Menanti Hasil Tes DNA Bayi Tertukar, Pengacara Sebut Siapkan Mental hingga Perlu Trauma Healing
Berikut ini kabar terbaru soal dua bayi yang tertukar di Bogor, Jawa Barat. Kini, kedua keluarga tersebut tinggal menunggu hasil tes DNA tersebut.
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Inilah kabar terbaru soal bayi yang tertukar di Bogor, Jawa Barat.
Sebelumnya, Siti Mauliah dan Dian bersama suaminya masing-masing telah menjalani tes DNA di Puslabfor Polri, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Senin (21/8/2023).
Kini, kedua keluarga tersebut tinggal menunggu hasil tes DNA tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rusdy Ridho, kuasa hukum Siti Mauliah.
"Belum ada (update)," ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (23/8/2023).
Ia juga mengungkapkan, kliennya saat ini tengah cemas karena menunggu hasil tes DNA keluar.
Baca juga: Dian dan Siti Mauliah Menunggu Hasil Tes DNA, Siapkan Mental untuk Mendengar Fakta Bayi Tertukar
Rusdy mengatakan, Siti juga sedang menyiapkan mental.
"Masih persiapan mental aja buat hasil test nanti," ungkapnya.
Perlu Trauma Healing
Rusdy juga mengatakan, perasaan cemas pasti dirasakan oleh dua belah pihak.
"Karena ini betul-betul menguras emosi, tenaga, pikiran antar ibu ini. Karena sangat sulit untuk melepas kedua anak yang sudah dirawat selama satu tahun lebih," ujarnya, dikutip dari TribunnewsBogor.com.
Ia pun menyebutkan, keduanya memerlukan trauma healing.
"Kedepan baiknya bagaimana antar dua keluarga, ada pendampingan trauma healing dari unit gabungan," tambahnya.
Trauma healing dilakukan supaya kondisi kedua keluarga tetap baik.
Ia juga menyebutkan, tes DNA ini merupakan hal terbaik untuk dua belah pihak.
"Tapi bagaimanapun ini berkaitan dengan nasab seseorang dan sangat penting, akibat hukum yang ditanggung karena harus tertukar," pungkasnya.
Baca juga: Diminta Tes DNA Ulang, Denny Sumargo Resmi Laporkan DJ Verny Hasan atas Tuduhan Pencemaran Nama Baik
Sejumlah Nakes Dinonaktifkan
Dalam kasus ini, ada lima tenaga kesehatan (nakes) di dinonaktifkan oleh RS Sentosa karena diduga lalai hingga mengakibatkan bayi tertukar.
Lima orang yang dinonaktifkan tersebut, merupakan merupakan nakes yang bertugas ketika dua bayi tersebut lahir pada 18 Juli 2023.
Juru Bicara RS Sentosa, Gregg Djak, menyatakan ada 15 tenaga kesehatan yang diperiksa dan setelah didalami ada lima nakes yang dianggap lalai.
"Kita mendalami dan mencari mana yang paling berperan dan mengetahui betul peristiwanya. Jadinya yang 10 orang kita SP1 aja."
"Sementara yang lima perawat dan bidan dinonaktifkan atau dibebastugaskan," tuturnya, Minggu (20/8/2023), dikutip dari Kompas.com.
Tak Ada Gelang Tertukar
Saat dua bayi lahir, ternyata nakes menuliskan dua nama bayi menggunakan nama yang sama, Dian.
Rusdy Ridho menjelaskan tidak ada gelang bayi yang tertukar, sehingga dua bayi laki-laki yang lahir pada hari yang sama dipasang gelang kaki atas nama Dian.
Hal ini membuat Dian merasa anak yang selama ini dirawat merupakan anak kandungnya.
Rusdy Ridho menyatakan Siti Mauliah dan Dian menjadi korban kelalaian petugas kesehatan RS Sentosa Bogor.
"Pihak keluarga satunya (Dian) tidak mau tes DNA karena merasa anak mereka."
"Tidak ada bukti yang mengarah telah tertukar karena gelang dipakai atas nama mereka sendiri. Sementara gelang yang di Ibu Siti juga nama mereka," paparnya, Rabu (16/8/2023).
Ia juga menyebut, pihak RS Sentosa Bogor harus bertanggung jawab karena merugikan Siti dan Dian.
Ia sebagai kuasa hukum Siti Mauliah akan melaporkan manajemen RS Sentosa Bogor.
"Kenapa bisa dobel? Ini ada menajemen yang buruk tidak melakukan SOP yang benar. Kami akan menggugat kerugian yang sudah dialami klien kami," sambungnya.
Pihaknya juga melaporkan hal ini ke Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA).
Ketum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait mengatakan, kasus ini bukan merupakan kelalaian biasa.
Mengutip TribunnewsBogor.com, Aris pun menyoroti jarak waktu satu tahun yang dijalani Siti hingga mengetahui bahwa anaknya bukan anaknya.
"Sebelumnya pernah ada di Bekasi, tapi bayi tertukar di Bogor ini sampai satu tahun," kata dia.
Ia juga berujar, pihak rumah sakit harus bertanggung jawab.
"RS harus bertanggung jawab," ujarnya.
(Tribunnews.com, Renald) (TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani/Reynaldi Adrian/Vivi Febrianti) (Kompas.com, Afdhalul Ikhsan)