tua dan selalu memberi kabar lewat pesan chat.

"Saya dengan istri dan keluarga besar saya tentu sangat sedih, sangat terpukul dengan kejadian ini."

"Karena saya tau persis anak saya itu kesehariannya, kedekatannya dengan kami, dengan kakak-kakaknya, dengan orang tuanya saya tahu persis," paparnya, Sabtu (27/5/2023), dikutip dari TribunMakassar.com.

Baca juga: Kesaksian Petugas Kebersihan soal Siswa SMP Tewas Jatuh dari Lantai 8 Sekolah, Korban Terekam CCTV

BERITA REKOMENDASI

Menurutnya, korban sangat sering berkomunikasi dengan keluarga menggunakan handphone-nya.

"Kalau anak saya ini pulang sekolah dijemput sama ibunya, makan berdua, nonton sama-sama pasti video call sama saya, artinya saya masih belum meyakini kejadian itu terjadi," lanjutnya.

Pria yang bekerja di Kementerian Perhubungan ini menganggap ada kejanggalan dalam kematian anaknya yang masih duduk di kelas 2 SMP.

"Saya masih melihat ada kejanggalan, tapi ini tentu ranah kepolisian kita harapkan bisa mengungkap," tuturnya.

Salah satu kejanggalan yang ditemukan yakni chat dari anaknya sebelum meninggal menggunakan bahasa yang sangat formal.


Ia menduga chat tersebut tidak diketikkan oleh anaknya, tapi oleh orang lain.

"Ya seperti ada chat, sebelum dia meninggal dengan kalimat yang menggunakan Anda."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas