Atasi DBD, Kemenkes Tebar Nyamuk Wolbachia di Kupang
Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue yang ada pada nyamuk aedes aegypti sehingga tidak akan menular ke manusia.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memulai program pencegahan demam berdarah (DBD) melalui teknologi Wolbachia di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Metode ini dapat melumpuhkan virus dengue pada nyamuk aedes aegypti sehingga dapat mencegah penularan kasus DBD.
Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga terutama nyamuk.
Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue yang ada pada nyamuk aedes aegypti sehingga tidak akan menular ke manusia.
Baca juga: Kasus Dengue di Indonesia Naik Tajam, DBD Jadi Ancaman Bersama
Dalam program ini, bakteri Wolbachia dimasukan ke telur nyamuk aedes aegypti agar tidak menularkan virus dengue.
Langkah selanjutnya untuk penanganan DBD Kemenkes akan menyebarkan ember berisi telur nyamuk yang sudah ada bakteri Wolbachia ke warga setempat di Kota Kupang.
Sebagai percontohan, implementasi Wolbachia ini akan dilakukan di Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, NTT, karena angka kesakitannya paling tinggi dan kepadatan penduduknya paling banyak.
Pemeliharaan telur nyamuk dilakukan oleh warga selama dua minggu hingga menetas. Selain telur nyamuk, warga juga akan dibagikan pakannya.
Telur-telur nyamuk Wolbachia itu didistribusikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang diternakan oleh program studi Entomologi, Fakultas Biologi.
Kebutuhan per minggu khususnya untuk Kecamatan Oebobo sebanyak 700 ribu telur.
Kemudian untuk Kota Kupang keseluruhan tiap minggu butuh 2,6 juta telur nyamuk Wolbachia.
Diharapkan dalam satu tahun jumlah populasi nyamuk berwolbachia sudah sampai 80 persen dari populasi nyamuk aedes aegypti.
Menteri Kesehatan Budi mengatakan teknologi Wolbachia ini merupakan hasil penelitian UGM dan dipakai antara oleh Brazil, Vietnam, dan Australia.