Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanah di Pekalongan Turun 5,5 Centimeter Setiap Tahun, Ini Buktinya

Penurunan tanah dapat dilihat dari pondasi tribun stadion Hoegeng yang mulai bergeser tanah bergelombang hingga bentuknya jadi melengkung

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Tanah di Pekalongan Turun 5,5 Centimeter Setiap Tahun, Ini Buktinya
Tribun Jabar/ Nazmi Abdurrahman
Ketua Tim Infrastruktur Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi, William Pradana Sollu menunjukkan Stasiun Pengamatan Permukaan Tanah (SPPPT) atau sumur bor, di Stadion Hoegeng, Pekalongan, Sabtu (29/7/2023). 

Laporan wartawan Tribun Jabar Nazmi Abdurahman.

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Badan Geologi mencatat terjadinya penurunan tanah di wilayah pantai utara (panutura).

Misalnya di  Pekalongan, Jawa Tengah, terjadi penurunan tanah hingga 5,5 cm setiap tahunnya.

Ketua Tim Infrastruktur Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi, William Pradana Sollu mengatakan, dilakukan dengan membuat Stasiun Pengamatan Permukaan Tanah (SPPPT) atau sumur bor hingga kedalaman 300 meter.

"Pemantauan melalui SPPPT dilakukan untuk mendapatkan data pasti masalah penurunan tanah," ujar William, saat ditemui di Stadion Hoegeng, Pekalongan, Sabtu (29/7/2023).

Di Pekalongan, pihaknya saat ini sedang melakukan pengeboran bor inti atau bor teknik di Stadion Hoegeng, Pekalongan.

"Pada 2020 kami sudah memasang bor inti sedalam 100 meter karena  terjadi penurunan yang cukup cepat dan kami kembali melakukan pengeboran dengan kedalaman 300 meter," ucapnya.

Baca juga: VIRAL Pria Tanpa Busana Renang di Kolam Air Mancur Lapangan Alun-Alun Kajen Pekalongan

Berita Rekomendasi

Penurunan tanah di daerah tersebut dapat dilihat dari pondasi tribun stadion yang mulai bergeser tanah bergelombang hingga bentuknya jadi melengkung.

"Hal tersebut telah cukup menjadi dasar dilakukannya riset penurunan tanah," katanya.

Dari hasil pengamatan ini, kata dia, bakal menjadi dasar untuk melakukan identifikasi dan mengetahui penyebab penurunan tanah.

"Apakah karena tingginya penyerapan air atau adanya faktor lain seperti lumpur atau beban bangunan di atasnya," ucapnya.

Selain itu, data yang diperoleh akan menjadi dasar untuk mengambil tindakan mitigasi yang tepat terkait penurunan tanah di kawasan tersebut.

"Di tempat lain mungkin saja ada yang lebih tinggi, tapi mungkin belum terdeteksi.

Pantauan kami adalah kawasan Pantura Jateng seperti Semarang dan Pekalongan ini," katanya.

Selain di Stadion Hoegeng, Badan Geologi juga memasang sumur bor atau SPPPT di Bakorwil Dinas ESDM Provinsi Jateng pada 2016.

Dalam waktu 7 tahun, telah terjadi penurunan sekitar 38,5 cm atau sekitar 5,5 cm pertahun.

Salah satu contoh daerah yang terkena dampak penurunan muka tanah, terjadi di kawasan Bandengan, Pekalongan.

Pada 2009, kawasan tersebut mulai dibanjiri air rob dari pantai utara.

Peristiwa itu terus berlanjut hingga pada 2010, air rob yang masuk ke wilayah tersebut jadi permanen dan merendam area persawahan dan daratan pemukiman warga.

Saat ini, kedalaman air rob tersebut sudah mencapai satu meter.

Beberapa warga yang masih tinggal di kawasan tersebut setiap tahun harus menguruk rumahnya agar tidak tenggelam.

Pemerintah melalui Kementerian PUPR pun telah membangun bendungan dikawasan utara Bandengan untuk menghindari dampak banjir.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Permukaan Tanah di Kawasan Pantura Terus Turun, Badan Geologi : Kami Pantau Sejak 2020

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas