Dinkes Purwakarta Catat 200 Lebih Kasus DBD hingga Minta Masyarakat Waspada
Menurut Eva, pada musim kemarau panjang seperti El Nino saat ini, nyamuk Aedes Aegypti memiliki perilaku lebih ganas.
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Sejak Januari hingga Juli 2023, tercatat ada lebih dari 200 kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Menanggapi kasus tersebut, Dinas Kesehatan meminta masyarakat untuk lebih waspada.
Terlebih, penyebaran DBD lebih banyak saat musim kemarau.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengandalian Penyakit (P2P) Dinkes Purwakarta, Eva Lystia Dewi.
Menurut Eva, pada musim kemarau panjang seperti El Nino saat ini, nyamuk Aedes Aegypti memiliki perilaku lebih ganas.
"Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan RI, pada musim kemarau panjang ini, nyamuk Aedes aegepti menjadi lebih ganas, dengan artian nyamuk itu gigit tiga sampai lima kali lipat dari biasanya dan itu bisa juga menyebabkan penyebaran DBD lebih cepat," ucap Eva Senin (21/8/2023).
Baca juga: Ada Potensi Kenaikan DBD, Dinkes DKI Jakarta Imbau Masyarakat Lakukan Pencegahan
Eva menyampaikan bahwa kasus DBD yang terjadi di Purwakarta didominasi oleh anak-anak. Bahkan, kasus tersebut menyebabkan satu orang anak meninggal dunia.
"Dari 237 kasus yang terjadi di Purwakarta, paling banyak terjadi di Kecamatan Munjuljaya dengan 79 kasus. Sedangkan kasus DBD terbanyak itu terjadi di bulan Mei dengan 43 kasus."
"Kasus DBD yang terjadi di Purwakarta ini didominasi oleh anak-anak, bahkan pada Januari lalu, seorang anak asal Kecamatan Pasawahan meninggal dunia karena DBD," ujar Eva.
Hingga kini pihaknya terus gencar melalukan sosialisasi kepada masyarakat terkait kewaspadaan penyebaran penyakit DBD.
"Kami terus gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Lalu bila ada laporan kasus DBD yang meningkat, kami juga kerap kali melakukan foging di wilayah tersebut," katanya.
Eva meminta kepada masyarakat untuk rutin menerapkan kegiatan pemberantas sarang nyamuk (PSN) dengan 3M, yakni menguras, menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Selain itu, ia juga menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai genangan-genangan air yang jarang diperhatikan oleh masyarakat yang bisa menjadi sarang nyamuk.
"Seperti di pot-pot tanaman, lalu di tempat dispenser, hal-hal yang jarang diperhatikan oleh masyarakat itu kerap kali bisa menjadi sarang nyamuk. Sehingga, masyarakat harus tetap waspada atas hal tersebut," katanya.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Waspada Nyamuk Aedes Aegepti Lebih Ganas di Musm Kemarau, Ratusan Warga Terjangkit DBD di Purwakarta