Sosok Guritno, Lansia Tinggal Sendiri di Rumah Terbengkalai Tanpa Listrik dan Air, Dulu Kerja IPTN
Guritno, seorang lansia berusia 70 tahun hidup sebatang kara di rumahnya yang terbengkalai di Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Guritno, seorang wanita lanjut usia (lansia) berusia 70 tahun hidup sebatang kara di rumahnya yang terbengkalai.
Bahkan, selama 10 tahun terakhir, Guritno hidup tanpa listrik dan air.
Rumah itu berada di Kompleks Sukamenak Indah, Blok H, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dari depan, rumah milik Guritno layaknya rumah kosong yang tak berpenghuni.
Lantas seperti apa sosok Guritno?
Melansir TribunJabar.id, Guritno telah menempati rumah tersebut sejak 1985 bersama keluarganya.
Baca juga: Fakta Baru Rumah Mewah Terbengkalai Dokter Wayan: Dinkes Temukan Obat Tak Layak Pakai
Demikian disampaikan oleh Ketua RT setempat, Ade Wahdanil.
Ade menuturkan, Guritno dan suaminya pernah bekerja di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI).
"Dulu dia bekerja di IPTN. Kalau sekarang aktivitasnya di dalam rumah, kadang kerap keluar rumah sesekali," katanya, Senin (2/10/2023).
Lebih lanjut Ade menjelaskan, rumah Guritno mulai terbengkalai sejak 20 tahun lalu.
Awalnya, ia tinggal bersama suami dan tiga anaknya.
Namun, setelah suaminya meninggal dunia dan ketiga anaknya menikah, Guritno tinggal seorang diri.
"Dulu mah komplit keluarganya, tapi sekarang suaminya sudah meninggal dan tiga anaknya enggak tinggal di sini lagi," ungkapnya, dilansir Kompas.com.
Kemudian, selama 10 tahun terakhir, Guritno hidup di rumah itu tanpa aliran listrik dan air.
"Kalau tanpa air dan listrik mungkin sejak sekitar 10 tahun terakhir," jelas Ade.
Untuk kebutuhan sehari-hari Guritno, warga sekitar secara sukarela bergantian memberikan makan dan minum.
"Jadi warga tidak membiarkan. Biasanya dia keluar jam 05.30 WIB, minta air dan makan ke warga."
"Kadang siang juga keluar kalau ada keperluan," ucapnya.
Bahkan, lanjut Ade, pengurus RT setempat mengeluarkan anggaran untuk membersihkan depan rumah Guritno.
Sebab, jika depan rumah tak dibersihkan akan ditumbuhi tanaman liar yang membuat kondisi rumah tampak semrawut.
Warga pun khawatir akan menjadi sarang hewan berbahaya seperti ular.
"Sebulan sekali ngeluarin uang Rp 150 ribu, untuk membersihkan depannya."
"Kalau ke dalam terasnya kita gak boleh, dia pasti marah," paparnya.
Ade melanjutkan, pada 2020 lalu, aparat desa setempat ingin membawa Guritno ke Dinas Sosial.
Namun, anak-anak Guritno menolak.
Secara fisik, kata Ade, kondisi Guritno sangat sehat, namun terlihat seperti mengalami depresi.
"Kondisi badannya sehat, cuma agak depresi," terangnya.
Kondisi Rumah Guritno
Rumah yang ditinggali Guritno terbilang cukup luas, namun kondisinya terbengkalai.
Pekarangan rumah mirip hutan rimba, ilalang setinggi satu meter tidak hanya tumbuh di halaman, tapi juga menghiasi depan rumahnya.
Tak hanya itu, terdapat sebuah pohon besar yang sudah lama tumbang dan menimpa bagian samping rumah Guritno.
Sementara itu, kondisi bangunannya sangat mengkhawatirkan.
Bagian atap rumah terlihat sudah runtuh, gerbang garasi rumahnya pun rusak dan berdebu.
Terdapat dua buah kursi sofa di bagian teras rumahnya yang sudah hancur di makan usia.
Beberapa kaca jendela rumah Guritno pun sudah pecah.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJabar.id/Lutfi Ahmad Mauludin, Kompas.com/M Elgana Mubarokah)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.