Bocah Ini Meninggal Usai Digigit Anjing Peliharannya, Sempat Kejang hingga Tak Bisa Minum Air
Bocah lima tahun di Buleleng Bali diduga terjangkit rabies usai digigit anjingnya sendiri hingga mengalami kejang, ketakutan hingga tak bisa minum air
Penulis: Linda Nur Dewi R
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM – Media sosial dihebohkan dengan video yang memperlihatkan seorang anak perempuan kejang-kejang saat diberi air minum.
Dalam video yang diunggah oleh akun Twitter @Pai_C1, bocah yang tangannya diinfus itu juga terlihat seperti ketakutan, gelisah dan tak tenang.
Sesekali ia terus memeluk ibunya yang tepat berada di depannya dengan wajah penuh rasa takut.
Petugas medis yang berada di samping bocah itu terus meminta anak itu tenang dan meminum air putih yang telah disediakan.
Namun, saat bocah tersebut mencoba meminum air yang diberikan, lagi-lagi ia kejang hingga terjatuh dari tempat tidurnya.
Video itu pun mendapat banyak reaksi dari warganet hingga akhirnya menjadi viral.
Baca juga: Bukan Pertama Kali, Buruh yang Lempar Anjing ke Buaya Pernah Lakukan Hal Serupa, Namun Diracun Dulu
Warganet menduga, bocah tersebut telah terjangkit virus rabies lantaran terlihat takut dengan air, tak bisa minum hingga terlihat gelisah.
Usai videonya viral, bocah lima tahun berinisial KRA ini diketahui meninggal dunia pada Kamis (15/6/2023).
Kronologi kejadian
Saat ditemui di rumah duka di Banjar Dinas Lebah Mantung, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali, kerabat bocah tersebut, Jero ade Santika (43) mengatakan KRA digigit oleh anjing peliharaannya sendiri sekira satu bulan lalu di lengan bagian kiri.
Kala itu, KRA tengah bermain sendirian di halaman rumahnya.
Secara tiba-tiba anjing perliharaannya menghampiri dan langsung menggigit lengan kiri.
Lengan kiri bocah tersebut mengalami luka goresan yang disebut-sebut tidak dalam.
Hal itu membuat orang tua KRA tak membawa ke rumah sakit untuk mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR).
Padahal, pihak keluarga telah memberikan saran kepada orang tua KRA.
"Saat dia digigit, bapaknya langsung menghubungi saya. Saya sudah sarankan cepat dibawa ke Puskesmas biar di VAR. Tapi kata bapaknya, lukanya hanya kecil, kata Jero Made Santika, dikutip dari TribunBali.
Namun, pada Sabtu (10/6/2023), bocah itu mulai mengalami gejala khas yang mengarah ke gejala rabies seperti takut pada angin, tidak bisa minum air, nyeri menelan, ketakutan hingga gelisah.
KRS pun kemudian dibawa ke RSUD Tangguwisa pada Minggu (11/6/2023), lalu dirujuk ke RSUD Buleleng untuk penanganan intensif.
Namun sayang selang beberapa jam dirawat di RSUD Buleleng, anak kedua dari pasangan Putu Redita dan Wayan Sinar itu meninggal dunia.
Pihak keluarga tak menyangka, bocah yang disbeut-sebut penyayang binatang itu meninggal dunia karena hewan peliharannya sendiri.
Rencananya, jenazah KRA akan diaben pada Senin (19/6/2023) di Setra Desan Pangkung Paruk.
Pemkab Bueleng diminta sosialisasikan bahaya rabies
Atas kejadian ini, Pemkab Buleleng diminta terus mensosialisasikan bahaya rabies pada masyarakat.
Pasalnya, kasus kematian rabies cukup tinggi.
Dikhawatirkan, kasus ini bisa menjadi isu nasional yang akan berdampak pada pariwisata Bali.
Anggota Komisi IX DPR RI, I Ketut Kariyasa Adnyana pada Jumat (16/6) mengatakan seluruh anjing dan Hewan Penular Rabies (HPR) lainnya harus tervaksin secara rutin.
Ia menyebut sejauh ini vaksin terhadap anjing hanya dilakukan saat terjadinya kasus kematian akibat rabies.
Ia menegaskan agar kasus ini tak dianggap remeh.
"Selama ini vaksin terhadap anjing dilakukan kalau sudah ada kasus. Stok vaksin untuk HPR di Bali juga terbatas,”
“Anggota DPR RI Komisi IV sudah komunikasi dengan Kementerian Pertanian untuk penyediaan vaksinnya. Sementara VAR dari Kemenkes di Bali sudah cukup tersedia,”
“Sosialisasi harus terus dilakukan, karena kalau kasusnya meningkat terus ini akan jadi isu internasional dan berdampak pada pariwisata. Ini jangan dianggap remeh," ujarnya, dikutip dari TribunBali.
(Tribunnews.com/Linda) (TribunBali.com/Ratu Ayu Astri Desiani)